Kenapa Lontong Jadi Hidangan Ikonik Cap Go Meh? Ini Sejarah dan Maknanya

Penulis: Ricka Milla Suatin

Diperbarui: Diterbitkan:

Kenapa Lontong Jadi Hidangan Ikonik Cap Go Meh? Ini Sejarah dan Maknanya
Lontong Cap Go Meh (credit: wikipedia)

Kapanlagi.com - Setiap kali perayaan Cap Go Meh tiba, satu hidangan tak pernah absen menghiasi meja makan keluarga Tionghoa Indonesia: lontong Cap Go Meh. Namun, hidangan ini lebih dari sekadar makanan; ia menyimpan makna filosofis yang mendalam. Bentuk lontong yang panjang melambangkan harapan akan umur panjang, kuah santan keemasan menggambarkan rezeki yang berlimpah, sementara telur rebus yang menyertainya menjadi simbol keberuntungan.

Lontong Cap Go Meh adalah contoh nyata dari akulturasi budaya antara komunitas Tionghoa dan masyarakat lokal, khususnya Jawa. Sejarah mencatat bahwa hidangan ini lahir dari perpaduan tradisi kuliner Tiongkok dan cita rasa khas Jawa. Lontong pun menggantikan yuanxiao, bola ketan yang biasanya dinikmati dalam perayaan Cap Go Meh di Tiongkok, karena bahan dan rempah lokal lebih mudah ditemukan di Nusantara.

Tapi, bagaimana sebenarnya asal-usul lontong Cap Go Meh? Kenapa hidangan ini begitu melekat dengan perayaan Cap Go Meh di Indonesia? Mari kita telusuri bersama sejarah dan makna di balik kelezatan lontong Cap Go Meh yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi ini.

1. Sejarah Cap Go Meh dan Tradisi Kuliner

Cap Go Meh, yang berasal dari bahasa Hokkien, secara harfiah berarti malam ke-15 setelah perayaan Tahun Baru Imlek, di mana "Cap" berarti sepuluh, "Go" berarti lima, dan "Meh" berarti malam. Di Tiongkok, perayaan ini dikenal sebagai Festival Lampion yang meriah, dipenuhi dengan lampion warna-warni yang menghiasi malam.

Ketika tradisi ini menyebar ke Indonesia, terutama di kalangan diaspora Tionghoa, Cap Go Meh mengalami transformasi yang unik, terutama dalam hal kuliner.

Sementara di Tiongkok disajikan dengan yuanxiao, bola ketan yang kenyal, masyarakat Tionghoa Peranakan di Indonesia lebih memilih lontong sebagai hidangan khas, menciptakan harmoni rasa yang lebih akrab di lidah lokal.

Sejarah mencatat, saat imigran Tionghoa pertama kali tiba di pesisir Jawa pada abad ke-14, mereka tidak membawa wanita dari tanah asal, sehingga banyak pria Tionghoa yang menikah dengan perempuan Jawa, menghasilkan perpaduan budaya yang kaya, termasuk dalam tradisi kulinernya.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Legenda Sam Po Kong dan Asal-usul Nama Lontong Cap Go Meh

Ada sebuah legenda menarik yang mengisahkan asal-usul nama lontong Cap Go Meh, yang berakar dari kedatangan Laksamana Zheng He, atau yang dikenal sebagai Sam Po Kong, ke Semarang pada abad ke-15. Dalam upayanya mencari hidangan paling lezat untuk perayaan Cap Go Meh, ia mengadakan sayembara dan seorang kepala desa pun menciptakan sup istimewa dengan berbagai bahan lokal.

Ketika mencicipi hidangan tersebut, Sam Po Kong menyebutnya "Luang Tang Shiwu Ming," yang berarti sup aneka bahan urutan ke-15. Namun, karena perbedaan dialek Hokkian, masyarakat setempat salah mengartikan dan menyebutnya "Lontong Cap Go Meh." Sejak saat itu, lontong ini telah menjadi sajian ikonik yang tak terpisahkan dari perayaan Cap Go Meh di Indonesia.

3. Makna Filosofi dalam Lontong Cap Go Meh

Setiap elemen dalam lontong Cap Go Meh memiliki makna simbolis yang dalam. Menurut Detik.com dan Tirto.id, berikut adalah filosofi dari masing-masing bahan dalam hidangan ini:

  • Lontong → Bentuknya yang panjang melambangkan panjang umur dan perjalanan hidup yang penuh berkah.
  • Opor ayam → Ayam melambangkan kerja keras dan kegigihan dalam mencari rezeki.
  • Santan kuning → Kuah berbumbu kunyit berwarna keemasan melambangkan kekayaan dan keberuntungan.
  • Telur pindang → Melambangkan kesuburan, kelahiran baru, dan keberuntungan.
  • Sambal goreng hati dan kentang → Mencerminkan kesejahteraan dan harapan hidup yang seimbang.
  • Kerupuk dan abon → Melambangkan kebahagiaan dan kelezatan hidup.

Dalam tradisi Tionghoa, makanan bukan hanya sekadar santapan, tetapi juga menjadi doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

4. Akulturasi Budaya Jawa dan Tionghoa dalam Kuliner Cap Go Meh

Lontong Cap Go Meh adalah contoh menakjubkan dari pertemuan dua budaya, Tionghoa dan Jawa, yang melahirkan harmoni rasa yang menggugah selera. Ketika komunitas Tionghoa merantau ke Jawa, mereka dengan cerdas mengadopsi elemen masakan lokal, menggantikan yuanxiao yang berbentuk bola ketan dengan lontong yang lebih sesuai dengan selera Nusantara.

Dengan tambahan bumbu khas Jawa seperti santan, kunyit, dan sambal, terciptalah cita rasa yang tak hanya unik, tetapi juga menggambarkan perjalanan budaya yang kaya. Hingga kini, lontong Cap Go Meh tetap menjadi simbol bagaimana kuliner mampu bertransformasi dan beradaptasi, sambil tetap menjaga jati dirinya.

5. Mengapa Lontong Cap Go Meh Tetap Populer?

Lontong Cap Go Meh tetap menjadi hidangan ikonik yang tak terpisahkan dari perayaan Cap Go Meh di Indonesia, berkat tradisi yang kokoh dan cita rasa yang menggugah selera. Keberagaman lauk yang menyertainya menjadikan lontong ini bukan hanya favorit di kalangan komunitas Tionghoa, tetapi juga menarik minat banyak orang dari berbagai latar belakang.

Perayaan Cap Go Meh sendiri telah bertransformasi menjadi bagian integral dari budaya Indonesia yang lebih luas, terutama di kota-kota seperti Singkawang dan Semarang, di mana festival budaya yang meriah menambah keindahan dan makna dari hidangan khas ini.

6. People Also Ask

1. Kenapa lontong Cap Go Meh identik dengan Imlek?

Lontong Cap Go Meh adalah hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa yang menggantikan hidangan yuanxiao dalam perayaan Cap Go Meh di Indonesia.

2. Apa makna filosofi dari lontong Cap Go Meh?

Lontong melambangkan panjang umur, santan kuning melambangkan keberuntungan, dan telur pindang melambangkan kesejahteraan.

3. Apakah lontong Cap Go Meh hanya ada di Indonesia?

Ya, hidangan ini merupakan kuliner khas Peranakan Tionghoa di Indonesia dan tidak ditemukan di Tiongkok.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/rmt)