Sosok Bripka Joko Hadi Aprianto, Polisi Penggali Kubur Kandidat Kuat Penerima Hoegeng Awards 2025

Sosok Bripka Joko Hadi Aprianto, Polisi Penggali Kubur Kandidat Kuat Penerima Hoegeng Awards 2025
Bripka Joko Hadi Aprianto, Polisi Penggali Kubur Kandidat Kuat Penerima Hoegeng Awards 2025.

Kapanlagi.com - Bripka Joko Hadi Aprianto, seorang anggota Polsek Samarinda Ulu, telah mencuri perhatian publik dengan dedikasinya yang luar biasa dalam membantu masyarakat. Tak hanya menjalankan tugas sebagai aparat penegak hukum, ia juga dikenal sebagai penggali kubur yang memberikan layanan gratis bagi warga kurang mampu di Samarinda, Kalimantan Timur. Tindakan mulia ini menjadikannya salah satu kandidat kuat untuk meraih Hoegeng Awards 2025.

Usulan untuk memberikan penghargaan ini datang dari Hendy Saputra, seorang warga Samarinda yang mengenal Bripka Joko saat menjalani perjalanan umrah tahun lalu. Hendy terkesan dengan sikap rendah hati dan kepedulian tinggi Bripka Joko terhadap sesama. Selama berada di Tanah Suci, ia juga tak segan membantu jamaah lain tanpa pamrih, meskipun bukan seorang pemandu umrah profesional.

Menariknya, profesi penggali kubur sudah dijalani Bripka Joko sejak masa SMP, jauh sebelum ia menjadi polisi. Ia memulainya sebagai cara untuk membantu perekonomian keluarganya. Meskipun telah resmi bergabung dengan Polri sejak tahun 2005, Bripka Joko tetap melanjutkan pengabdiannya ini hingga kini. Bahkan, ia telah mewakafkan tanah warisan keluarganya untuk digunakan sebagai pemakaman warga. Yuk, simak kisah inspiratif dari sosoknya, dirangkum Kapanlagi.com, Selasa (11/2).

1. Sosok Bripka Joko Hadi Aprianto yang Jadi Penggali Kubur Demi Bantu Warga Kurang Mampu

Bripka Joko Hadi Aprianto bukan sekadar anggota kepolisian yang bertugas di Samarinda; ia adalah sosok pahlawan kemanusiaan yang peduli terhadap nasib lingkungan sekitarnya. Selama bertahun-tahun, ia dengan tulus memberikan layanan penggalian kubur gratis bagi warga kurang mampu, menjadikannya sebagai wujud pengabdian yang tak ternilai harganya di tengah kesedihan.

Latar belakangnya yang tumbuh dalam keluarga polisi dengan tujuh saudara membentuknya menjadi pribadi yang peka terhadap kesulitan ekonomi masyarakat. Semangat gotong royong yang diwariskan keluarganya mendorongnya untuk terus berkontribusi, bahkan dengan cara yang jarang ditemui di kalangan polisi lainnya.

Tak hanya menggali kubur, Bripka Joko juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial, mulai dari membantu pengurusan pemakaman hingga mengoordinasikan masyarakat untuk menjaga lahan pemakaman agar tetap tertata rapi dan layak digunakan. Dedikasinya adalah cermin nyata dari kasih sayang dan kepedulian yang tulus kepada sesama.

(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)

2. Sudah Menggali Kubur Sejak SMP untuk Mencari Tambahan Ekonomi

Sejak duduk di bangku kelas 2 SMP, Bripka Joko sudah memikul tanggung jawab yang tak biasa untuk seorang remaja seusianya: menggali kubur. Dalam kondisi ekonomi keluarga yang serba terbatas, dengan tujuh saudara dan ayah yang bekerja sebagai polisi tamtama, ia merasa perlu berkontribusi demi meringankan beban orang tuanya.

Dengan upah yang berkisar antara Rp20.000 hingga Rp35.000 per pemakaman, uang yang ia peroleh bukan hanya untuk kebutuhan sekolah, tetapi juga untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Meskipun pekerjaan ini berat dan penuh tantangan, Joko melakukannya dengan penuh keikhlasan, menyadari betapa pentingnya perannya bagi banyak orang. Setelah lulus menjadi anggota Polri pada tahun 2005, ia tetap melanjutkan profesi ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi mereka yang kurang mampu.

"Saya mulai jadi penggali kubur sejak kelas 2 SMP. Ayah saya seorang polisi tamtama dan memiliki tujuh anak, termasuk saya yang keempat. Gaji polisi saat itu tidak seberapa, jadi saya mencari tambahan sendiri," dikutip dari ANTARA.

3. Tetap Menjadi Penggali Kubur setelah Lolos sebagai Polisi di Tahun 2005

Pada tahun 2005, Bripka Joko resmi mengenakan seragam Polri setelah menyelesaikan pendidikan kepolisian, namun ia tak melupakan panggilan hatinya sebagai penggali kubur. Bagi Joko, menjadi polisi bukan sekadar menegakkan hukum, melainkan juga tentang mengabdi kepada masyarakat dengan tulus.

Dengan semangat itu, ia terus menggali kubur bagi mereka yang memerlukan, sambil mengambil langkah mulia dengan mewakafkan tanah warisan orang tuanya untuk dijadikan lahan pemakaman.

Di tengah semakin terbatasnya lahan pemakaman di daerahnya, keputusan ini muncul sebagai solusi bagi banyak keluarga yang kesulitan menemukan tempat peristirahatan terakhir untuk orang tercinta.

Dengan langkah ini, Joko berharap dapat membantu mereka yang tidak mampu, dan tindakan dermawan ini pun mendapat pujian luas dari masyarakat dan rekan-rekannya di kepolisian.

4. Menyisihkan Penghasilan untuk Membayar Orang-Orang yang Membantunya Menggali Kubur

Bripka Joko bukanlah seorang penggali kubur yang bekerja sendirian; ia memiliki tim kecil yang setia membantunya dalam setiap proses pemakaman. Dengan penuh kepedulian, ia menyisihkan sebagian gaji dari profesinya sebagai polisi untuk memastikan rekan-rekannya mendapatkan penghasilan yang layak.

Meskipun ia melayani keluarga yang kurang mampu secara gratis, Joko tetap menghargai dedikasi timnya dengan menggaji mereka dari kantong pribadinya. Tak jarang, warga yang mampu memberikan donasi sukarela sebagai ungkapan terima kasih atas kerja keras Joko dan timnya.

Berkat sistem ini, ia mampu menjaga keberlanjutan kegiatan sosialnya tanpa membebani orang-orang yang kurang mampu. Ia berharap bahwa langkahnya ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk saling membantu tanpa mengharapkan imbalan.

"Kalau untuk warga tidak mampu, pasti saya gratiskan. Tapi saya tetap harus membayar orang-orang yang membantu saya menggali. Kadang ada warga mampu yang memberi sukarela, bisa Rp300 ribu, Rp500 ribu, hingga Rp1 juta. Tapi kalau yang kurang mampu, murni gratis," tambahnya.

5. Sosoknya yang Diusulkan dalam Ajang Hoegeng Awards 2025

Dengan penuh dedikasi dan pengabdian yang luar biasa, Bripka Joko Hadi Aprianto kini diusulkan sebagai calon penerima Hoegeng Awards 2025, sebuah penghargaan prestisius yang diberikan kepada anggota Polri yang menunjukkan integritas, inovasi, dan komitmen dalam menjalankan tugasnya.

Hoegeng Awards, yang diinisiasi untuk menghormati Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso—seorang Kapolri yang dikenal karena kejujurannya—memiliki beragam kategori, termasuk Polisi Berdedikasi dan Polisi Berintegritas, yang bertujuan untuk mengapresiasi polisi yang bekerja tulus demi masyarakat.

Bripka Joko adalah contoh nyata bahwa seorang polisi tidak hanya bertugas dalam hal penegakan hukum, tetapi juga dapat berperan besar dalam membantu masyarakat dengan berbagai cara. Dedikasi dan ketulusannya menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama dalam membangun citra kepolisian yang lebih humanis dan peduli terhadap rakyat.

"Pak Joko itu salah satu jamaah kami tahun lalu. Profesi utamanya memang polisi, tapi orang lebih mengenalnya sebagai penggali kubur dan relawan," kata seorang warga Samarinda, Hendy Saputra, yang mengenalnya saat menjadi pemandu rombongan umrah Bripka Joko tahun 2024.

6. People Also Ask

Siapakah Bripka Joko Hadi Aprianto?

Bripka Joko Hadi Aprianto adalah anggota Polsek Samarinda Ulu yang dikenal karena dedikasinya sebagai penggali kubur sukarela bagi warga kurang mampu di Samarinda.

Sejak kapan Bripka Joko menjadi penggali kubur?

Ia telah menjalani profesi penggali kubur sejak kelas 2 SMP untuk membantu perekonomian keluarganya.

Apa itu Hoegeng Awards?

Hoegeng Awards adalah penghargaan yang diberikan kepada anggota Polri yang menunjukkan integritas, dedikasi, dan inovasi dalam tugasnya, terinspirasi dari sosok Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso.

Mengapa Bripka Joko diusulkan sebagai kandidat Hoegeng Awards 2025?

Karena pengabdiannya yang luar biasa dalam membantu masyarakat, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu untuk mengurus pemakaman.

(Di usia pernikahan 29 tahun, Atalia Praratya gugat cerai Ridwan Kamil.)

(kpl/rmt)

Rekomendasi
Trending