Kapanlagi.com - Banjir bandang dan tanah longsor menerjang Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada Senin malam (20/1/2025) dengan kekuatan yang mengkhawatirkan. Hujan deras yang tak kunjung reda sejak sore hari menjadi pemicu utama bencana ini. Tragisnya, data sementara mencatat 17 nyawa melayang, sementara sembilan orang lainnya masih dalam pencarian. Peristiwa ini tercatat sebagai salah satu bencana alam paling mematikan di kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi di lokasi bencana sangat memprihatinkan. Banyak rumah warga yang ters swept away oleh derasnya arus banjir, dan longsoran tanah menghancurkan pemukiman di beberapa desa. Menurut laporan dari Kepala BPBD Jateng, Bergas Catursasi, sebagian besar korban merupakan warga yang sedang mencari perlindungan di tepi sungai saat bencana melanda. Hujan yang terus mengguyur membuat proses evakuasi menjadi tantangan yang luar biasa.
Jembatan utama yang menghubungkan lokasi bencana juga mengalami kerusakan parah, memaksa tim penyelamat untuk mencari jalur alternatif. Kapolres Pekalongan, AKBP Doni Prakoso, mengungkapkan bahwa medan yang sulit semakin memperlambat proses evakuasi. Saat ini, petugas gabungan tengah fokus mencari korban yang masih hilang.
Dirangkum dari berbagai sumber oleh Kapanlagi.com pada Rabu (22/1/2025), berikut adalah kronologi lengkap bencana banjir dan tanah longsor yang mengguncang Kabupaten Pekalongan.
Sejak Senin sore, hujan deras mengguyur Pekalongan, memicu lonjakan debit air sungai yang drastis dan mengakibatkan banjir bandang melanda sejumlah titik, terutama di Kecamatan Petungkriyono.
Intensitas hujan yang tinggi membuat tanah di daerah pegunungan menjadi labil, berujung pada longsoran besar yang menghantam pemukiman warga. Para pakar lingkungan mengingatkan bahwa kondisi geografis berbukit di Petungkriyono memperburuk situasi, dengan curah hujan yang ekstrem dalam waktu singkat menyebabkan erosi tanah.
Hujan yang tak kunjung reda hingga malam hari semakin memperluas area banjir, merenggut ketenangan sembilan desa yang terdampak. Selain banjir, longsoran tanah juga menutup akses jalan utama, menyulitkan penduduk untuk mencari tempat yang lebih aman dari bencana.
Tragedi banjir dan longsor yang melanda daerah ini telah merenggut nyawa 17 orang, dengan sebagian besar korban ditemukan di Desa Kasimpar, titik terparah dari bencana ini. Di antara mereka, beberapa adalah pemancing yang sedang beristirahat di tepi sungai ketika longsor datang dengan tiba-tiba.
Sementara itu, sembilan orang masih dinyatakan hilang dan tim SAR gabungan terus berupaya mencari mereka, meskipun terhalang oleh medan yang sulit dan cuaca yang tidak bersahabat. Banyak warga yang mengalami luka-luka telah dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
Bencana yang melanda membawa dampak yang sangat parah, seperti yang dilaporkan oleh akun Instagram @pekalonganinfo. Jembatan utama yang menjadi penghubung antara Petungkriyono dan daerah sekitarnya hancur akibat derasnya arus banjir, memaksa tim penyelamat dan relawan untuk mencari jalur alternatif yang lebih lama.
Tak hanya itu, longsoran tanah juga menghancurkan jaringan listrik dan telekomunikasi, sehingga banyak wilayah terdampak kehilangan akses komunikasi. Kondisi ini menambah tantangan dalam koordinasi evakuasi dan distribusi bantuan darurat bagi para korban yang sangat membutuhkan.
Pemerintah Kabupaten Pekalongan segera mengaktifkan posko darurat di lokasi bencana, dengan tekad kuat untuk menyelamatkan nyawa dan memberikan bantuan kepada para pengungsi. Saat ini, fokus utama adalah pencarian dan penyelamatan korban, di mana tim BPBD, polisi, dan relawan bahu-membahu mempercepat evakuasi dan mendistribusikan bantuan.
Sekda Kabupaten Pekalongan, M. Yulian Akbar, mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi longsor susulan, dan mendesak mereka yang berada di daerah rawan bencana untuk segera mencari tempat yang lebih aman demi keselamatan bersama.
Penyelamatan dimulai pada Selasa pagi ketika banjir mulai surut, dan tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, serta relawan lokal segera terjun ke lokasi kejadian untuk mencari korban yang hilang. Mereka menyisir kawasan sekitar sungai dan area longsoran, di mana banyak korban ditemukan tertimbun.
Namun, tantangan besar menghadang, mulai dari medan yang sulit hingga hujan yang kembali mengguyur, membuat proses pencarian semakin berat. Hingga Rabu pagi, sembilan korban masih belum ditemukan, dan tim penyelamat bersiap untuk melanjutkan pencarian yang diperkirakan akan berlangsung selama beberapa hari ke depan.
Hujan deras yang tak kunjung reda menjadi biang keladi bencana, memicu banjir bandang dan longsoran tanah di kawasan berbukit yang rentan. Kejadian ini menciptakan suasana mencekam, saat air mengalir deras dan tanah bergerak, membawa serta segala yang ada di jalannya.
Sampai saat ini, tragedi yang memilukan ini telah merenggut nyawa 17 orang, sementara sembilan lainnya masih dalam pencarian, menambah duka yang mendalam bagi keluarga dan masyarakat yang terkena dampak.
Infrastruktur di wilayah tersebut mengalami kerusakan yang sangat parah, dengan jembatan utama yang hancur total dan jaringan listrik yang terputus, meninggalkan jejak kehampaan dan kesedihan di tengah masyarakat yang terdampak.
Pemerintah bergerak cepat dengan mendirikan posko darurat, mengerahkan tim penyelamat yang terlatih, serta menyediakan bantuan logistik untuk mendukung para pengungsi yang membutuhkan.