Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Chikungunya, penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk, kini menjadi perhatian kita. Infeksi ini dapat menimbulkan gejala yang sangat mengganggu, seperti demam tinggi dan nyeri sendi yang tak tertahankan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenali ciri-ciri chikungunya sejak dini, agar bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas segala hal mengenai chikungunya: mulai dari ciri-cirinya, penyebab, gejala yang muncul, hingga pilihan pengobatan dan langkah-langkah pencegahan yang bisa kita lakukan.
Mari simak bersama agar kita lebih waspada dan siap menghadapi penyakit ini, dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Jum'at(10/1/2025).
Advertisement
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) dari genus Alphavirus, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Nama "chikungunya" berasal dari bahasa Kimakonde yang berarti "yang membungkuk", menggambarkan kondisi penderita akibat nyeri sendi yang hebat.
Penyakit ini pertama kali terdeteksi di Tanzania pada tahun 1952 dan telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, di mana sering muncul saat musim hujan.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, bereplikasi di sel-sel kulit, otot, dan sendi, yang memicu reaksi imun dan peradangan, serta gejala yang menyakitkan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Virus ini memiliki tiga genotipe utama: Asia, Afrika Barat, dan ECSA, serta memiliki struktur RNA untai tunggal.
Penularan terjadi melalui dua siklus: silvatik (melibatkan primata dan nyamuk hutan) dan urban (di lingkungan perkotaan).
Risiko infeksi meningkat di daerah endemis, saat musim hujan, dengan sanitasi buruk, dan pada usia lanjut.
Pencegahan utama adalah pengendalian populasi nyamuk dan menghindari gigitan mereka.
Advertisement
Mengenali ciri-ciri chikungunya penting untuk deteksi dini infeksi. Gejala utama meliputi demam tinggi mendadak di atas 39°C selama 3-7 hari, nyeri sendi parah pada sendi kecil, dan ruam kulit kemerahan yang muncul 2-5 hari setelah demam.
Gejala lain termasuk nyeri otot, sakit kepala hebat, kelelahan ekstrem, pembengkakan sendi, serta gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah. Dalam beberapa kasus, mata merah dan pembengkakan kelenjar getah bening juga dapat terjadi.
Gejala muncul 3-7 hari setelah gigitan nyamuk terinfeksi, dengan nyeri sendi bisa bertahan berbulan-bulan. Karena gejala chikungunya mirip dengan penyakit lain, pemeriksaan medis sangat penting untuk diagnosis yang tepat.
Gejala chikungunya muncul 3-7 hari setelah gigitan nyamuk terinfeksi, dengan intensitas yang bervariasi.
Pada fase akut (1-2 minggu), penderita mengalami demam tinggi, nyeri sendi hebat, kaku sendi, serta gejala lain seperti nyeri otot, sakit kepala, ruam, kelelahan, mual, dan muntah.
Fase sub-akut ditandai dengan perbaikan demam dan ruam, tetapi nyeri sendi dan kelelahan bisa berlanjut.
Jika gejala berlangsung lebih dari tiga bulan, nyeri sendi persisten dapat terjadi. Sekitar 3-28% kasus bersifat asimptomatik, tetapi tetap menular.
Anak-anak cenderung mengalami gejala lebih ringan, sedangkan bayi, lansia, dan individu dengan kondisi medis tertentu berisiko komplikasi serius.
Penting untuk mencari perawatan medis jika mengalami gejala chikungunya.
Mendiagnosis chikungunya melibatkan beberapa langkah penting, dimulai dari anamnesis untuk menanyakan gejala dan riwayat perjalanan ke daerah endemis.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi tanda-tanda klinis seperti demam dan pembengkakan sendi. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium, termasuk tes serologi untuk antibodi IgM dan IgG, serta RT-PCR untuk mendeteksi RNA virus.
Isolasi virus juga dapat dilakukan jika diperlukan. Tes darah lengkap dapat memberikan informasi tambahan, dan pencitraan seperti MRI atau USG mungkin diperlukan jika gejala persisten.
Diagnosis banding yang teliti sangat penting karena gejala chikungunya mirip dengan penyakit lain. Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala mencurigakan setelah terpapar nyamuk atau berkunjung ke daerah endemis.
Saat ini, belum ada obat khusus untuk chikungunya, tetapi penanganan yang tepat dapat meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Pengobatan utama meliputi istirahat yang cukup, hidrasi yang baik, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti parasetamol dan ibuprofen dengan hati-hati.
Kompres dingin dapat mengurangi pembengkakan, dan untuk gejala yang persisten, fisioterapi serta latihan ringan dapat membantu. Dalam kasus serius, dokter mungkin meresepkan obat antireumatik atau kortikosteroid.
Jika terjadi komplikasi, perawatan intensif di rumah sakit dan dukungan nutrisi serta perhatian psikologis sangat penting.
Semua pengobatan harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, dan penggunaan obat tanpa rekomendasi medis tidak dianjurkan.
Meskipun banyak pasien pulih sepenuhnya, beberapa mungkin mengalami nyeri sendi jangka panjang yang memerlukan manajemen dan rehabilitasi.
Chikungunya merupakan ancaman yang perlu diwaspadai, tetapi ada langkah sederhana untuk melindungi diri dan lingkungan.
Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang saat di luar, serta gunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET atau picaridin. Tidur di bawah kelambu dan pasang kasa pada jendela untuk mencegah nyamuk masuk.
Bersihkan genangan air dan rutin kuras tempat penampungan air, serta jaga kebersihan lingkungan dengan memangkas rumput dan memastikan saluran air lancar.
Edukasi masyarakat tentang bahaya chikungunya sangat penting. Saat bepergian, periksa status chikungunya di lokasi tujuan dan bawa perlengkapan anti nyamuk. Meskipun belum ada vaksin, langkah pencegahan yang tepat dapat menurunkan risiko infeksi.
Chikungunya dan demam berdarah dengue (DBD) sama-sama ditularkan oleh nyamuk Aedes, tetapi memiliki karakteristik berbeda.
Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) dan ditandai dengan nyeri sendi parah yang bisa bertahan lama, dengan gejala muncul dalam 3-7 hari setelah gigitan dan demam berlangsung 3-5 hari.
Sementara itu, DBD disebabkan oleh virus dengue (DENV) dan ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot, dan gejala perdarahan, dengan gejala muncul dalam 4-10 hari dan demam bisa berlangsung 2-7 hari dengan pola bifasik.
Risiko kematian akibat chikungunya rendah, namun DBD dapat berakibat serius dengan komplikasi seperti kebocoran plasma dan syok. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk penanganan yang sesuai.
Meskipun banyak orang yang terinfeksi chikungunya dapat pulih tanpa masalah serius, sebagian mungkin mengalami komplikasi jangka pendek atau panjang yang dapat memengaruhi kualitas hidup.
Komplikasi ini termasuk nyeri sendi akibat artritis kronis, komplikasi neurologis seperti meningoensefalitis dan Guillain-Barr syndrome, serta masalah mata seperti uveitis dan retinitis.
Selain itu, komplikasi kardiovaskular dan hepatik seperti miokarditis dan hepatitis fulminan juga perlu diwaspadai, terutama pada kelompok rentan seperti orang tua, bayi, dan mereka dengan kondisi medis tertentu.
Meskipun komplikasi serius jarang terjadi, pemantauan medis tetap penting, terutama jika gejala berlanjut. Jika mengalami gejala yang tidak kunjung reda, konsultasikan dengan dokter untuk penanganan yang tepat.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rao)
Advertisement