Kisah Kakek Syahril, Pencari Nafkah di Danau Tertinggi Se-Asia

Penulis: Sanjaya Ferryanto

Diterbitkan:

Kisah Kakek Syahril, Pencari Nafkah di Danau Tertinggi Se-Asia Kakek Syahril © Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Kapanlagi.com - Wisata Danau Gunung Tujuh yang terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Ayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi menjadi tempat wisata paling diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional.

Danau ini berada di puncak Gunung Tujuh. Danau tertinggi di Asia yang memiliki ketinggian sekitar 1,950 meter di atas permukaan laut. Bagi wisatawan ingin berkunjung ke danau Gunung Tujuh, harus memiliki tenaga ekstra.

Pasalnya, untuk mencapai ke danau tersebut, harus berjalan di tengah hutan, kurang lebih tiga jam dengan jalur begitu terjal. Namun, selain akan memiliki keindahan, ada yang menarik ketika berada di danau tersebut.

Kakek Syahril © Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Di sana, ada seorang kakek berusia 65 tahun bernama Syahril, yang tinggal di atas Danau Gunung Tujuh. Dia mencari uang dengan menyewakan perahu yang dia punya. Mengajak para pengunjung berkeliling di tengah-tengah danau.

Sejak 22 tahun silam, kakek itu sudah tinggal di Danau Gunung Tujuh untuk nafkah. Bersama delapan rekannya dia juga membuat sebuah pendopo yang digunakan tempat tinggal. Hal itu dilakukan agar tak bolak balik ke rumah. Apalagi perjalanan ke Danau Gunung Tujuh memakan waktu yang cukup lama.

"Dari 94 saya di sini. Saya juga tinggal di sini. Setiap minggu pulang," kata Syahril saat berbincang-bincang dengan Kapanlagi.com di Danau Gunung Tujuh, Kamis (13/4/2017).

Kakek Syahril © Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Bagi pengunjung yang ingin menaiki perahu yang dimiliki Syahril, harus merogoh kocek sebesar 10 ribu rupiah. Biasanya, dalam satu hari dia bisa mengajak pengunjung di Danau Gunung Tujuh sebanyak 12 orang.

"Kalo (hari) libur bisa 12 orang," katanya.

Syahril mengatakan, selain mengajak 'jalan-jalan' para pengunjung di danau tertinggi di Asia Tenggara, dia juga mencari ikan di temoat tersebut. Nantinya akan dijual di perkampungan.

"Cari ikan, nanti dijual di pasar," ujarnya.

Kakek Syahril © Kapanlagi/Fikri Alfi Rosyadi

Sayangnya, perahu yang digunakan untuk mengajak pengunjung tak dilengkapi alat pengaman. Apalagi, perahu yang dia miliki hanya perahu yang terbuat dari kayu selayaknya dimiliki nelayan untuk mencari ikan.

"Bagus sih, bisa jalan-jalan. Tapi sayang nggak ada pelampungnya. Kalau terbalik gimana," kata Akbar, usai menaiki perahu tersebut.

Meskipun usia sudah tak muda lagi, tetapi kakek itu tak pernah putus asa untuk mencari nafkah demi mengjidupi keluarganya. Walaupun harus rela kepanasan dan kehujanan di atas Danau Gunung Tujuh. Dia sangat ikhlas apa yang dia kerjakan.

Semangat, Pak!

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/far/frs)

Reporter:

Fikri Alfi Rosyadi