Deteksi Dini HIV, Mengenali Tanda dan Gejala Awal yang Penting!

Penulis: M Rizal Ahba Ohorella

Diterbitkan:

Deteksi Dini HIV, Mengenali Tanda dan Gejala Awal yang Penting!
Ilustrasi HIV. (hak cipta/Canva).

Kapanlagi.com - HIV (Virus Imunodefisiensi Manusia) adalah musuh tak kasat mata yang menyerang sistem kekebalan tubuh kita. Virus ini secara perlahan melemahkan daya tahan tubuh, membuat kita rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.

Tanpa penanganan yang tepat, HIV bisa berkembang menjadi AIDS (Sindrom Imunodefisiensi Didapat), yang merupakan tahap paling serius dari infeksi ini. Oleh karena itu, mengenali tanda-tanda awal HIV sangatlah krusial.

Dengan deteksi dini, penderita dapat segera mendapatkan perawatan yang diperlukan untuk melawan virus ini dan melindungi kesehatan mereka. Mari kita tingkatkan kesadaran dan pengetahuan kita tentang HIV agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Rabu(18/12).

1. Pengertian HIV dan AIDS

HIV, virus yang licik ini, menyerang jantung pertahanan tubuh kita—sel-sel CD4 atau sel T yang berfungsi sebagai penjaga setia dari berbagai infeksi. Ketika jumlah sel-sel ini semakin menipis, kekuatan tubuh kita untuk melawan penyakit pun melemah.

Di tahap yang lebih parah, yang dikenal sebagai AIDS, sistem kekebalan tubuh berada dalam kondisi kritis, tak mampu melawan infeksi oportunistik maupun penyakit lainnya.

Diagnosis AIDS ditegakkan ketika jumlah sel CD4 merosot di bawah 200 sel per milimeter kubik darah, atau ketika infeksi oportunistik tertentu mulai mengintai.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Ciri-Ciri HIV Stadium Awal

Mengenali ciri-ciri infeksi HIV pada tahap awal sangatlah krusial untuk memastikan deteksi dan penanganan yang tepat. Pada fase ini, beberapa gejala yang patut diwaspadai antara lain demam dengan suhu di atas 38°C, kelelahan yang tak wajar, nyeri pada otot dan sendi, serta sakit kepala yang persisten.

Selain itu, rasa tidak nyaman di tenggorokan, munculnya ruam merah di kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening di area leher, ketiak, atau selangkangan juga bisa menjadi tanda-tanda awal.

Gejala lain yang mungkin muncul adalah diare yang lebih sering, penurunan berat badan tanpa sebab jelas, serta berkeringat berlebihan saat tidur malam.

Namun, penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini bisa mirip dengan penyakit lain seperti flu, dan tidak semua orang yang terinfeksi HIV akan mengalami semua tanda tersebut, bahkan ada yang sama sekali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.

3. Fase-Fase Infeksi HIV

Infeksi HIV melalui beberapa fase, dimulai dengan fase akut yang terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, di mana virus berkembang biak dengan cepat dan menimbulkan gejala mirip flu, meskipun belum terdeteksi dalam tes antibodi.

Setelah itu, virus memasuki fase laten atau asimptomatik, di mana ia tetap aktif namun dengan reproduksi rendah, sehingga penderita tidak merasakan gejala tetapi masih dapat menularkan virus.

Selanjutnya, fase simptomatik muncul dengan kerusakan sistem kekebalan yang terlihat, ditandai dengan gejala ringan dan peningkatan risiko infeksi oportunistik.

Fase terakhir adalah AIDS, di mana sistem kekebalan tubuh sangat rusak, menjadikan penderita rentan terhadap infeksi dan kanker, dengan harapan hidup yang dapat berkurang menjadi sekitar tiga tahun tanpa pengobatan.

4. Cara Penularan HIV

HIV, virus yang menjadi perhatian global, dapat menyebar melalui beberapa cara yang perlu kita waspadai. Penularan dapat terjadi saat berhubungan seksual tanpa pengaman dengan seseorang yang terinfeksi, berbagi jarum suntik di kalangan pengguna narkoba, atau melalui transfusi darah yang terkontaminasi, meski ini sangat jarang di negara dengan sistem skrining darah yang baik.

Selain itu, ibu yang terinfeksi HIV juga dapat menularkan virus ini kepada bayinya selama kehamilan, saat melahirkan, atau melalui menyusui. Namun, penting untuk dicatat bahwa HIV tidak menular melalui kontak kasual seperti berjabat tangan, berpelukan, berbagi peralatan makan, atau menggunakan toilet umum. Pengetahuan ini sangat penting untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran akan pencegahan.

5. Diagnosis HIV

Diagnosis HIV dapat dilakukan melalui beberapa jenis tes penting untuk kesehatan.

Pertama, Tes Antibodi HIV mendeteksi antibodi dalam darah atau cairan mulut, biasanya muncul 3-12 minggu setelah infeksi.

Kedua, Tes Antigen/Antibodi Kombinasi dapat mendeteksi antibodi dan antigen p24, sehingga mampu mengidentifikasi infeksi lebih awal, sekitar 2-6 minggu pasca paparan.

Ketiga, Tes RNA HIV mencari virus dalam darah dan memberikan hasil cepat, yaitu 1-4 minggu setelah terpapar. Untuk hasil cepat, ada juga Tes Cepat HIV yang memberikan jawaban dalam 20-30 menit, meskipun hasilnya perlu konfirmasi lebih lanjut.

Jika tes pertama positif, tes konfirmasi diperlukan untuk memastikan diagnosis. Oleh karena itu, tes HIV secara rutin sangat penting, terutama bagi individu berisiko tinggi.

6. Pengobatan HIV

Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV secara total, kemajuan pengobatan, terutama terapi antiretroviral (ART), memberikan harapan baru bagi penderita.

ART menekan reproduksi HIV dan menurunkan viral load hingga tidak terdeteksi, sehingga mengurangi risiko penularan dan memungkinkan pemulihan sistem kekebalan tubuh. Namun, pengobatan ini memerlukan komitmen seumur hidup dan disiplin dalam mengonsumsi obat sesuai resep.

Selain ART, pengobatan infeksi oportunistik dan dukungan terapi suportif, termasuk nutrisi dan kesehatan mental, juga penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita HIV.

7. Pencegahan HIV

Pencegahan adalah kunci dalam memerangi penyebaran HIV. Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk praktik seks aman dengan kondom, menghindari berbagi jarum suntik, dan rutin melakukan tes HIV, terutama bagi yang berisiko tinggi.

Penggunaan obat PrEP untuk mencegah infeksi dan pengobatan darurat PEP setelah terpapar juga sangat penting. Bagi ibu hamil positif HIV, pengobatan antiretroviral dapat mengurangi penularan kepada bayi.

Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS juga krusial untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman.

8. Kapan Harus Konsultasi ke Dokter

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/rao)