Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Indonesia kini menghadapi tantangan serius di sektor pertanian, di mana dominasi petani dari generasi tua mengancam keberlanjutan produksi pangan dalam negeri. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa mayoritas petani di tanah air adalah generasi baby boomers yang berusia antara 41 hingga 56 tahun.
Melihat kondisi ini, pemerintah tak tinggal diam. Kementerian Pertanian meluncurkan program inovatif bernama Petani Milenial, yang bertujuan untuk menarik perhatian generasi muda agar terlibat dalam dunia pertanian.
Program ini menawarkan insentif yang menggiurkan, hingga Rp10 juta per bulan, serta akses ke teknologi modern yang canggih. Dengan langkah ini, diharapkan sektor pertanian Indonesia dapat terhindar dari potensi krisis ketahanan pangan di masa depan.
Advertisement
Minat generasi muda untuk berkiprah di dunia pertanian ternyata masih minim, dengan hanya sekitar 21,93% petani di Indonesia berasal dari kalangan milenial. Sebagian besar petani saat ini adalah generasi yang lebih tua, berusia di atas 41 tahun, yang memunculkan kekhawatiran akan terjadinya krisis regenerasi di sektor ini.
Melansir dari Liputan6.com, stigma negatif terhadap profesi petani sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan secara finansial, ditambah sulitnya akses permodalan dan kondisi kerja yang dianggap kurang menarik, menjadi penghalang utama bagi pemuda untuk terjun ke ladang.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan, "Dahulu, 65 persen pekerjaan andalan di Indonesia adalah petani, namun kini anak muda enggan memilih jalur ini."
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Kementerian Pertanian meluncurkan Program Petani Milenial sebagai langkah inovatif untuk menggugah minat generasi muda terjun ke dunia pertanian. Dalam upaya ini, mereka menawarkan gaji menggiurkan sebesar Rp10 juta per bulan, yang diharapkan dapat menunjukkan potensi penghasilan yang menjanjikan dari profesi ini.
Tak hanya itu, program ini juga dilengkapi dengan pelatihan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi risiko, serta membuka berbagai peluang baru di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan.
Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, diharapkan tercipta ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan mandiri, menjadikan pertanian sebagai pilihan menarik bagi generasi masa kini.
Advertisement
Program Petani Milenial tidak hanya menawarkan insentif finansial, tetapi juga mengusung inovasi teknologi digital dalam dunia pertanian.
Dengan pelatihan mengenai alat canggih seperti Internet of Things (IoT), drone, dan aplikasi manajemen pertanian, generasi muda yang terlibat diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dengan cara yang lebih efisien.
Alat-alat modern ini memungkinkan para petani milenial untuk memantau kondisi lahan secara langsung, mengelola penggunaan air dan pupuk dengan lebih optimal, serta mengurangi risiko kerugian akibat perubahan iklim dan serangan hama.
Salah satu tantangan terbesar dalam menarik minat generasi muda ke dunia pertanian adalah anggapan bahwa profesi ini kurang menguntungkan secara finansial.
Banyak pemuda yang menganggap bertani sebagai pekerjaan yang tidak menjanjikan dan lebih memilih mencari karier lain yang dianggap lebih menarik.
Namun, dengan hadirnya program Petani Milenial yang menawarkan gaji hingga Rp10 juta per bulan, pemerintah berupaya mengubah pandangan tersebut dan menunjukkan bahwa bertani bisa menjadi profesi yang sangat menjanjikan.
"Dengan adanya insentif dan penerapan teknologi, kami berharap para petani milenial tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, tetapi juga berkontribusi dalam meningkatkan kualitas produksi pangan nasional," kata Zulkifli Hasan.
Program Petani Milenial bukan sekadar menggaet minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, melainkan juga berambisi memperkuat ketahanan pangan nasional.
Dengan semakin banyaknya petani milenial yang terlatih dan menguasai teknologi modern, diharapkan produksi pangan dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan tanpa harus bergantung pada impor.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menekankan bahwa ketergantungan pada impor hanya akan melemahkan kedaulatan pangan kita."Jika kita terus-terusan bergantung pada impor, kedaulatan pangan akan hilang, dan Indonesia akan sulit maju, yang berujung pada kemiskinan bagi masyarakat dan petani," tegasnya.
Melalui program ini, diharapkan lahir petani-petani yang lebih produktif dan terampil dalam menghadapi tantangan di sektor pangan.
Program Petani Milenial tidak hanya berfokus pada peningkatan produktivitas, tetapi juga mengusung semangat pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dengan harapan yang tinggi, pemerintah mendorong generasi muda ini untuk mengadopsi praktik pertanian yang efisien sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, seperti pemanfaatan pupuk organik dan pengelolaan sumber daya air yang cerdas. Melalui langkah ini, masa depan pertanian Indonesia diharapkan semakin cerah dan berkelanjutan.
Program Petani Milenial yang digagas oleh Kementerian Pertanian hadir sebagai solusi cerdas untuk menggaet generasi muda agar terjun ke dunia pertanian.
Dengan menawarkan insentif finansial yang menarik serta dukungan teknologi mutakhir, inisiatif ini berambisi mengubah wajah pertanian menjadi lebih modern dan dinamis, sehingga para pemuda dapat melihat potensi luar biasa dari sektor yang sering dianggap kuno ini.
Petani milenial yang bergabung dalam program ini berkesempatan meraih gaji menggiurkan hingga Rp10 juta per bulan, sebuah dukungan finansial yang diberikan pemerintah untuk mendorong semangat dan inovasi di kalangan generasi muda dalam sektor pertanian.
Misi utama dari inisiatif ini adalah untuk memperbaharui generasi petani, memperkokoh ketahanan pangan di tanah air, dan mendorong pertanian yang berkelanjutan demi masa depan yang lebih cerah.
Banyak pemuda enggan melangkah ke dunia pertanian, terhalang oleh stigma penghasilan yang rendah, kesulitan dalam mendapatkan modal, dan pandangan bahwa sektor ini kurang menarik.
Ketidakpastian dan tantangan ini menciptakan jarak antara generasi muda dan potensi luar biasa yang dimiliki oleh pertanian, sebuah bidang yang sebenarnya bisa menjadi ladang peluang jika dilihat dari sudut yang tepat.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rmt)
Advertisement