Mitos dan Fakta Seputar TBC yang Banyak Beredar, Generasi Kekinian Wajib Cek Kebenarannya
Credit via Shutterstock
Kapanlagi.com - Penyakit Tuberkulosis (TBC) mungkin sudah nggak asing lagi. Apalagi TBC juga sudah dikenalkan sejak bangku sekolah. Penyuluhannya pun kerap dilakukan lewat beragam media, seperti televisi, hingga poster yang dipajang di berbagai puskesmas. Namun, seberapa jauh sih pemahaman kamu tentang penyakit yang satu ini?
Disadari atau tidak, ternyata ada banyak mitos dan fakta penyakit TBC yang beredar di masyarakat. Untuk itu, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda saat ini, saatnya menjadi generasi muda yang lebih peduli dengan isu kesehatan masyarakat, termasuk pencegahan dan penanganan TBC. Jangan mengaku generasi kekinian kalau belum bisa cek kebenaran berbagai mitos tentang TBC. Yuk, intip penjelasannya di sini.
Mitos: Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit keturunan.

Faktanya, penyakit ini bukan penyakit keturunan. Sebaliknya, penyakit ini bisa ditularkan di antara anggota keluarga, tapi sama sekali tidak dipengaruhi oleh genetik. Penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar di udara lewat percikan air liur saat pasien TBC batuk, bersin atau sekedar berbicara. Kondisi ventilasi buruk juga dapat meningkatkan risiko penularan TBC di rumah, sekolah, atau ruangan tertutup lainnya.
Advertisement
Mitos: Tuberkulosis (TBC) hanya menyerang masyarakat miskin dan kurang mampu.

TBC sering dikaitkan dengan stigma penyakit masyarakat miskin, namun faktanya, penyakit ini bisa menyerang siapa saja, terutama usia produktif dan anak-anak, tanpa pandang status ekonomi.
Selain itu, ada kelompok orang yang berisiko lebih tinggi menderita TBC, seperti para lansia; mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah; memiliki penyakit penyerta (komorbid) seperti diabetes, hipertensi; atau tinggal di lingkungan yang lembap atau jarang terkena sinar matahari.
Tak hanya itu, kontak dekat dan terus-menerus berinteraksi dengan penderita TBC yang tidak diobati pun dapat meningkatkan risiko penularannya. Tapi bukan berarti kita harus mengasingkan pasien TBC, lho. Walau dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi, bakteri penyebab TBC tidak berpindah lewat kontak fisik seperti bersalaman, maupun berbagi makanan atau minuman dan apabila pasien telah mendapatkan pengobatan maka resiko penularan akan kecil.
Mitos: TBC tidak bisa disembuhkan.

Faktanya, TBC bisa sembuh dengan menjalani pengobatan rutin dan teratur sampai selesai. Walau termasuk penyakit kronis, TBC bisa sembuh total asal pasien menjalani pengobatan hingga tuntas selama 6-8 bulan setelah mendapat diagnosa TBC. Sedangkan pasien TBC Resistan Obat (TBC RO) harus menjalani pengobatan selama 9-11 bulan untuk jangka pendek dan 18-24 bulan untuk jangka panjang. Waktu pengobatan disesuaikan dengan kriteria pasiennya.
Jika tidak rutin berobat atau lupa meminum obat TBC, bakteri hanya akan melemah sesaat dan akan menguat kembali saat daya tahan tubuh melemah. Inilah yang sering disangka TBC kambuh, padahal sebenarnya penyakit ini belum sepenuhnya sembuh akibat kurang disiplin melakukan pengobatan. Sedangkan hal yang paling membahayakan dari tidak berobat tuntas adalah menjadi kebal obat sehingga kondisinya menjadi TBC kebal obat/TBC Resistan Obat (TB RO).
Saatnya menjadi generasi muda yang aktif mencegah penyakit TBC. Apalagi bertepatan dengan momen Hari Sumpah Pemuda ini, generasi muda sebaiknya aktif mengambil bagian dalam memberantas TBC. Beberapa aksi nyata bisa kita lakukan, seperti peduli kepada orang bergejala TBC dengan cara memotivasinya agar segera cek ke puskesmas, tidak menstigma pasien, melainkan memberi semangat untuk menuntaskan pengobatan karena TBC bisa disembuhkan.
Lebih lanjut, kamu juga bisa peduli pada keluarga pasien TBC yang mungkin butuh uluran tangan, termasuk masalah ekonomi yang sedang melanda mereka. Kepedulian ini pun bisa diwujudkan dengan menggalang dana yang dapat mereka gunakan untuk memperbaiki rumah, membeli makanan bergizi, atau untuk kebutuhan ekonomi lainnya. Selain itu, sebagai generasi muda, terapkan selalu perilaku hidup bersih dan sehat, agar terhindar dari TBC. Beragam upaya proaktif tersebut dapat kamu lakukan dengan semangat Sumpah Pemuda. Yuk, sukseskan kampanye TOSS TBC menuju Indonesia Bebas TBC 2030!
(Update terbaru Ammar Zoni, bakal dipindah dari Nusakambangan ke Jakarta.)
(*/eth/tmi)
Advertisement
