Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Cerpen atau cerita pendek jadi satu jenis bacaan fiksi yang cukup digemari banyak orang. Sama seperti novel, cerpen juga sangat beragam. Kita bahkan bisa menemukan cerpen yang menggunakan peristiwa bersejarah seperti Sumpah Pemuda sebagai latar ceritanya. Meski berbau sejarah, cerpen Sumpah Pemuda tetap bisa jadi bacaan yang menarik dan seru.
Cerpen tentang sumpah pemuda tak saja menghibur. Cerpen tersebut juga mengandung pesan-pesan nasionalisme yang bisa membuat pembaca jadi lebih bangga dan cinta Tanah Air. Membaca cerpen Sumpah Pemuda bisa jadi satu pilihan aktivitas yang paling pas dilakukan dalam menyambut hari Sumpah Pemuda bulan Oktober nanti.
Namun tentunya, tak perlu menunggu bulan Oktober untuk membaca cerpen Sumpah Pemuda. Jika kalian sudah tak sabar dan ingin membaca cerpen tentang Sumpah Pemuda, langsung saja simak salah satu contohnya pada ulasan berikut ini.
Advertisement
(credit: pexels)
Sumpah Pemuda menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Karenanya, tak heran jika ada beberapa orang yang menjadikannya sebagai inspirasi dalam membuat cerita pendek atau cerpen. Sebelum membaca cerpen Sumpah Pemuda, tak ada salahnya menyimak sejarah singkat dari peristiwa Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda diadakan pada Kongres Pemuda Kedua tahun 1928 silam atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres Pemuda diadakan dua hari pada tanggal 27 Oktober 1928 hingga 28 Oktober 1928 di Batavia.
Pada pelaksanaan hari pertama diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Pada kongres pertama tersebut Muhammad Yamin mengusulkan sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan bisa jadi cara untuk memperkuat persatuan Indonesia.
Kemudian di pelaksanaan hari kedua, tokoh Indonesia bernama Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menjadi pembicara. Keduanya banyak membahas tentang pentingnya pendidikan kebangsaan dan demokrasi untuk kalangan anak muda. Selain itu, di kongres Pemuda kedua juga dirumuskan ikrar Sumpah Pemuda yang berbunyi:
Pertama:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Itulah isi Sumpah Pemuda yang perlu diketahui. Isi Sumpah Pemuda ini juga diikrarkan setiap tanggal 28 Oktober sebagai bagian dari peringatan hari Sumpah Pemuda.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(credit: pexels)
Sudah mulai banyak penulis cerpen yang mengangkat cerita bertema nasionalisme dengan latar peristiwa sejarah. Namun cerpen-cerpen nasionalisme ternyata tak melulu menggunakan latar waktu masa lampau saat peristiwa sejarah itu terjadi.
Sebab ternyata, ada pula cerpen nasionalisme yang bersinggungan dengan peristiwa sejarah tapi menggunakan masa sekarang. Biasanya, cerpen semacam ini justru mampu menunjukkan nasionalisme di realita kehidupan nyata. Seperti cerpen berjudul Sumpah Pemuda karya Nadyafachiara berikut ini.
Sumpah Pemuda
(Karya: Nadyahafachiara)
Pagi ini, matahari menyapaku dengan sinarnya. Kulitku terasa hangat seolah-olah cahaya memelukku. Menyelamatkanku dari dinginnya pagi. Kurekahkan harapan untuk menepis kabut kelam.
Kulihat bendera merah putih yang masih berkibar di depan rumah, sisa dari acara 17 agustus kemarin. Rasa nasionalisme ini tampak menakutkan oleh semangatnya saat melihat bendera pusaka. Merah darah juga putih tulang manusia. Kemanusiaan itu seperti terang pagi ini.
Akan tetapi, orang-orang telah memuat bendera merah putih mereka usai perayaan 17 Agustus kemarin. Apa-apaan ini? Apa salahnya jika ia berkibar setiap hari? Apakah bendera itu menutup rumahmu yang cantik itu? Mengapa rasa nasionalisme mereka seperti itu? Apa yang mereka rasakan jika memiliki sifat nasionalisme? Entahlah.
Baiklah, aku siap untuk pergi ke pagi ini.
Aku ingin melihat para junior yang sedang berlatih teater untuk hari sumpah pemuda besok. Apakah mereka berseni dengan rasa nasionalisme atau berseni karena sentuhan hari sumpah pemuda besok? Saya tidak tahu, berlatih saya tidak sabar ingin melihat mereka.
Setelah 30 menit perjalanan menuju kampus akhirnya aku sampai. Dengan damai aku ke sanggar tempat mereka berlatih.
"Selamat pagi semuanya!" Ucapku dengan semangat.
"Pagi Kak Agung!" Jawab mereka dengan senyuman pagi yang masih matang.
"Baguslah, mereka bersemangat sepertiku," batinku dalam hati.
Tiba-tiba datang selembar kertas terbang ke arahku, jatuh di depan kakiku.
Selembar kertas dengan tulisan berisi teks sumpah pemuda. Seorang anak laki-laki berlari ke arahku berusaha meraih surat yang terlanjur aku pegang.
"Maaf kak itu kertas saya hehehe," kata dia.
"Kamu hanya menghafalnya?"
"Iya kak untuk upacara yang akan dilaksanakan dalam rangka sumpah pemuda nanti."
"Apakah kamu hanya menghafalkan tetapi tidak melakukannya?"
"Sekarang kan Indonesia sudah merdeka kak jadi tidak perlu dikhawatirkan kita harus mengikuti langkah pemuda zaman dahulu."
"Mengikuti mungkin, tapi pemuda sekarang lebih mengagungkan Negara lain. Contoh kecilnya saja, kamu pernah melihat akun profil game teman atau kenalan yang padahal aslinya orang Indonesia tulen. Tapi dia mengubah bendera di akun mereka menjadi bendera asing. Pasti pernah kan? Menurutmu, apa alasan mereka melakukan itu?"
Anak laki-laki itu cuma menggeleng.
"Karena menurut mereka, lebih keren bendera asing. Atau, mungkin malu pakai bendera Indonesia. Dari situ sudah kelihatan kalau dia tidak nasionalisme dan tidak hormat pada negaranya sendiri," tambahku.
Anak laki-laki itu kemudian mengangguk.
"Ingat, sampai kapan pun tidak ada yang namanya kebebasan. Kamu akan terus terjajah oleh bangsamu dan diri sendiri. Dahulu kita dijajah negara lain atas nama kolonial, setelah merdeka kita masih bisa dijajah. menjajah sendiri atas obsesi dan kehendak berkedok nafsu demi eksistensi yang membawamu ke arah yang sesat. Apa yang kamu tidak sadari bahwa kamu tidak merawat jiwa nasionalisme dan melupakan bagianmu yang rapuh?" Tambahku lagi.
"Saya bersedia kak. Saya akan mencintai tanah air dan menjadi pemuda berkarakter tinggi. Saya akan mengajak teman yang lain untuk menghayati sumpah pemuda ini."
Keesokan harinya pada tanggal 28 Oktober pemuda itu membacakan sumpah pemuda dengan semangat nasionalisme.
Aku mengerti, dia membacakan sumpah pemuda itu dengan hati yang membara.
Tatapan matanya yang tajam menandakan bahwa sumpah pemuda yang disuarakannya itu bukan sumpah main-main.
Merinding membuat semua siswa ikut membacakan sumpah pemuda itu secara serentak dan kuat.
Bayangkan jika semangat ini diterapkan ke semua pemuda yang ada di Indonesia. Indonesia takkan terkalahkan dengan sumpah pemuda yang membara dalam hati para pemuda nasionalisme.
Advertisement
(credit: pexels)
Seperti yang telah disinggung di awal, bahwa cerpen sejarah khususnya cerpen Sumpah Pemuda mengandung nilai nasionalisme. Dalam cerpen tersebut, nilai nasionalisme menjadi pesan atau amanat utama yang disampaikan penulis untuk pembacanya.
Lewat percakapan tokoh Agung dengan seorang anak laki-laki yang dia temui, pembaca bisa menemukan makna dari nasionalisme. Pembaca bisa jadi paham bagaimana cara menunjukkan rasa bangga dan cinta Tanah Air dari hal terkecil.
Tak hanya itu dari tokoh Agung, kita juga bisa memahami bahwa Sumpah Pemuda tidak bisa dipahami hanya dengan menghafalkannya secara tekstual saja. Kita perlu memahami makna terdalam dari sumpah pemuda. untuk bisa mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Sebab nasionalisme bukan sekadar kata-kata atau kalimat yang diucap kapan saja. Melainkan, nasionalisme merupakan tekad dalam diri yang harus selalu dijaga agar tetap ada.
Itulah di antaranya contoh cerpen Sumpah Pemuda beserta penjelasan amanat atau nilai nasionalisme yang terkandung di dalamnya. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/gen/psp)
Advertisement