Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu sastrawan besar Indonesia. Meski ada yang menuai kontroversi, buku Pramoedya selalu berhasil membuka mata pembaca tentang realitas sosial dan sejarah bangsa. Beberapa karya Pramoedya bahkan sempat dilarang karena dianggap bertentangan dengan penguasa saat itu. Namun kini, berbagai buku Pramoedya Ananta Toer khususnya yang berupa novel bisa diakses bebas.
Melalui gaya penceritaan yang khas, Pramoedya Ananta Toer mengajak pembaca menyelami berbagai lapisan sejarah Indonesia. Tidak hanya mengisahkan perjuangan tokoh-tokohnya, ia juga berhasil menghadirkan gambaran kompleks tentang sistem sosial, politik, dan budaya yang ada. Itulah sebabnya, novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer wajib dimasukkan ke dalam daftar bacaan.
Bagaimana, tertarik membaca buku Pramoedya Ananta Toer? Jika iya, berikut beberapa karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang wajib dibaca.
Advertisement
Bumi Manusia (credit: goodreads)
Bumi Manusia adalah buku Pramoedya Ananta Toer yang mengisahkan perjalanan hidup Minke, seorang pemuda pribumi yang belajar di sekolah Eropa. Kisah ini mempertemukan Minke dengan Annelies Mellema, seorang perempuan Indo yang kemudian menjadi istrinya. Namun, novel ini tidak sekadar bercerita tentang romansa.
Kalian juga akan menemukan keberanian Minke dalam melawan ketidakadilan, terutama melalui sosok Nyai Ontosoroh. Sebagai perempuan yang cerdas dan kuat, Nyai Ontosoroh menjadi simbol perlawanan terhadap sistem patriarki dan kolonialisme. Novel ini menyajikan sejarah yang dibalut dengan emosi mendalam, menjadikannya bacaan yang tak terlupakan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Melanjutkan kisah Minke, buku Pramoedya Ananta Toer berjudul Anak Semua Bangsa menggambarkan perjuangannya sebagai manusia merdeka. Di tengah kesedihan karena kehilangan Annelies yang meninggal di Belanda, Minke diajak Nyai Ontosoroh mengunjungi kaumnya yang hidup di bawah tekanan sistem kolonial.
Melalui perjalanan ini, kalian akan memahami betapa kerasnya kehidupan masyarakat pribumi pada masa itu. Novel ini juga menggambarkan kesadaran Minke terhadap realitas kolonial yang penuh sekat sosial. Dengan bahasa yang lugas, Pramoedya membawa pembaca menyelami penderitaan dan harapan bangsa Indonesia.
Advertisement
Jejak Langkah (credit: goodreads)
Kelanjutan kisah Minke juga bisa ditemukan dalam buku Pramoedya Ananta Toer berjudul Jejak Langkah. Pada seri ini, dikisahkan bahwa Minke melanjutkan perjalanannya ke Batavia untuk belajar di STOVIA, sekolah dokter pribumi. Namun, kehidupan di asrama ternyata tidak semudah yang dibayangkannya.
Di tengah dinamika sosial yang kompleks, Minke bertemu dengan Ang San Mei, seorang wanita Tionghoa yang cerdas dan penuh semangat. Melalui hubungan ini, pemikiran Minke menjadi semakin tajam, terutama dalam melawan ketidakadilan. Novel ini menampilkan perjuangan Minke sebagai jurnalis, sebuah profesi yang ia yakini sebagai senjata untuk melawan penindasan.
Seri terakhir dari tetralogi Pulau Buru yang mengisahkan tentang Minke adalah buku Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Rumah Kaca. Menariknya, dalam buku ini, digunakan sudut pandang baru, yaitu Jacques Pangemanann, seorang polisi kolonial Belanda yang ditugaskan mengawasi Minke.
Melalui kisah ini, kalian diajak melihat konflik batin Jacques yang harus memilih antara tugasnya sebagai polisi dan kesadarannya terhadap ketidakadilan kolonial. Akhir cerita ini memperlihatkan bagaimana Minke akhirnya diasingkan ke Maluku, sebuah penghujung perjalanan yang sarat makna.
ARUS BALIK (credit: goodreads)
Berbeda dengan seri Tetralogi Pulau Buru, Arus Balik membawa kalian ke masa kejayaan Nusantara di bawah Majapahit. Cerita ini berfokus pada Galeng, seorang pemuda Tuban yang memimpin perjuangan melawan penjajahan Portugis.
Novel ini tidak hanya mengisahkan perang dan konflik politik, tetapi juga menggambarkan transisi budaya Nusantara dari masa Hindu-Buddha ke Islam. Melalui karakter-karakter yang kompleks, Pramoedya berhasil menghadirkan sejarah Nusantara yang penuh warna.
Rekomendasi buku Pramoedya Ananta Toer lainnya diluar tetralogi Pulau Buru adalah Gadis Pantai. Konon, novel ini terinspirasi dari kisah nenek Pramoedya sendiri. Buku ini mengisahkan seorang gadis muda yang dinikahkan dengan seorang bangsawan bernama Bendoro.
Melalui novel ini, kalian akan melihat kritik tajam terhadap sistem feodalisme di Jawa. Gadis Pantai, yang awalnya lugu dan polos, harus menghadapi kenyataan pahit dalam pernikahannya. Novel ini menjadi pengingat akan pentingnya kebebasan dan kesetaraan dalam kehidupan.
Itulah di antaranya beberapa rekomendasi buku Pramoedya Ananta Toer yang wajib dibaca. Setiap karya Pramoedya Ananta Toer membawa pesan yang mendalam dan penuh makna.
Melalui keenam novel ini, kalian tidak hanya akan belajar tentang sejarah, tetapi juga menemukan kekuatan dalam perjuangan dan harapan. Selamat membaca dan menikmati perjalanan yang sarat emosi ini! Kalau bukan sekarang, KapanLagi?
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/psp)
Advertisement
Potret Gisella Anastasia Liburan ke Korea Bareng Gempi, Bebas Jajan di Myeongdong
Potret Terbaru Fanny Ghassani, Cantik dengan Outfit Tank Top Crop Hitam
7 Potret Dulu dan Kini Pemeran Arya Kamandanu, Ganteng Awet Muda di Usia Setengah Abad Lebih
Potret Shireen Sungkar Silaturahmi Lebaran ke Rumah Citra Kirana
6 Inspirasi Model Baju Bridesmaid yang Anggun dan Stylish, Cocok untuk Semua Tema Pernikahan