Rahasia Jitu Mendidik Anak Menjadi Pribadi yang Ramah dan Disukai Semua Orang!

Penulis: Ahmad Zuhdi Abhista

Diterbitkan:

Rahasia Jitu Mendidik Anak Menjadi Pribadi yang Ramah dan Disukai Semua Orang!
Ilustrasi. (foto: Pinterest/AishLatino).

Kapanlagi.com - Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang memiliki sifat ramah dan terbuka kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang. Terutama saat anak mulai menginjak bangku sekolah, sikap ramah menjadi kunci untuk menjalin pertemanan dan mendapatkan tempat di hati teman-teman mereka. Namun, mendidik anak untuk bersikap ramah bukanlah perkara yang mudah. Anak-anak sering kali memiliki sifat alami yang sulit dikendalikan, seperti mudah marah atau terlalu blak-blakan.

Sebagai orang tua, kita memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan mereka bagaimana bersikap ramah dengan cara yang benar. Salah satu metode yang paling efektif adalah dengan menjadi teladan yang baik. Dengan menunjukkan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak akan belajar dan meniru sikap kita. Mengajarkan sikap ramah tidak hanya membantu anak disukai oleh orang lain, tetapi juga membentuk karakter yang baik dan positif di dalam diri mereka.

Berikut ini, kami hadirkan tiga tips menarik yang bisa Anda terapkan untuk mendidik anak menjadi sosok yang ramah dan bersahabat!

1. Mengajari Konsep Kebaikan

Ilustrasi. (foto: Pinterest/K12).

Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh kesibukan, orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak mereka. Anak-anak adalah peniru ulung, dan perilaku orang tua menjadi cermin bagi mereka. Misalnya, saat kita berbelanja di minimarket, sikap ramah kepada kasir bukan hanya sekadar etika, tetapi juga pelajaran berharga bagi anak. Mereka akan menyaksikan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain dan secara alami akan meniru cara kita bersikap.

Namun, mengajarkan kebaikan kepada anak tidak berhenti pada situasi sederhana. Ketika kita dengan tulus membantu orang lanjut usia yang kesulitan menyeberang jalan atau mengambil barang yang terjatuh, kita memberikan contoh konkret tentang pentingnya empati dan kepedulian. Momen-momen ini menjadi pelajaran hidup yang tak ternilai, membentuk pemahaman anak tentang arti sejati dari kebaikan dan bagaimana tindakan kecil dapat memberikan dampak besar bagi orang lain.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Memberikan Penghargaan dan Dukungan

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Word From The Bird Blog).

Memberikan penghargaan dan dukungan kepada anak saat mereka menunjukkan perilaku baik adalah langkah yang sangat penting. Misalnya, ketika si kecil membantu merapikan mainan, jangan ragu untuk mengucapkan terima kasih dengan cara yang spesifik, seperti, "Terima kasih sudah membantu membersihkan mainan ini." Pujian yang jelas dan langsung akan memberikan dorongan positif yang kuat, mendorong mereka untuk terus berperilaku baik di masa mendatang.

Namun, penghargaan tidak hanya terbatas pada kata-kata. Ketika anak mulai menunjukkan sikap ramah di sekolah atau lingkungan sosial lainnya, dukungan kita juga sangat berarti. Meskipun kita tidak selalu mengetahui apa yang terjadi di sekolah, luangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan mereka sehari-hari. Dengan memberikan apresiasi atas tindakan baik yang mereka lakukan, kita membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan empati dalam diri mereka.

3. Mengembangkan Kebaikan di Sekolah dan Rumah

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Teacher Training Manual).

Setelah mengenal makna kebaikan di rumah, saatnya anak-anak menerapkannya di sekolah. Meskipun mungkin mereka merasa sedikit canggung di awal, dukungan penuh dari orang tua bisa menjadi pendorong utama untuk membangun rasa percaya diri mereka. Dengan sikap ramah kepada teman-teman dan guru, anak-anak akan belajar untuk berinteraksi dengan lebih baik.

Ajukan pertanyaan sederhana seperti, "Apa yang kamu lakukan hari ini?" atau "Apakah kamu membantu seseorang hari ini?" untuk memicu anak menceritakan pengalaman mereka. Perhatikan penggunaan kata "kita" dalam cerita mereka, karena itu menunjukkan adanya interaksi sosial yang positif. Dengan bimbingan orang tua, anak-anak akan semakin mampu mengembangkan sikap ramah, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah.

4. Cara Menangani Momen Tidak Baik

Ilustrasi. (foto: Pinterest/SELF Magazine).

Mengajarkan anak untuk membaca emosi orang lain adalah langkah krusial dalam membentuk karakter mereka menjadi sosok yang penuh empati. Kenalkan mereka pada berbagai ekspresi wajah, seperti senyuman bahagia, raut sedih, atau sorot penuh semangat, dan dorong mereka untuk merespons dengan sikap yang positif. Dengan cara ini, anak-anak akan belajar untuk memahami perasaan orang di sekitar mereka, menjadikan mereka lebih peka dan ramah dalam berinteraksi.

Selain itu, penting juga untuk membekali anak dengan kemampuan mengontrol emosi diri sendiri. Misalnya, saat mainan kesayangan mereka rusak, ajari mereka untuk tidak langsung marah, melainkan menggantinya dengan sikap yang lebih tenang, seperti berkata, "Tidak apa-apa, yang penting kamu baik-baik saja." Berikan pemahaman bahwa melaporkan masalah kepada guru di sekolah bisa menjadi langkah yang bijak, sehingga mereka dapat menghindari tindakan yang tidak diinginkan. Dengan cara ini, anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya memahami diri mereka, tetapi juga mampu berempati terhadap orang lain.

5. Bagaimana cara mengembangkan kebaikan di sekolah dan rumah?

Dukungan dan pujian dari orangtua dapat membantu anak merasa percaya diri untuk bersikap ramah dan baik di sekolah dan rumah.

6. Apa yang harus dilakukan orangtua saat anak mengalami momen tidak baik?

Orangtua harus mengajarkan anak cara membaca emosi orang lain dan mengontrol emosinya sendiri dengan cara yang positif.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/abh)