5 Destinasi Wisata Bersejarah Di Makassar, Ada Yang Gratis Loh!

Penulis: Editor Kapanlagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

5 Destinasi Wisata Bersejarah Di Makassar, Ada Yang Gratis Loh!
Foto : Instagram.com/exploremakassar, Diambil 31 Juli 2019

Kapanlagi.com - Kota Makassar yang dikenal dengan sebutan Kota Angin Mammiri sekaligus berstatus sebagai ibu kota Sulawesi Selatan. Berkunjung ke kota ini tidak akan membuatmu menyesal, karena Makassar memiliki banyak sekali daya tarik wisata yang akan membuat liburanmu mengesankan. Mulai dari wisata alam, kuliner hingga sejarah membuat kota ini cocok dijadikan destinasi liburan. Kalau kamu berkunjung ke Makassar, maka jangan lewatkan untuk berkunjung ke wisata sejarahnya. Makassar memiliki banyak destinasi wisata bersejarah yang mengagumkan. Tiket masuknya juga terjangkau, bahkan ada yang gratis. Kamu bisa mengenang kembali peristiwa yang terjadi di masa lalu sekaligus belajar sejarah lebih dalam. Liburanmu juga lebih bermanfaat dan mendapat tambahan pengetahuan.

Makassar memang terkenal sebagai salah satu daerah yang memiliki sejarah perjuangan yang sangat gigih dalam melawan penjajah. Hasilnya ada banyak tempat-tempat bersejarah yang kini patut dikunjungi untuk mengetahui perjuangan para pendahulu kita. Maka saat kamu mengunjungi wisata bersejarah yang ada di Makassar, secara tidak langsung kamu mengenang jasa pejuang terdahulu. Berikut ini ada beberapa destinasi wisata bersejarah yang mengagumkan di Makassar seperti yang telah dilansir dari beberapa sumber.

 

 

 

1. Benteng Rotterdam

Benteng Rotterdam adalah salah satu daya tarik wisata di Kota Makassar. Benteng Rotterdam atau Fort Rotterdam ini berada tak jauh dari kawasan Pantai Losari, tepatnya berada di Jl. Ujung Pandang, Bulo Gading, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar. Menurut azwisata.com, benteng ini merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang dibangun pada tahun 1545 oleh raja Gowa ke-9, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ Kallonna. Hal yang menaik dari benteng ini adalah bentuk bangunannya yang menyerupai penyu.

Pada masa itu, benteng ini bernama Benteng Ujung Pandang yang kemudian berganti nama menjadi Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam saat benteng ini diambil alih oleh Belanda. Saat mengunjungi Benteng Rotterdam, maka kamu akan belajar banyak sejarah. Kamu bisa mengetahui sejarah benteng, penggunaan benteng, serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam aktivitas di benteng ini.

Beberapa bangunan di kompleks ini juga dijadikan museum yang menyimpan banyak informasi sejarah kebesaran Kerajaan Gowa-Tallo. Salah satu tempat paling populer di benteng ini adalah satu sel penjara yang pernah digunakan Belanda untuk memenjarakan Pangeran Diponegoro.Di kompleks Benteng Rotterdam, kamu juga bisa berkeliling sambil menikmati arsitektur bangunan yang indah serta mengabadikan foto.

Benteng ini buka setipa hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00. Untuk masuk ke kawasan benteng ini, pengunjung tidak diharuskan membayar tiket masuk atau gratis. Namun, jika ingin masuk ke museum, kamu harus membayar tiket masuk sebesar Rp 7.500/orang. Museum sendiri beroperasi setiap hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 08.00 hingga 12.30.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Monumen Mandala

Monumen ini berada di jantung Kota Makassar, bersebelahan dengan Gedung Balai Prajurit, tepatnya di  Jl. Jend. Sudirman, Baru, Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dilansir dari panduanwisata.id, Monumen Mandala dibangun pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1996 untuk mengenang jasa pahlawan dalam pembebaskan Irian Barat dari tangan para penjajah sekaligus hadiah atas jasa mantan Presiden Indonesia yang ke-2 yaitu Soeharto. Mantan presiden kedua Indonesia itu juga merupakan Panglima Komando Mandala yang berperan penting dalam mengatur strategi untuk membebaskan Irian Barat.

Monumen Mandala merupakan menara yang menjulang setinggi 75 meter di pusat Kota Makassar. Monumen Mandala terdiri dari 4 lantai, di lantai 1 terdapat diorama relief dan replika pakaian dan perjuangan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad XVII. Sedangkan di lantai 2 terdapat diaroma dan relief yang menceritakan tentang perjuangan pembebasan Irian Barat. 

Lain halnya dengan lantai 3, di lantai kamu bisa melihat replika ruang kerja Panglima Mandala, lengkap dengan peta Irian Barat, foto-foto persiapan pemberangkatan pasukan, tanda jabatan dan pakaian yang dipergunakan pada saat operasi Mandala. Memasuki lantai 4 adalah ruang pandang di mana pengunjung dapat melihat suasana kota Makassar dari ketinggian. Ruang ini berada di ujung menara dengan ketinggian sekitar 73-75 meter dari permukaan tanah.

Pada dinding luar monumen direalisir kobaran api yang melambangkan gelora semangat untuk membebaskan Irian Barat, sedangkan di dalam tubuh monumen ini terdapat relief yang menceritakan sejarah perjuangan pembebasan Irian Barat.

Pada bagian bawah monumen, terdapat relief lidah api yang menjadi simbol semangat dari Trikora. Sementara relief yang sama di bagian atas melambangkan semangat yang tidak pernah padam. Selain itu ada 27 patung batang bambu runcing sebagai simbol instrumen perjuangan fisik rakyat saat itu. Monumen ini buka setiap hari mulai pukul 11.00 WITA – 18.00 WITA. Pengunjung dikenakan harga tiket masuk sebesar Rp 10.000/orang.

3. Monumen Korban 40.000 Jiwa

Tahun 1946-1947 adalah lembaran kelam bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Sebanyak 40.000 orang dibantai dalam sebuah operasi penumpasan pemberontak oleh pasukan khusus Belanda yang dipimpin Westerling. Monumen Korban 40.000 Jiwa berdiri sebagai pengingat peristiwa itu. Monumen ini terletak jalan Masjid Raya, kelurahan Ujung Sabbang, kecamatan Ujung, Parepare, Sulawesi Selatan. 

Masih berasal dari panduanwisata.id, Monumen Korban 40.000 Jiwa berdiri di wilayah yang asri dan rapi, tidak banyak kendaraan lalu lalang. Menempati lahan di sudut jalan dengan luas sekitar 250 meter persegi, monumen juga dilengkapi dengan pendopo. Di tempat inilah salah satu aksi pasukan Westerling dilakukan.  Di relief monumen ini tergambar dengan jelas peristiwa dimana rakyat yang mendengar kabar bahwa Indonesia telah merdeka dikumpulkan di areal terbuka lalu diberondong dengan senapan otomatis. Mayat mereka dikubur di dalam satu liang. Korban-korban lain dikuburkan di tempat-tempat mereka dibantai, seperti Kabupaten Barru, Sidrap dan Enrekang.

Di salah satu sisi bangunan, ada sebuah patung dengan tinggi sekitar empat meter. Menggambarkan seorang korban selamat tetapi dengan kaki buntung dan salah satu lengannya menggunakan penyangga. Pemerintah Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan selalu memperingati peristiwa pembantaian itu setiap 11 Desember. Para veteran dan keluarga korban diundang dalam upacara. Tidak sedikit keluarga korban yang menangis mengenang peristiwa 55 tahun silam tersebut.

Wisatawan yang berkunjung tidak dikenai tarif masuk atau gratis. Waktu kunjungan monumen bisa dilakukan sejak pukul 08.00 WITA hingga 16.00 WITA pada hari Senin sampai Sabtu.

4. Benteng Somba Opu

Benteng ini terletak di Jalan Daeng Tata, Kel.Benteng Somba Opu, Kec.Barombong. Dilansir dari wisataholik.com, Benteng Somba Opu adalah salah satu dari beberapa benteng-benteng milik kerajaan Gowa yang pernah melindungi rakyat Gowa-Tallo dari gempuran pasukan Spellman tahun 1669. Sejarawan dan Budayawan berkembangsaan Inggris, Wallace mengatakan bahwa salah satu benteng yang paling sulit ditaklukan di Nusantara adalah Benteng Somba Opu.

Pada masa kejayaannya, benteng ini pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang menyatukan pembeli dari bangsa Eropa dan barang dagangan dari kawasan Indonesia timur. Pada tahun 1669, Benteng Somba Opu dihancurkan oleh VOC milik Belanda. Kondisinya diperparah dengan hempasan ombak pasang. Pada tahun 1980 benteng ini ditemukan oleh beberapa sejarawan dan arkeolog lalu 10 tahun kemudian diadakan pemugaran dan rekonstruksi.

Pada area dalam benteng terdapat sebuah meriam raksasa dengan panjang 6 meter yang diduga merupakan Meriam Anak Makassar. Meriam ini juga merupakan bukti persahabatan Kerajaan Denmark dengan Kerajaan Makassar. Meriam memiliki berat 9,5 Ton ini pernah ikut berperang di perairan Masalembo melawan Belanda di bawah komando Gallarang Tumailalang Tallo.

Untuk berkunjung ke benteng ini, wisatawan bisa datang pukul 08:00 WITA hingga 19:00 WITA setiap hari. Untuk harga tiket masuknya juga terbilang murah, pengunjung hanya merogoh kantong sebesar Rp 2.000/orang untuk bisa menjelajah benteng ini.

5. Museum Kota Makassar

Museum Kota Makassar terletak di Jl. Balaikota No. 11, sekitar 500 meter dari titik pusat Kota Makassar atau sekitar 25 kilometer dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Dilansir dari makassarguide.com, museum ini berbentuk sebuah gedung tua dengan dua lantai serta sentuhan arsitektur bergaya Eropa pada abad ke-17. Dinding-dindingnya yang tebal, jendela-jendela kayu yang lebar dan beberapa ornamen gantung yang masih utuh terjaga membuat bangunan ini terlihat berdiri kokoh dan megah.

Memasuki pekarangan Museum Kota Makassar, pengunjung akan disambut oleh sebuah meriam yang diperkirakan berusia 300 tahun. Bangunan ini didominasi warna putih pada dinding dan merah marun pada bagian atap. Lantai pertama terisi dengan berbagai lukisan klasik peninggalan Belanda, foto dokumentasi perkembangan Kota Makassar, benda arkeologi, dan berbagai mata uang yang pernah berlaku di Makassar. Di lantai dua juga didominasi foto dokumentasi, sebuah meja yang pernah digunakan oleh Walikota Ujung Pandang, lambang kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan dan berbagai pernak pernik tradisional hasil kerajinan rakyat.

Museum ini dibangun sekitar tahun 1916 dan kini gedung bersejarah ini menyimpan beragam koleksi benda bersejarah yang berjumlah kurang lebih 560 koleksi antara lain motif batu yang ditemukan di Benteng Somba Opu  Makassar, keramik China dan Jepang masa Dinasti Ming, mata uang dari masa VOC, mata uang Kerajaan Gowa, mata uang bergambar Ratu Wilhelmina lengkap dengan patungnya, Peta udara Makassar dan masih banyak lagi.

Museum ini beroperasi pada hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 08.00 WITA hingga 19.00 WITA. Untuk memasuki museum ini, pengunjung diharuskan membayar tiket sebesar Rp 5.000/orang.

Itulah beberapa destinasi wisata bersejarah di Makasaar yang mengagumkan. Kamu bisa berkunjung ke sini bersama teman maupun keluarga. Gimana? Tertarik untuk menjelajah tempat sejarah tersebut? Selamat menikmati liburanmu

Penulis : Ririn Sri Wasida

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/mag)