Biografi Jenderal Soedirman Pemimpin Perang Gerilya, Lengkap dan Ringkas

Biografi Jenderal Soedirman Pemimpin Perang Gerilya, Lengkap dan Ringkas
Biografi Jenderal Soedirman (credit: flickr)

Kapanlagi.com - Siapa yang tak kenal Jenderal Soedirman? Setiap masyarakat Indonesia hampir pasti mengenali salah satu tokoh penting dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia ini. Jenderal Soedirman dikenal sebagai pahlawan sekaligus pejuang yang memimpin perang melawan penjajah dengan strategi gerilya. Kisah hidup dan perjuangannya secara lengkap tertuang dalam biografi Jenderal Soedirman.

Ya sama seperti pahlawan lainnya, ada banyak penulis sejarawan yang menuliskan kisah hidup Jenderal Soedirman dalam buku biografi. Tak hanya satu atau dua, ada cukup banyak buku yang membahas kisah hidup dan perjuangan Jenderal Soedirman. Dengan membaca biografinya, kita juga bisa mengenal lebih dalam sosok Jenderal Soedirman. 

Namun jika tak punya banyak waktu untuk membaca buku biografi Jenderal Soedirman, kalian bisa mengenali sosoknya dengan baca ulasan singkatnya berikut ini.

1. Kehidupan Pribadi dan Pendidikan

(credit: flickr)

Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah tepatnya pada 24 Januari 1916. Jenderal Soedirman lahir dari pasangan ayahnya Karsid Kartawiraji yang merupakan seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibu bernama Siyem yang merupakan keturunan Wedana Rembang.

Namun, sejak kecil Soedirman justru diasuh oleh seorang camat bernama Raden Cokrosunaryo. Karena itulah dia mendapatkan akses pendidikan yang lebih memadai. Soedirman baru mengetahui bahwa Cokrosunaryo adalah ayah angkatnya pada usia 18 tahun.

Saat 7 tahun, Soedirman bersekolah di sekolah pribumi (hollandsch inlandsche school). Namun Soedirman kemudian dipindahkan ke sekolah menengah milik Taman Siswa pada tahun ke-7. Namun pada tahun ke-8, Soedirman bersekolah di Sekolah Menengah Wirotomo setelah sekolah Taman Siswa ditutup oleh Ordonansi Sekolah Liar karena diketahui tidak terdaftar.

Soedirman kemudian melanjutkan pendidikannya ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo. Namun pendidikan guru yang ditempuhnya ini tidak sampai tamat. Selama menempuh pendidikan di sana, Soedirman aktif dalam kegiatan organisasi Pramuka Hizbul Wathan.

Di tahun 1936, Soedirman dewasa menikahi seorang perempuan bernama Alfiah. Istri Soedirman itu merupakan teman sekolahnya dan putri seorang pengusaha batik kaya bernama Raden Sastroatmojo. Setelah menikah, Soedirman tinggal di rumah mertuanya di Cilacap, sampai akhirnya bisa menabung untuk membangun rumah sendiri.

Dalam pernikahannya, Soedirman dan Alfiah dikaruniai tiga orang putra. Mereka adalah Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, dan Taufik Effendi. Soedirman dan Alfiah juga punya empat orang putri yaitu Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum.

(Update terbaru Ammar Zoni, bakal dipindah dari Nusakambangan ke Jakarta.)

2. Pernah Jadi Guru

Sebelum masuk ke dunia militer, Jenderal Soedirman ternyata juga pernah menjadi seorang guru. Tepatnya pada 1936 atau saat Soedirman kembali ke Cilacap. Saat itu, dia mengajar di sebuah sekolah dasar Muhammadiyah. Soedirman juga sempat mengabdikan dirinya menjadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan tersebut.

Selama jadi guru, Soedirman mengajarkan murid-muridnya pelajaran moral dengan menggunakan contoh dari kehidupan para rasul dan kisah wayang tradisional. Dalam beberapa tahun Soedirman diangkat menjadi kepala sekolah meskipun tidak memiliki ijazah guru.

3. Karier Militer

(credit: flickr)

Karier militer Jenderal Soedirman bermula pada zaman penjajahan Jepang di tahun 1944. Pada saat itu, Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Di awal karier militernya itu, Soedirman ditunjuk menjadi komandan (daidanco).

Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang, Soedirman berhasil memimpin perebutan senjata pasukan Jepang di Banyumas. Karenanya, Soedirman kemudian diangkat jadi Komandan Batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pendidikannya.

Karier militer Jenderal Soedirman semakin melesat setelah Indonesia merdeka pada 1945. Setelah proklamasi, Jenderal Sudirman ke Jakarta bertemu Presiden Soekarno.Pada saat itu, Soekarno kemudian menugaskan Jenderal Soedirman untuk mengawasi proses penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas bersama divisi lokal Badan Keamanan Rakyat. Setelahnya, Jenderal Soedirman naik pangkat jadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat).

Dalam pertemuan pertama TKR 12 November 1945, Soedirman dipilih sebagai pemimpin TKR. Dia terpilih setelah melalui pemungutan suara buntu dua tahap. Sambil menunggu pengangkatan, pada akhir November Sudirman memerintahkan Divisi V untuk menyerang pasukan Sekutu di Ambarawa.

Jenderal Soedirman memimpin perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda dari bulan November sampai Desember 1945. Keberhasilan Soedirman dalam memimpin perang ini membuatnya dilantik jadi Jenderal.

Kemudian ada 18 Desember 1945, Sudirman resmi diangkat menjadi panglima besar TKR setelah penarikan tentara Inggris lantaran diserang sejumlah pasukan yang diperintahkan.

4. Agresi Militer dan Perang Gerilya

Seperti yang telah disinggung di awal, sosok Jenderal Soedirman sangat lekat dengan perang gerilya. Selang tiga tahun setelah Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville, tentara kolonial Belanda datang kembali ke Indonesia. Pada saat itu, Jenderal Soedirman memimpin upaya kudeta terhadap tentara Belanda pada 1948.

Selanjutnya, pada Desember 1948 Sudirman melakukan perlawanan terhadap Agresi Militer II Belanda yang terjadi di Yogyakarta. Jenderal Soedirman melakukannya bersama sekelompok kecil tentara. Jenderal Sudirman mulai melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Pada masa gerilya ini kesehatannya sempat terganggu sehingga dia turut membawa dokter pribadi.

Gerilya dilakukan sampai akhirnya Belanda mulai menarik diri. Setelah itu, Jenderal Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949 oleh Presiden Soekarno.

5. Akhir Hayat Jenderal Soedirman

(credit: flickr)

Sejak memimpin perang gerilya kesehatan Jenderal Soedirman sudah terganggu. Pemberontakan di Madiun, dan ketidakstabilan politik yang terjadi setelahnya turut melemahkan kondisi kesehatan Soedirman. Sampai akhirnya ada 1948 Sudirman didiagnosis mengidap tuberkulosis (TBC).

Pada November 1948, paru-paru kanan Jenderal Soedirman dikabarkan sudah mengalami infeksi. Kendati begitu, Soedirman tetap terus berjuang melawan TBC dengan melakukan pemeriksaan di Panti Rapih, Yogyakarta. Ia dipindahkan ke sebuah rumah di Magelang pada Desember 1949.

Di waktu yang bersamaan, pemerintah Indonesia dan Belanda mengadakan konferensi. Konferensi itu berakhir dengan kesepakatan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.

Ketika sedang sakit, Jenderal Soedirman diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama Republik Indonesia Serikat. Namun selang sebulan, tepatnya pada 18.30 tanggal 29 Januari 1950 Jenderal Sudirman wafat di Magelang, Jawa Tengah. Kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI.

Jenazah Jenderal Sudirman sempat disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman pada sore hari. Jenazah Sudirman kemudian dibawa ke Taman Makam Pahlawan Semaki.

Itulah di antaranya biografi singkat dan lengkap dari Jenderal Soedirman. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan!

(Hari patah hati se-Indonesia, Amanda Zahra resmi menikah lagi.)

Rekomendasi
Trending