Kisah Perjuangan Anak Penjual Angkringan di Sleman Jadi Lulusan Terbaik

Penulis: Tyssa Madelina

Diperbarui: Diterbitkan:

Kisah Perjuangan Anak Penjual Angkringan di Sleman Jadi Lulusan Terbaik Nurasih anak penjual angkringan lulusan terbaik UMY. ©2017 merdeka.com/Purnomo Edi

Kapanlagi.com - Pernahkah terbayang betapa besar pengorbanan ayah ibumu? Pundi demi pundi yang mereka kumpulkan demi anaknya agar mendapatkan pendidikan yang terbaik? Bahkan suatu nilai plus apabila anak-anaknya dengan tekun mengejar sarjana demi mendapat pekerjaan yang mapan. Juga demi menggores gurat senyum bangga di wajah orangtuanya.

Jadi wajar apabila melihat kesuksesan kita adalah salah satu tolak ukur kebanggaan bagi mereka.

Salah satu yang memegang teguh prinsip tersebut adalah Nurasih. Gadis asal Ngijon, Kabupaten Sleman, DIY ini ingin sekali membuat ibunya tersenyum bangga atas pencapaiannya. Namun sayang, gadis berusia 24 tahun ini harus merasakan kenyataan pahit saat tidak diterima oleh universitas negeri selepas lulus dari SMK Negeri 7 Yogyakarta. Untuk mendaftar ke universitas swasta pun, Nurasih harus terhalang biaya yang cukup mahal, namun karena sudah berprinsip akan kuliah maka ia pun mengusahakannya sekuat tenaga.

Berbekal nasehat oleh salah seorang gurunya, ia pun mendapatkan pencerahan. Ia memutuskan untuk mencari beasiswa yang diberikan oleh pemerintah bagi warga yang tidak mampu. Beruntung, usahanya berbuah manis. Nurasih berhasil mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan mengambil jurusan akuntansi.

Berkat kerja kerasnya, ia pun berhasil meraih gelar sarjana akuntansi UMY dengan IPK yang tinggi ©2017 muhammadiyah.or.id

"Kebetulan saya waktu itu diterima lewat jalur Bidik Misi di UMY. Jadi semua biaya kuliah ditanggung. Kalau suruh bayar sendiri mungkin tidak mampu karena ibu saya orang tua tunggal sedangkan ayah saya sudah sejak kecil tidak pernah ketemu," ujar perempuan kelahiran 22 Agustus 1994 ini seperti dilansir dari Merdeka.

Menurut penuturan Nurasih, sang ibu yang bernama Sujeti ini terbiasa bekerja keras sejak Nurasih dan kakaknya masih duduk di bangku SD. Setiap harinya, Sujeti membuat nasi kucing dan gorengan yang nantinya disetorkan ke warung yang tak jauh dari rumah. Per hari, pendapatannya berkisar Rp 30 ribu.

Tak ingin menambah beban berat sang ibu, Nurasih pun memutar otak agar tetap mendapat tambahan uang untuk biaya sehari-harinya. Sembari kuliah, ia menyambi bekerja di sebuah biro perjalanan di kawasan Maguwoharjo. Jam kerjanya yang fleksibel membuat Nurasih harus pintar membagi waktu. Apabila kuliah berlangsung di pagi hari, ia harus bekerja sore sampai malam, pun sebaliknya.

Meskipun begitu, tak jarang ia kewalahan saat musim ujian dan tugas datang menggempur. Namun, demi memperoleh gelar sarjana, ia rela begadang untuk belajar dan mengerjakan tugas. "Uang dari kerja saya pakai untuk biaya hidup. Selama saya kuliah saya sudah tidak minta uang ke ibu. Sebagian uang dari saya kerja justru saya berikan ke ibu saya," ungkapnya.

Hasil tak akan menghianati usaha. Apa yang Nurasih impikan selama ini akhirnya terwujud. Berkat kerja kerasnya, di tanggal 21 Oktober lalu, akhirnya Nurasih memperoleh gelar sarjana. Ia berhasil meraih IPK 3,94 dengan masa studi 3 tahun 11 bulan, hal tersebut secara resmi membuatnya menyandang prestasi sebagai lulusan terbaik UMY. Tak hanya berhasil mengukir senyum di wajah sang ibu, Nurasih juga berhasil membuktikan kegigihan seorang anak penjual angkringan yang menuai kesuksesan.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(mdk/tmd)

Rekomendasi
Trending