Perilaku Buruk Anak yang Wajib Diubah dengan Cinta

Penulis: Ahmad Zuhdi Abhista

Diterbitkan:

Perilaku Buruk Anak yang Wajib Diubah dengan Cinta
Ilustrasi. (foto: Pinterest/iMOM).

Kapanlagi.com - Sebagai orang tua, mungkin Anda pernah berpikir untuk mengabaikan perilaku nakal anak yang tergolong ringan. Taktik ini bisa jadi strategi pengasuhan yang efektif, karena dengan tidak memberikan reaksi, si kecil cenderung tidak akan mengulangi perilaku tersebut. Namun, ada kalanya mengabaikan bukanlah pilihan yang bijak. Penting untuk diingat, tidak semua perilaku buruk dapat dibiarkan begitu saja, terutama jika dapat membahayakan keselamatan anak atau orang lain.

Ada beberapa perilaku anak yang membutuhkan perhatian ekstra. Jika dibiarkan, masalah ini bisa berkembang menjadi isu yang lebih serius. Mengabaikan perilaku yang salah bukan hanya berisiko bagi anak, tetapi juga bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua perlu cermat dalam menentukan mana perilaku yang bisa diabaikan dan mana yang harus segera ditangani.

Menurut Verywell Family, terdapat empat jenis perilaku anak yang sebaiknya tidak diabaikan dan memerlukan penanganan segera. Dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, anak dapat belajar mengembangkan sikap yang lebih baik dan sesuai dengan harapan orang tua. Mari kita simak empat masalah perilaku tersebut beserta cara untuk mengatasinya!

1. Mendengarkan Secara Selektif

Ilustrasi. (foto: Pinterest).

Ketika anak-anak memilih untuk "tidak mendengar" meskipun sebenarnya mereka mendengar, tentu saja ini bisa menjadi sumber frustrasi bagi orang tua. Jika kebiasaan ini dibiarkan, anak mungkin akan semakin mengabaikan perintah dan menjadi lebih sulit diatur. Untuk mengatasi situasi ini, cobalah untuk menempatkan tangan Anda di pundak mereka dan berikan instruksi dengan nada tegas. Ajak mereka untuk menatap mata Anda dan pastikan mereka merespons dengan jelas. Jika mereka tetap acuh tak acuh, terapkan konsekuensi yang konsisten agar mereka menyadari bahwa sikap mendengarkan selektif tidak akan membawa hasil yang baik.

Perilaku mendengarkan selektif bukan hanya mengganggu komunikasi, tetapi juga dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Konsistensi dalam memberikan instruksi dan menegakkan konsekuensi adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini. Menurut para ahli, dengan pendekatan yang tegas dan konsisten, anak akan belajar bahwa setiap instruksi itu penting dan harus diikuti. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tetap berpegang pada prinsip ini demi menciptakan komunikasi yang lebih baik dan hubungan yang lebih harmonis.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Melempar Benda

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Listverse).

Melempar benda adalah salah satu cara anak-anak menjelajahi dunia di sekitar mereka. Namun, ketika tindakan ini mulai berisiko, seperti melempar kaca atau benda keras lainnya, orang tua harus segera turun tangan. Alih-alih melarang mereka melempar sama sekali, lebih baik ajarkan mereka tentang benda-benda yang aman untuk dilempar dan lokasi yang tepat untuk melakukannya. Dengan menetapkan batasan yang jelas, anak-anak akan belajar melempar dengan cara yang lebih aman dan bertanggung jawab.

Mengajarkan batasan dalam melempar bisa menjadi tantangan, tetapi bukan tidak mungkin. Orang tua perlu menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan cara melempar yang aman. Selain itu, penting untuk selalu mengawasi anak saat bermain dan memberikan pujian saat mereka mematuhi aturan. Dengan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya merasa dihargai, tetapi juga lebih termotivasi untuk berperilaku baik dan memahami pentingnya keselamatan saat bermain.

3. Suka Menyela

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Chicago Parent).

Anak-anak sering kali menganggap apa yang ingin mereka sampaikan adalah hal terpenting di dunia, sehingga tak jarang mereka menyela pembicaraan orang dewasa. Untuk mengatasi kebiasaan ini, orang tua dapat menciptakan sinyal yang mudah dikenali oleh anak, seperti meletakkan tangan di bahu mereka. Ini menjadi tanda bahwa perhatian sudah diberikan dan mereka akan segera diajak berbicara. Dengan mengajarkan anak menggunakan sinyal ini, mereka bisa belajar untuk menyela dengan lebih sopan.

Mengajarkan anak untuk tidak menyela memang memerlukan kesabaran ekstra dari orang tua. Selain menggunakan sinyal, penting juga untuk menetapkan waktu khusus di mana anak bisa bebas berbicara tentang apa pun yang ada dalam pikiran mereka. Dengan cara ini, anak merasa didengar dan dihargai, sehingga mereka lebih mampu menunggu giliran untuk berbicara. Menurut para ahli, pendekatan ini tidak hanya mengajarkan anak tentang sopan santun, tetapi juga pentingnya menghargai orang lain dalam berkomunikasi.

4. Melebih-lebihkan Kebenaran

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Snack Girl).

Anak-anak sering kali memiliki imajinasi yang melimpah, sehingga mereka tak jarang melebih-lebihkan kenyataan, seperti mengklaim bisa berlari secepat kilat atau mengaku telah menghabiskan semua sayuran di piring mereka. Namun, penting bagi kita untuk menjelaskan apa arti berbohong dan mengapa kebiasaan ini bisa membawa dampak buruk. Dengan memberikan pujian saat mereka bersikap jujur, kita bisa mendorong mereka untuk selalu memilih kebenaran, sehingga anak-anak akan belajar untuk menghargai nilai kejujuran dalam hidup mereka.

Kebiasaan berbohong yang dibiarkan bisa menjadi masalah serius di kemudian hari. Oleh karena itu, peran orang tua sangat krusial dalam menjelaskan konsekuensi negatif dari kebohongan dan menunjukkan contoh nyata bagaimana bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan penghargaan atas kejujuran yang ditunjukkan anak juga akan memperkuat sikap positif ini. Para ahli sepakat, dengan cara ini, anak-anak akan lebih memahami betapa pentingnya kejujuran dalam setiap aspek kehidupan mereka, menjadikan kejujuran sebagai bagian tak terpisahkan dari karakter mereka.

5. Mengapa penting mengajarkan anak sopan santun dalam berkomunikasi?

Agar anak belajar menghargai orang lain dan tidak menyela pembicaraan dengan sembarangan.

6. Apa dampak dari membiarkan kebohongan kecil pada anak?

Kebohongan kecil bisa berkembang menjadi kebiasaan buruk jika tidak ditangani dengan tepat.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/abh)