The Kaldera-Toba Nomadic Escape Jadi Daya Tarik Wisata Baru di Danau Toba

Penulis: Wuri Anggarini

Diperbarui: Diterbitkan:

The Kaldera-Toba Nomadic Escape Jadi Daya Tarik Wisata Baru di Danau Toba ©Shutterstock

Kapanlagi.com - Bicara soal destinasi wisata di Sumatera Utara, Danau Toba jelas jadi daya tarik utama di daerah tersebut. Pesona alam yang masih asri adalah hal yang mencuri perhatian para turis yang berkunjung. Kabar baik, destinasi wisata di Danau Toba kini bakal semakin keren dan menarik perhatian dengan kehadiran The Kaldera – Toba Nomadic Escape yang baru saja resmi dibuka pada Kamis (4/4) sore.

Dibuka resmi oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya, seremoni ini ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pelepasan burung merpati. Menurut Menpar, The Kaldera bakal menjadi nomadic amenitas. Kehadiran Menpar pada event ini disambut oleh Tari Tor-Tor dan balutan kain Ulos. Ada juga aksi berbalas pantun.

Menpar datang bersama Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara, Staff Khusus Menpar Bidang Komunikasi dan Media Don Kardono, juga Ketua Tim Percepatan 10 Bali Baru Hiramsyah S Thaib. Hadir juga kepala daerah sekitar Danau Toba, dan tamu undangan lainnya.

Rombongan ini diterima Kepala Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo, dan Ketua Tim Percepatan Nomadic Tourism Waizly Darwin.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, lahan The Kaldera bahkan lebih luas dari KEK Nusa Dua dan Tanjung Kelayang.

“Jadi harus dipahami. The Kaldera Toba Nomadic Escape itu berada di kawasan Toba Caldera Resort. Dan lebih luas dari Nusa Dua dan Tanjung Kelayang,” terang mantan Dirut PT Telkom itu.

Menpar juga menjelaskan menjelaskan alasan membangun nomadic tourism di kawasan Danau Toba.

“Tentu ada alasan mengapa kita bangun The Kaldera ini. Saya menyebutnya sebagai nomadic tourism. Artinya bisa berpindah pindah. Kenapa bisa berpindah? Karena membangun amenitas yang tetap itu butuh waktu yang cukup lama,” tuturnya.

Dijelaskannya, membangun sebuah amenitas seperti hotel berbintang butuh waktu hingga lima tahun. “Dan mungkin saya tidak akan menikmati hasil dari pembangunan itu. Karena butuh watu lama. Sebagai solusi, kita hadirkan nomadic tourism. Saya yakin solusi ini untuk selamanya,” paparnya.

Dengan karakternya, The Kaldera dinilai sangat cocok untuk menerapkan nomadic amenitas.

“Jadi, kita membuat klasifikasi untuk wisata nomadic ini. Seperti nomadic atraksi kita terapkan di Borobudur. Di Labuan Bajo, kita buat nomadic akses. Karena disana dilengkapi dengan yacht dan lainnya. Tantangan The Kaldera adalah membuat atraksi di luar The Kaldera. Dan ini menjadi tugas Kepala BPDOT,” katanya.

Menpar asal Banyuwangi itu juga memberikan contoh nomadic tourism yang namanya sudah sangat populer. Namanya, Cikole Orchid Forest di Lembang, Jawa Barat.

“Fokus Orchid Forest adalah nomadic attraction. Karena, di sana ada acara live musik seperti Forchestra,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Menpar juga berharap Danau Toba bisa lebih menjual. Dan cara yang paling mudah adalah memakai 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas).

“Harus ada atraksinya. Kalau Kita ingin menjadikan Danau Toba destinasi utama, maka 3A harus kelas dunia. Yang ada saat ini baik atraksi budaya, manmade, alam semua bagus, belum mendunia,” katanya.

Dijelaskannya Kemenpar sedang fight agar Danau Toba dapat sertifikat sebagai Unesco Global Geopark. Menurutnya, Kemenpar akan terus berupaya agar Danau Toba mendapatkan status Unesco Global Geopark.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(adv/wri)

Editor:

Wuri Anggarini

Rekomendasi
Trending