Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Habib Husein Ja'far Al Hadar atau Habib Jafar kerap menceritakan kenakalan masa kecilnya sebagai materi dakwah. Cerita itu salah satunya tentang pengalamannya mencuri rel kereta api yang dijual ke pengepul barang bekas.
"Itu (cerita kenalan) cerita masa kecil yang saya sampaikan untuk memberikan motivasi. Bahwa masa depan itu di tanggan kamu, bahwa kamu bisa menentukan masa depan kamu, kalau kamu mau. Apapun kondisimu saat ini. Karena dakwah saya kan ke 'Pemuda Tersesat' yang memang rata-rata nyolong rel dan lain sebagainya," ungkap Habib Ja'far tersenyum saat ditemui di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Malang, Sabtu (3/9).
Advertisement
Habib Ja'far pernah bandel dan mencuri rel kereta api yang sudah tidak terpakai di tempat tinggalnya di Bondowoso, Jawa Timur. Ia bersama-sama beberapa teman saat masih Sekolah Dasar (SD) membongkar rel untuk dijual ke pengepul besi bekas.
Aksinya dilakukan secara diam-diam dan butuh waktu beberapa hari untuk berhasil membawa rel tersebut. Apalagi saat itu tidak sembarang pengepul mau menjadi penadah barang jenis rel kereta api.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Habib Ja'far juga pernah menggambil kran air berbahan besi dengan cara menggantinya dengan kran plastik. Kran berbahan besi itu diambil karena harganya lebih mahal untuk dijual di tukang besi bekas.
Cerita-cerita kenakalan masa kecilnya itu kerap disampaikan dalam berbagai kesempatan ssat berdakwah. Ia juga menceritakannya saat menjadi bintang tamu di TonightShow.
"Saya ingin memotivasi mereka, bahwa kalian masih punya kesempatan kok dan mau mengajarkan orang juga untuk tidak ngejudge orang seburuk apapun, karena setiap kita juga orang buruk di masa lalu," sambungnya.
Advertisement
Habib Ja'far dikenal sebagai pendakwah dan sekaligus konten creator. Pria keturunan Arab-Madura ini besar di Bondowoso, Jawa Timur sebelum kemudian menempuh pendidikan S1-Filsafat di UIN Hidayatullah Jakarta. Sebelumnya, ia juga pernah hidup pesantren di Bangil, Pasuruan.
"Alhamdulillah kalau (cerita kenakalan) itu menjadi inspirasi, ya paling tidak memang tujuan utamanya menjadi inspirasi. Karena tidak mungkin saya sendiri bisa memberikan perubahan yang besar bagi umat, karena itu yang paling pas menjadi inspirasi untuk tumbuhnya dai-dai digital yang moderat," urainya.
Habib Ja'far mendorong semua kalangan untuk mengisi platform-platform digital sebagai media berdakwah. Karena media sosial saat ini sudah menjadi arus utama ladang dakwah bagi umat Islam.
Ia mengutip survey Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta yang menyebut lebih dari 63 persen pengguna internet belajar agama melalui internet. Sehingga dakwah di dunia digital menjadi keharusan dengan segala tantangannya.
Dakwah digital dinilai jauh lebih efektif, lebih murah dan mudah. Sarananya mudah dibuat bahkan bisa dilakukan dari rumah, secara biaya murah karena tidak perlu transportasi dan efektif dengan jangkauan dan bisa diputar berulang-ulang.
"Kontennya bisa diputar berulang-ulang, bisa didengerin kapan saja, dimana saja, bisa dishare ke siapa saja. Dakwah digital itu bagi saya adalah dakwah yang utama," tegasnya.
Habib Ja'far yang memiliki keturunan Nabi Muhammad SAW itu juga menjawab sinisme tentang belajar di media sosial yang secara ilmu dianggap jauh dibandingkan pondok pesantren. Bagi Habib Ja'far media digital dan majelis taklim hanya sebuah sarana, sebagaimana pesantren dan sekolah.
"Maka kembali pada pribadi dalam kedaulatan belajar. Kalau serius, mau belajar di media digital maka akan mendapat keilmuan yang serius. Bahkan menurut ulama, misalkan Habib Umar bin Hafid itu mengakui sanad pembelajaran yang berbasis digital. Tapi kalau tidak serius, mau di pesantren itu juga percuma," urainya.
Dakwah sendiri, ditegaskan Habib Ja'far tidak hanya mengajak orang beribadah magdhoh (utama) tetapi mengajak kebaikan juga dakwah. Termasuk menyampaikan nilai kebangsaan, kebaikan untuk kesehatan mental, kesenian dan lain sebagainya.
"Semua orang itu (termasuk pesulap) punya medan dakwahnya sendiri yang penting dia harus berbasis kepada kopetensi yang itu sumbernya adalah keilmuan. Kalau memang sumbernya itu (keilmuan), okay, dakwah ngajak orang entrepreneur, dakwah mengkritik orang yang salah, yang penting itu tetap disampaikan dengan pendekatan yang positif," urainya.
Pesulap Merah pun yang selama ini ramai menjadi pembicaraan bisa dianggap berdakwah bila memang niatnya untuk dakwah. Tentu semuanya kembali kepada yang bersangkutan.
"Saya nggak tahu motivasinya apa, tapi yang jelas kemudian itu membuat kita berbincang di media digital tentang perdukunan, termasuk saya bikin konten di youtube saya tentang perdukunan. Akhirnya menjadi perbincangan yang positif, perdebatan yang positif dan kita menjaga untuk menjadi hal-hal yang positif," pungkasnya.
Habib Ja'far menjadi pembicara dalam Sarasehan Pra Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah Ke-48 di Dome UMM. Sarasehan mengambil tema Muhammadiyah Menyambut Indonesia Emas 2045.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/dar/dyn)
Advertisement
Mengenal Sherly Tjoanda: Cagub Malut Baru, Gantikan Suami yang Tewas dalam Kecelakaan Kapal
Profil Mega Putri Aulia, Mantan Artis yang Sudah Hijrah dan Kini Cantik Berbalut Hijab
Bersinar di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Siapkah Marselino Ferdinan Bawa Timnas Menang di Piala AFF 2024?
Mega Putri Aulia Nangis Minta Sinetron 'TUKANG BUBUR NAIK HAJI' Tak Tayang Lagi
Timnas Indonesia Tembus Posisi 125 Dunia, Peningkatan Signifikan dalam Ranking FIFA