Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Diabetes, yang sering dijuluki "penyakit gula", merupakan masalah kesehatan yang berkaitan erat dengan tingginya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit ini tidak mengenal usia dan bisa mengintai siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Menurut data dari dataindonesia.id, Indonesia menduduki peringkat kelima di dunia dengan jumlah penderita diabetes terbanyak pada tahun 2021, mencapai angka mencengangkan 19,5 juta orang dalam rentang usia 20 hingga 79 tahun.
Meskipun banyak yang berpikir bahwa diabetes hanya menyerang orang dewasa, kenyataannya penyakit ini juga bisa menjangkiti anak-anak. Diabetes tipe 1, yang merupakan penyakit autoimun, adalah jenis yang paling umum ditemukan pada anak-anak. Namun, jangan anggap remeh! Diabetes tipe 2 juga bisa menyerang si kecil, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tertentu, seperti obesitas dan pola hidup yang tidak sehat.
Lalu, apa sih perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe 2? Dan mana yang lebih sering menyerang anak-anak? Mari kita telusuri lebih dalam mengenai kedua jenis diabetes ini mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pengobatannya agar kita semua lebih paham dan dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat, dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Jum'at (24/1/2025).
Advertisement
Diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki perbedaan mendasar yang menarik untuk dicermati, terutama dari segi penyebabnya. Diabetes tipe 1 muncul akibat gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel beta di pankreas yang bertugas memproduksi insulin, sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan hormon vital ini untuk mengubah glukosa menjadi energi.
Akibatnya, kadar gula darah melonjak tajam. Meskipun penyebab pasti reaksi autoimun ini masih misterius, faktor genetik dan infeksi virus tertentu, seperti virus gondongan dan Coxsackie, diduga berkontribusi.
Di sisi lain, diabetes tipe 2 lebih berkaitan dengan gaya hidup; meski tubuh masih memproduksi insulin, sel-sel tubuh tidak meresponsnya dengan baik, yang dikenal sebagai resistensi insulin. Hal ini menyebabkan kadar gula darah tetap tinggi, meskipun insulin ada.
Gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan tinggi kalori, obesitas, dan bertambahnya usia, menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, memiliki kesamaan dalam gejala, tetapi cara kemunculannya bisa sangat berbeda.
Pada diabetes tipe 1, gejala tiba-tiba muncul dan berkembang pesat dalam hitungan minggu anak-anak yang menderita penyakit ini seringkali terlihat haus berlebihan, cepat lapar, frekuensi buang air kecil meningkat, mengalami penurunan berat badan yang drastis, mudah lelah, dan memiliki luka yang sulit sembuh.
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berujung pada komplikasi serius seperti ketoasidosis diabetik yang mengancam jiwa.
Sementara itu, diabetes tipe 2 berkembang perlahan dan sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas di awal, sehingga banyak penderita baru menyadari kondisi mereka hanya setelah mengalami komplikasi serius, seperti gangguan penglihatan atau masalah ginjal.
Inilah mengapa diabetes tipe 2 sering kali tidak terdiagnosis hingga kondisinya sudah cukup parah.
Advertisement
Diabetes, meski merupakan penyakit kronis yang tak bisa disembuhkan, masih dapat dikelola agar penderitanya dapat menikmati hidup dengan normal.
Bagi anak-anak yang menghadapi diabetes tipe 1, mereka harus menjalani rutinitas injeksi insulin yang ketat, karena tubuh mereka tidak mampu memproduksi insulin secara alami.
Setiap hari, mereka harus memantau kadar gula darah dan mendapatkan suntikan insulin beberapa kali untuk menjaga keseimbangan yang vital.
Sementara itu, diabetes tipe 2 menawarkan pendekatan yang lebih beragam pada tahap awal, perubahan pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan pengelolaan berat badan bisa menjadi kunci untuk mengendalikan penyakit ini.
Namun, jika kondisi memburuk, dokter mungkin akan meresepkan obat diabetes oral atau bahkan insulin untuk membantu penderita tetap sehat.
Diabetes tipe 1, yang umumnya menyerang anak-anak dan remaja, lebih sering dijumpai pada mereka yang berusia antara 7 hingga 12 tahun, meskipun bayi dan balita pun tidak luput dari ancaman ini.
Namun, tren yang mengkhawatirkan muncul seiring dengan meningkatnya kasus obesitas di kalangan anak-anak, yang membuat diabetes tipe 2 semakin marak.
Anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, jarang berolahraga, dan gemar mengonsumsi makanan manis berisiko tinggi untuk menghadapi diabetes tipe 2 di usia yang masih muda.
Diabetes tipe 1 memang sulit untuk dicegah karena faktor autoimun, namun jangan khawatir! Diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan langkah-langkah sederhana dalam pola hidup sehat.
Orang tua bisa berperan aktif dengan mengatur pola makan anak, seperti mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana. Ajak anak untuk bergerak aktif setidaknya 60 menit setiap hari, baik itu melalui bermain, berlari, atau berolahraga.
Selain itu, penting juga untuk memastikan anak memiliki berat badan yang ideal dan menghindari obesitas, serta membatasi konsumsi minuman manis seperti soda.
Dengan menerapkan gaya hidup sehat ini, risiko diabetes tipe 2 pada anak dapat diminimalkan sejak dini!
Diabetes tipe 1 adalah sebuah tantangan seumur hidup, namun bukan berarti tak bisa dikelola.
Dengan pengelolaan yang tepat melalui injeksi insulin dan penerapan gaya hidup sehat, penderita dapat menjalani hidup yang berkualitas dan aktif.
Makanan yang menggoda seperti permen manis, minuman bersoda yang menyegarkan, roti putih yang lembut, serta hidangan cepat saji yang kaya lemak trans dan karbohidrat olahan, memang sulit untuk ditolak.
Namun, di balik kenikmatan tersebut, tersimpan risiko kesehatan yang perlu kita waspadai.
Dengan perawatan yang tepat, anak-anak penderita diabetes tipe 1 dapat menjalani kehidupan yang sehat dan aktif, sama seperti teman-teman sebaya mereka.
Mereka tetap bisa bermain, belajar, dan mengeksplorasi dunia dengan penuh semangat, asalkan mendapatkan dukungan dan pengelolaan yang baik untuk kondisi mereka.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rao)
Advertisement
Lolly Minta Maaf dan Peluk Nikita Mirzani, Tahan Tangis Saat Akui Masih Keras dan Belum Dewasa
Wedding Anniversary ke-7, Tommy Kurniawan Romantis Ajak Istri ke Tanah Suci
Potret Romantis Kimmy Jayanti Dinner Bareng Greg Nwokolo, Dapat Hadiah Bunga
Panduan Lengkap Daftar Mudik Bareng Honda 2025, Cek Link dan Persyaratannya di Sini
Sosok Brian Yuliarto Mendiktisaintek yang Baru Saja Dilantik, Begini Perjalanan Kariernya