Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Secara refleks, orangtua sering memarahi anak ketika sang buah hati melakukan kesalahan. Belum lagi, seharian penuh orangtua merasa kelelahan dengan sederet aktivitas harian sehingga membuat orangtua susah mengontrol emosi. Akibatnya, rasa kesal yang tak tertahankan tersebut kerap di luapkan kepada anak dengan cara sering memarahi bahkan membentak buah hati.
Namun tahukah kalian, jika memarahi buah hati akan berdampak buruk terhadap psikologis anak. Sebab, baik dan buruknya pertumbuhan anak sangat bergantung pada didikan dari orangtua.
Meski orangtua beranggapan memarahi anak akan membuat sang anak jauh lebih baik, ternyata kebiasaan tersebut sebaiknya harus dihindari. Bagi kalian orang tua juga tidak boleh menganggap remeh hal ini. Sikap marah orang tualah yang dapat meninggalkan luka mendalam pada diri anak. Meskipun marah merupakan hal yang wajar, namun hal tersebut menjadi tidak wajar apabila marah diekspresikan dengan cara yang berlebihan apalagi hingga pada tindakan fisik, tentu akan banyak dampak buruk yang diperoleh oleh anak. Apa saja? Daripada penasaran, yuk langsung saja simak ulasan lengkap berikut ini.
Advertisement
(credit: freepik)
Pada dasarnya, anak akan meniru kebiasaan yang dilakukan oleh orangtuanya. Oleh sebab itu, orangtua harus bersikap dan memberi contoh yang baik pula. Namun, apabila orangtua mempunyai kebiasaan suka memarahi anak, tentu kebiasaan tersebut akan ditiru oleh anak, bahkan sampai mereka tumbuh dewasa.
Akibatnya, sang anak akan tumbuh menjadi orang yang pemarah dan suka menentang sebagai wujud pelampiasan. Biasanya, sang anak akan melakukannya kepada orang di sekelilingnya, termasuk teman-temannya. Sifat marah dan suka menantang itulah juga sebagai bentuk pembelaan diri lantaran seringnya dimarahi.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Biasanya, anak yang sering mendapatkan perlakuan kasar dari orangtuanya, anak akan cenderung tumbuh menjadi anak yang penakut. Rasa takut dan menurunnya tingkat kepercayaan diri ini akibat sang anak merasa dirinya selama ini kurang dihargai dan selalu salah di mata orangtuanya.
Tak heran jika sang anak akan terus merasa minder dan selalu merasa takut mencoba hal baru lantaran takut melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, orang tua harus lebih bijak mengontrol emosi akibat kesalahan sang buah hati dan dari kesalahan itulah ada baiknya anak dibimbing dengan penuh kelembutan.
Advertisement
(credit: freepik)
Selanjutnya, kebiasaan orangtua yang sering memarahi anaknya akan membuat anak memiliki pribadi yang tertutup. Pribadi tertutup atau yang sering disebut introvert ini merupakan kondisi psikologis dimana anak lebih pendiam dan cenderung menutup dan menarik diri dari lingkungannya. Anak enggan mengungkapkan isi hatinya atau permasalahan yang dihadapinya, takut mengutarakannya karena takut dipersalahkan.
Padahal, sosok orangtua yang baik yakni yang bisa menjadi sahabat dan tempat bercerita bagi anak. Apabila orangtua tidak bisa menjadi tempat bercerita lantaran sifat orangtua yang suka marah-marah, maka sang anak juga akan menutup diri rapat-rapat dari lingkungannya.
Anak yang terlalu sering dimarahi, maka hal tersebut akan menimbulkan rasa kebal pada diri anak. Bukan malah berdampak baik, justru orangtua yang sering memarahi anaknya, membuat sang anak akan malas untuk mendengar hal-hal yang diucapkan oleh orangtuanya, meskipun hal baik sekalipun. Mengapa demikian? Sebab, tingkat kepercayaan anak pada orangtua sudah berkurang.
Dampaknya, sang anak akan mencari pelampiasan di luar rumah yang membuat dirinya lebih merasa nyaman dan bahagia menjalani hidup. Tak jarang, sang anak akan terjerumus ke dalam lingkungan yang memiliki pergaulan bebas. Hal ini sang anak lakukan sebagai bentuk pelampiasan.
(credit: freepik)
Orangtua yang sering memarahi buah hatinya secara terus menerus akan membuat sang anak tumbuh menjadi egois dan keras kepala. Sifat buruk ini muncul karena anak berusaha untuk melindungi diri dan membenci perasaan hati apabila tersakiti dengan luapan marah-marah dari orangtua. Akibatnya, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang gemar memikirkan dirinya sendiri dan akan sudah menerima masukan dari orang lain.
Memarahi anak terus-terusan setiap harinya akan berdampak buruk bagi perkembangan anak. Sebab, hal ini akan memengaruhi mental anak dan terus memikirkan kesalahannya dan takut bercerita kepada orangtuanya. Akibatnya, anak yang menyimpan permasalahannya sendiri juga akan menjadi mudah stress dan depresi. Semakin sering membentak anak, maka anak akan semakin larut dengan kesedihannya dan mudah stres.
Itulah sederet dampak buruk kebiasaan orangtua yang suka memarahi sang anak. Oleh sebab itu, bagi para orangtua untuk selalu bijak dalam memberikan teguran bagi akan dan perlunya mengontrol emosi. Semoga bermanfaat.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/dtm)
Advertisement
China Makin Ketat, Anime-Anime Keren Bakal Mulai Kena Sanksi Tidak Boleh Tayang!
7 Potret Gaya Kompak Annisa Pohan dan Almira Selama Lebaran, Cantiknya Ibu dan Anak Makin Mirip
Lee Jae Wook Dikonfirmasi Bakal Main di Drakor Horror Fantasy, Tayang di Netflix
5 Lowongan Kerja di Dalam Negeri Hari Ini 8 April 2025, Banyak Peluang Emas yang Sayang Dilewatkan
70 Contoh Ucapan Halal Bihalal, Penuh Makna dan Menghangatkan Hati untuk Keluarga