Biografi Sutan Syahrir Perdana Menteri Pertama Indonesia, Sahabat Seperjuangan Mohammad Hatta
Biografi Sutan Syahrir (credit: wikipedia)
Kapanlagi.com - Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa sesaat setelah merdeka, Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan parlementer. Pada masa itu, Sutan Syahrir menjadi perdana menteri pertama Indonesia. Jelas sebagai karena merupakan seorang perdana menteri, biografi Sutan Syahrir jadi sangat penting untuk diketahui.
Selain sebagai perdana menteri pertama Indonesia, Sutan Syahrir sangat berjasa bagi bangsa Indonesia. Banyak pemikiran dan aksi-aksi nyata Sutan Syahrir semasa hidup yang berdampak pada kemajuan bangsa. Jasa-jasa luar biasa itu bisa kita ketahui dengan membaca biografi Sutan Syahrir.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ulasan tentang biografi Sutan Syahrir dari lahir sampai akhirnya jadi perdana menteri pertama Indonesia.
Advertisement
1. Kehidupan Pribadi dan Latar Belakang
Sutan Syahrir dikenal sebagai seorang pahlawan nasional, revolusioner, dan politisi yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia. Syahrir juga menjadi sosok di balik berdirinya Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948 silam.
Sebelum mencapai titik di mana dia dikenal sekarang, Sutan Syahrir mempunyai biografi hidup yang panjang. Biografi Sutan Syahrir tentu dimulai saat dia lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Syahrir lahir dari pasangan orangtua Mohammad Rasad dengan gelar Maharaja Soetan bin Leman dan gelar Soetan Palindih dari Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat dan Puti Siti Rabiah yang berasal dari negeri Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
Orangtua Syahrir tersebut bukanlah orang sembarangan. Terutama sang ayah Mohammad Rasad diketahui pernah menjabat sebagai seorang penasihat sultan Deli. Syahrir juga merupakan saudara dari Rohana Kudus, aktivis sekaligus wartawan wanita pertama Indonesia. Selain itu, saudara Sutan Syahrir lainnya adalah Sutan Syahsam yang merupakan seorang makelar saham pribumi dan Sutan Nuralamsyah yang merupakan seorang politikus sekaligus jaksa.
Pada tahun 1951, Sutan Syahrir menikah dengan wanita bernama Siti Wahyunah yang memberinya dua orang anak bernama Kriya Arsyah Sjahrir dan Siti Rabyah Parvati Sjahrir.
(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)
2. Riwayat Pendidikan Sutan Syahrir
Membahas biografi Sutan Syahrir tentu tak akan lengkap tanpa mengulas riwayat pendidikannya. Sutan Syahrir kecil sempat bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) yang setara Sekolah Dasar. Kemudian, Syahrir melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang setara sekolah menengah. Kedua jenjang pendidikan itu, Syahrir tempuh di Medan, Sumatra Barat.
Kemudian pada tahun 1926, Syahrir dari MULO. Syarir lalu melanjutkan masuk Algemeene Middelbare School (AMS) yang setara SMA di Bandung. Di sekolah itu, Syahrir mulai menemukan ketertarikannya pada dunia literasi dan juga seni. Syahrir banyak melakukan kegiatan kesenian saat di AMS.
Selain berkegiatan seni, Syahrir juga mulai melakukan berbagai aktivitas sosial dan politik. Syahrir waktu itu tergabung dalam organisasi kedaerahan. Syahrir kemudian menjadi salah satu dari 10 pemuda yang menggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis bernama Jong Indonesie yang kemudian diubah namanya jadi Pemuda Indonesia.
Organisasi tersebutlah yang pada akhirnya menginisiasi diadakannya Kongres Pemuda Indonesia, kongres monumental yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Lulus dari AMS, Syahrir berkesempatan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam. Di sana, pemikiran Syahrir mulai berkembang. Syahrir mulai tertarik untuk mendalami konsep sosialisme. Syahrir juga mulai banyak menulis menuangkan setiap ide dan gagasan. Sjahrir juga semakin aktif dalam pergerakan pemuda. Dia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI) yang saat itu diketuai Mohammad Hatta.
3. Kiprah di Politik dan Perjuangan Kemerdekaan
Sutan Syahrir sudah mulai menunjukkan ketertarikannya pada politik dan pergerakan kemerdekaan sejak tergabung di organisasi kedaerahan. Semangat Syahrir untuk turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia semakin menguat seiring berjalannya waktu. Apalagi sejak kuliah di Belanda, Syahrir juga dekat hingga bersahabat dengan Mohammad Hatta.
Syahrir dan Mohammad Hatta menyerukan pergerakan kemerdekaan melalui tulisan yang mereka terbitkan di majalah Daulat Rakjat yang dimiliki oleh Pendidikan Nasional Indonesia.
Selain itu, Syahrir juga bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Soekarno setelah kembali dari Belanda. Sampai akhirnya, terdapat pembaruan sehingga muncul PNI baru yang diketuai Syahrir.
Karena pergerakan yang dia lakukan, Sutan Syahrir sempat beberapa kali ditangkap dan diasingkan. Bersama Mohammad Hatta, Syahrir pernah ditangkap dan diasingkan ke Boven-Digoel kemudian ke Banda Neira.
Sutan Syahrir juga jadi salah satu tokoh yang sangat mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tangga 15 Agustus 1945, desakan itu juga didukung oleh para pemuda ketika itu. Syahrir yakin betul kondisi Jepang yang sudah hampir kalah melawan sekutu harus dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk merdeka.
4. Jadi Perdana Menteri Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, Soekarno menunjuk Sutan Syahrir menjadi perdana menteri. Meski demikian, selama menjabat Sutan Syahrir tak segan memberikan kritik pada Soekarno. Namun sebagai perdana menteri, Syahrir juga tak luput dari kritik. Bahkan, Syahrir sempat diculik karena keputusannya yang dinilai kurang bijak.
Penculikan perdana menteri Syahrir itu terjadi saat dia melakukan perundingan dengan Belanda. Saat itu, Belanda ingin kembali menguasai Indonesia. Namun dalam perundingan Syahrir hanya menuntut agar Belanda mengakui kedaulatan Indonesia atas Jawa dan Madura. Banyak yang tak setuju dan mendesak Syahrir menuntut Belanda mengakui kedaulatan Indonesia atas seluruh wilayah nusantara.
Setelah penculikan itu, Syahrir tetap menjabat perdana menteri. Dia kemudian melanjutkan perundingan dengan Belanda melalui perjanjian Linggar Jati.
Selama menjabat sebagai perdana menteri, Syahrir telah melakukan perombakan kabinet sebanyak 3 kali. Kemampuan Syahrir dalam berdiplomasi juga terbilang ampuh. Syahrir selalu ulet memperjuangkan kedaulatan Indonesia di dunia internasional.
Di saat bersamaan Syahrir juga ditunjuk jadi perwakilan Indonesia di PBB. Pada waktu itu, Syahrir berhasil melibatkan PBB dalam setiap perundingan dengan Belanda. Hingga akhirnya, PBB mendesak Belanda untuk mengakui kedaulatan Indonesia.
5. Akhir Hayat Sutan Syahrir
Sutan Syahrir meninggal dunia di Zurich, Swiss, 9 April 1966 pada usia 57 tahun. Pada waktu ittu, Syahrir meninggal dalam kondisi sebagai tahanan politik. Meski begitu, Syahrir tetap dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Sebelum meninggal, hubungan Syahrir dan Presiden Soekarno sempat memburuk. Hal tersebut merupakan imbas dari kasus PRRI di tahun 1958. Selain itu, kasus tersebut juga menyebabkan Partai Sosialis Indonesia (PSI) dibubarkan. Syahrir kemudian ditangkap dan dipenjarakan. Sampai akhirnya, Syahrir jatuh sakit dan diizinkan berobat ke Swiss dengan status tahanan politik.
Itulah di antaranya ulasan biografi singkat Sutan Syahrir. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan!
Baca artikel lainnya:
14 Rekomendasi Film Horor Penuh Jump Scare Menegangkan, Seram Sepanjang Masa
15 Rekomendasi Lagu untuk Belajar Bahasa Inggris, Bisa Belajar Sambil Bernyanyi
Tersimpan Kesan di Balik Warna Pakaian Saat Wawancara Kerja
200 Rekomendasi Nama Kucing Lucu, Bagus dan Unik Beserta dengan Artinya
20 Rekomendasi Anime Romantis Terbaik, Dijamin Bikin Baper dan Senyum-Senyum Sendiri!
(Di usia pernikahan 29 tahun, Atalia Praratya gugat cerai Ridwan Kamil.)
(kpl/gen/psp)
Advertisement
