Cak Imin Soroti Pilkada 2024 Penuh Money Politic, Ungkap Rasa Prihatin

Penulis: Ricka Milla Suatin

Diperbarui: Diterbitkan:

Cak Imin Soroti Pilkada 2024 Penuh Money Politic, Ungkap Rasa Prihatin
Cak Imin nyoblos di Pilkada 2024. (Credit: Instagram @cakiminow)

Kapanlagi.com - Pilkada 2024 semakin memanas, namun sayangnya, suasana demokrasi Indonesia ternoda oleh praktik politik uang atau money politic. Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, yang lebih akrab disapa Cak Imin, tidak bisa menahan keprihatinannya terhadap maraknya fenomena ini.

Dalam pembukaan Munas V Perempuan Bangsa yang digelar di Hotel Sultan Jakarta pada Sabtu, 30 November 2024, Cak Imin melontarkan kritik tajam mengenai dampak negatif politik uang terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Cak Imin mengungkapkan bahwa persaingan Pilkada yang akan berlangsung serentak tahun depan menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Uang seolah menjadi penentu utama dalam pemilihan kepala daerah, mengaburkan esensi dari demokrasi itu sendiri.

Ia mengambil contoh dari Pilgub Riau, di mana calon Gubernur dari PKB, Abdul Wahid, mengakui bahwa sulit untuk meraih kemenangan tanpa mengeluarkan dana. Namun, yang menarik, Wahid mampu meraih sukses tanpa harus menggelontorkan uang dalam jumlah besar.

Cak Imin menegaskan bahwa situasi ini mencerminkan adanya ancaman serius terhadap demokrasi Indonesia. Kini, pilihan rakyat tidak lagi didasarkan pada kualitas calon, melainkan terdistorsi oleh faktor finansial. Ia juga mengungkapkan hasil survei yang menunjukkan bahwa harga minimal untuk membeli satu suara dalam Pilkada bisa mencapai Rp300 ribu.

Hal ini menunjukkan betapa dalamnya masalah politik uang yang menggerogoti sistem pemilihan umum kita. Cak Imin menekankan bahwa ini adalah tantangan besar yang harus segera dihadapi guna mengembalikan integritas dan keadilan dalam proses pemilihan.

1. Politik Uang Mengancam Integritas Pilkada

Cak Imin menyoroti gelombang gelap yang membayangi Pilkada serentak 2024, di mana praktik politik uang mengancam kualitas demokrasi kita. Ia menegaskan bahwa uang kini telah menjadi komoditas utama dalam meraih suara, berpotensi merusak integritas pemilihan.

"Ini gawat, demokrasi kita mengalami pelemahan yang sangat mengerikan," tegasnya, seperti dilansir dari Liputan6.com.

Dalam berbagai diskusi dengan calon kepala daerah, termasuk Abdul Wahid dari Riau, Cak Imin mendapati fakta mencengangkan: kesuksesan dalam Pilkada sangat bergantung pada seberapa banyak uang yang dikeluarkan.

Ini menandakan bahwa tanpa modal yang cukup, meraih kemenangan dalam Pilkada menjadi sebuah tantangan yang hampir mustahil.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Pentingnya Evaluasi Terhadap Sistem Pilkada

Cak Imin mengusulkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem Pilkada demi menekan biaya tinggi yang sering kali membebani pemilihan.

Dalam dialognya dengan Presiden Prabowo Subianto, ia menekankan pentingnya perbaikan sistem agar tidak terjebak dalam praktik politik uang yang merusak integritas pemilu.

"Jika kita tidak segera melakukan perbaikan, politik uang akan terus merongrong jalannya pemilu," ungkap Cak Imin, berharap diskusi ini dapat membuka peluang untuk reformasi sistem pemilihan kepala daerah yang lebih baik di masa depan.

3. Biaya Tinggi untuk Mengamankan Suara

Cak Imin baru-baru ini mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai biaya politik dalam Pilkada, di mana untuk mendapatkan satu suara, calon kepala daerah harus merogoh kocek hingga Rp300 ribu.

"Survei menunjukkan, uang minimal yang diperlukan untuk diterima adalah Rp300 ribu per suara," ujarnya.

Hal ini mencerminkan betapa mahalnya harga kemenangan dalam kontestasi politik, di mana banyak calon harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit.

Cak Imin pun menekankan pentingnya agar uang tidak menjadi penentu utama dalam Pilkada, karena hal tersebut bisa merusak esensi dari pemilihan yang seharusnya sehat dan adil.

4. Mendorong Pembenahan Sistem Pemilu

Cak Imin mengungkapkan harapannya agar perbaikan sistem pemilihan kepala daerah tidak hanya terfokus di level daerah, tetapi juga merambah ke undang-undang yang mengatur pemilu secara keseluruhan.

Dalam diskusinya bersama Presiden Prabowo Subianto, keduanya sepakat untuk melakukan pembaruan yang mendasar demi menciptakan pemilu yang lebih transparan dan efisien.

"Kami percaya bahwa pembicaraan ini sangat krusial untuk memastikan pemilu dan Pilkada berjalan dengan baik," tegas Cak Imin, yang juga menekankan perlunya revisi pada paket UU Pemilu dan UU Politik agar dapat mendukung terciptanya kompetisi yang sehat.

5. Peluang dan Tantangan

Meskipun upaya perbaikan telah dilakukan, tantangan untuk memberantas politik uang dalam Pilkada masih sangat besar, mengingat praktik ini telah mengakar dalam masyarakat.

Namun, Cak Imin tetap berpegang pada optimisme, meyakini bahwa perubahan masih bisa dicapai dengan kerja keras dan komitmen dari semua elemen, termasuk pemerintah dan penyelenggara pemilu.

"Kita harus bersama-sama menuju sistem yang lebih adil dan transparan," tegas Cak Imin, menegaskan pentingnya langkah awal ini untuk menjaga agar demokrasi Indonesia tetap sehat dan kokoh.

6. Apa yang dimaksud dengan politik uang dalam Pilkada?

Politik uang dalam Pilkada adalah fenomena yang merugikan, di mana calon pemimpin rela menggelontorkan uang atau barang demi memikat suara para pemilih.

Praktik kotor ini tidak hanya mencederai integritas pemilihan, tetapi juga menggerogoti fondasi demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi keadilan dan transparansi.

7. Mengapa politik uang dapat merusak demokrasi?

Politik uang telah mencoreng wajah demokrasi, sebab para pemilih kini lebih terpengaruh oleh iming-iming materi daripada kualitas sejati dari calon pemimpin mereka.

Akibatnya, pertarungan dalam pemilihan kepala daerah menjadi tidak seimbang, dan berpotensi melahirkan pemimpin yang jauh dari kriteria yang diharapkan.

8. Berapa biaya yang diperlukan untuk memenangkan Pilkada?

Cak Imin baru-baru ini menerima hasil survei yang mencengangkan, mengungkapkan bahwa untuk mengamankan satu suara dalam Pilkada, diperlukan biaya minimal hingga Rp300 ribu.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/rmt)

Rekomendasi
Trending