Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Di balik keindahan alam Indonesia yang acap menuai pujian, Indonesia juga tak pernah berhenti mendapatkan kritikan soal sampah plastik. Betapa tidak, masalah sampah plastik ini masih kompleks dan belum terselesaikan sepenuhnya. Kendati penanganannya sudah dilakukan, tetapi hal tersebut tak sebanding dengan jumlah sampah plastik yang dihasilkan.
Wajar jika akhirnya sampah plastik masih menjadi limbah yang mencemari beberapa lokasi di Indonesia. Gara-gara hal tersebut, Indonesia pun lagi-lagi mendapatkan sorotan dari media asing. Seperti apa itu?
Media Jerman melaporkan perusahaan global soal penanganan limbah plastik. Market leader AMDK di Indonesia disorot. Media asal Jerman, Deutsche Welle (DW), menurunkan laporan tentang upaya greenwashing yang dilakukan sejumlah perusahaan multinasional asing terkait penanganan limbah plastik mereka.
Advertisement
Akibat janji kosong itu, “Delapan juta ton limbah plastik berakhir di lautan setiap tahun,” papar DW dalam laporan dengan headline “How These Companies Tried to Greenwash Their Plastic Waste” (14/10) https://www.youtube.com/watch?v=Em07usLG2oY.
Menurut DW, dunia menghasilkan 350 juta ton sampah plastik pada 2019, tapi diperkirakan hanya 9% yang didaur ulang. “Sebagian besar justru menyampah di lingkungan, sehingga meracuni lautan, tanah dan udara yang kita hirup,” demikian laporan DW.
Jika perusahaan berkomitmen untuk memangkas limbah plastik mereka, apakah janji mereka itu betul-betul dipenuhi? DW berkolaborasi dengan tim yang bergabung dalam European Data Journalism Network untuk mencari tahu kebenarannya. Ratusan data perusahaan, website, dan pemberitaan diperiksa untuk mengecek klaim tentang kemasan dan limbah plastik perusahaan.
Berdasarkan penyelidikan itu, tim DW menemukan, “Ada 100 komitmen dari 24 perusahaan yang faktanya tidak begitu baik.”
Rendahnya tingkat daur ulang sampah plastik, khususnya di Indonesia, dibenarkan oleh Wawan Some dari Komunitas Nol Sampah.
“Daur ulang di Indonesia sangat rendah, bahkan di dunia pun sangat rendah,” kata Wawan saat webinar tentang kemasan galon guna ulang dan ekonomi sirkular di Jakarta pada akhir Oktober lalu. “Selain plastik yang digunakan sangat beragam, masyarakat sendiri tidak pernah melakukan pemilahan langsung dari sumbernya.”
Menurut Wawan, ketika sampah plastik segala jenis bercampur, maka butuh biaya yang sangat besar untuk pengolahannya. “Sentra-sentra daur ulang pun hanya di titik-titik tertentu,” kata dia.
Menyangkut kepedulian pada kesehatan konsumen, tampaknya produk galon polikarbonat (PC) perusahaan AMDK lain yang mengandung bahan kimia Bisphenol A (BPA), tetap jadi perhatian khusus. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI juga sudah mengeluarkan regulasi untuk pelabelan galon guna ulang polikarbonat, dengan label “Berisiko Mengandung BPA.”
Untuk kemasan galon guna ulang polikarbonat memang perlu peringatan khusus tentang bahan kimia BPA yang bisa membahayakan konsumen. Regulasi dan pengetatan BPA sudah dilakukan di banyak negara. BPOM RI juga sudah mengingatkan hal ini.
Senada dengan BPOM, Zainal Abidin dari Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Fakultas Teknologi Industri, ITB, dalam webinar yang sama juga menyatakan perlunya ada peringatan pada kemasan galon.
“Paparan sinar matahari akan merusak kimia dari galon itu sendiri, dan proses kerusakannya bisa melarutkan bahan-bahan kimia yang membahayakan air yang ada di dalamya,” kata Zainal Abidin. “Saran saya, harus ada anjuran yang tegas dari produsen, agar (galon guna ulang) disimpan di tempat yang tidak terpapar sinar matahari langsung, dan di tempat yang teduh.”
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kly/tmi)
Advertisement
Mengenal Sherly Tjoanda: Cagub Malut Baru, Gantikan Suami yang Tewas dalam Kecelakaan Kapal
Profil Mega Putri Aulia, Mantan Artis yang Sudah Hijrah dan Kini Cantik Berbalut Hijab
Bersinar di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Siapkah Marselino Ferdinan Bawa Timnas Menang di Piala AFF 2024?
Mega Putri Aulia Nangis Minta Sinetron 'TUKANG BUBUR NAIK HAJI' Tak Tayang Lagi
Timnas Indonesia Tembus Posisi 125 Dunia, Peningkatan Signifikan dalam Ranking FIFA