Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Ramadhan telah berlalu, dan kita telah merayakan Idul Fitri dengan penuh sukacita. Kini, banyak umat Muslim yang ingin melanjutkan amal ibadah dengan menjalankan puasa Syawal.
Namun, muncul pertanyaan yang sering kali menggelayuti pikiran: Haruskah puasa Syawal dilaksanakan secara berurutan selama enam hari, atau bolehkah dilakukan secara terpisah sepanjang bulan Syawal?
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas hukum dan ketentuan puasa Syawal, berdasarkan dalil dan pendapat para ulama. Ini penting agar kita bisa menjalankan ibadah dengan tenang dan meraih pahala yang dijanjikan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh." (HR. Muslim). Hadits ini menjadi pijakan utama dalam memahami keutamaan puasa Syawal.
Namun, hadits ini tidak secara tegas menyatakan apakah puasa tersebut harus dilakukan secara berurutan atau tidak. Oleh karena itu, mari kita telusuri lebih dalam pendapat para ulama untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.
Simak penjelasan selengkapnya yang telah dirangkum oleh Kapanlagi.com dari berbagai sumber terpercaya. Bersiaplah untuk menggali lebih jauh tentang puasa Syawal dan temukan jawaban dari pertanyaan yang mengganjal ini!
Advertisement
Puasa Syawal, yang dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal, bukan sekadar ritual biasa, melainkan sebuah ibadah sunnah yang menyimpan keutamaan luar biasa.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW mengungkapkan bahwa mereka yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkannya dengan enam hari di bulan Syawal seolah-olah telah berpuasa selama satu tahun penuh.
Ini bukan sekadar janji, karena dalam hadits lainnya, disebutkan bahwa puasa Ramadhan setara dengan sepuluh bulan, dan enam hari puasa Syawal menambah dua bulan, sehingga genaplah satu tahun.
Lebih dari sekadar angka, puasa Syawal mengajak kita untuk memperdalam ketakwaan, melatih kesabaran, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan menjalankannya, kita tidak hanya memperpanjang berkah Ramadhan, tetapi juga menunjukkan kesungguhan dan konsistensi dalam beribadah, sebagai tanda diterimanya amal kita.
Seolah menjadi jembatan antara bulan suci dan kehidupan sehari-hari, puasa Syawal adalah kesempatan emas untuk menjaga semangat ketaatan kita kepada Sang Pencipta.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abu Ayyub Al-Anshari, terdapat janji mulia bagi siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan dan melanjutkannya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal pahalanya setara dengan puasa selama setahun penuh!
Begitu juga dalam riwayat Tsauban, diungkapkan bahwa puasa Ramadhan memberikan pahala seperti berpuasa sepuluh bulan, dan enam hari setelah Idul Fitri menambah dua bulan lagi, menjadikan totalnya genap satu tahun.
Riwayat dari Ibnu Majah menegaskan bahwa kombinasi puasa ini setara dengan pahala puasa setahun, dan setiap kebaikan yang dilakukan akan diganjar sepuluh kali lipat.
Ketiga hadits ini jelas menunjukkan betapa istimewanya puasa Syawal, meskipun tidak ada ketentuan jelas mengenai pelaksanaannya yang harus berturut-turut.
Advertisement
Puasa Syawal memiliki makna penting dalam perjalanan spiritual umat Islam, dengan berbagai pandangan dari ulama mengenai pelaksanaannya.
Mazhab Syafi'i dan sebagian Hanabilah mendorong puasa enam hari secara berturut-turut sejak 2 Syawal, sementara mazhab Hanafi menawarkan pendekatan lebih fleksibel, memungkinkan puasa dibagi dalam dua hari setiap minggu.
Mazhab Hambali menganggap kedua cara tersebut sah, sedangkan mazhab Maliki menyarankan menunda puasa beberapa hari setelah Idul Fitri.
Meskipun terdapat perbedaan ini, mayoritas ulama sepakat bahwa inti puasa Syawal adalah melaksanakannya selama enam hari di bulan Syawal dengan niat tulus dan kesungguhan dalam beribadah, tanpa terikat pada ketentuan berturut-turut.
Penting untuk bijak menyikapi perbedaan dan berpegang pada prinsip dasar agama.
Puasa Syawal, yang dimulai setelah merayakan Hari Raya Idul Fitri, menawarkan kesempatan berharga untuk melanjutkan amalan kebaikan.
Meskipun tidak ada aturan baku mengenai kapan sebaiknya memulai, banyak ulama merekomendasikan agar kita segera melaksanakan puasa ini pada hari setelah Idul Fitri, sebagai bentuk semangat untuk berbuat baik.
Namun, jika ada kendala, jangan khawatir! Puasa Syawal bisa dilakukan di hari-hari berikutnya, asalkan diselesaikan sebelum bulan Syawal berakhir.
Menariknya, dalam hadits yang menyebutkan tentang puasa Syawal, kata "mengikutinya" tidak berarti harus dilakukan secara berurutan, melainkan menunjukkan bahwa puasa Syawal adalah lanjutan dari puasa Ramadhan, memberi kita fleksibilitas untuk melaksanakannya sesuai kemampuan.
Sambut bulan Syawal dengan semangat berpuasa sunnah yang penuh berkah!
Di malam hari, bacalah niat yang indah: "Nawaitu shauma ghadin 'an ad'i sunnatis Syawwli lillhi ta'ala," yang artinya, "Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT."
Jika siang hari, niatkan dengan kata-kata: "Nawaitu shauma hdzal yaumi 'an ad'i sunnatis Syawwli lillhi ta'ala," yang berarti, "Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah SWT."
Ingat, selama menjalankan puasa ini, kita harus menjaga diri dari segala hal yang dapat membatalkannya, seperti makan, minum, dan berhubungan suami istri.
Tata cara puasa Syawal pun serupa dengan puasa Ramadhan, jadi siapkan hati dan niatmu untuk meraih pahala yang berlipat ganda!
Dalam dunia fiqih, puasa Syawal menyimpan beragam pandangan menarik dari para ulama.
Imam Malik berpendapat bahwa jika puasa Syawal tidak bisa genap enam hari, kita masih bisa mengqadhanya di bulan lain, karena konsep "Syawal" dalam syariat tidak terikat hanya pada bulan itu saja.
Di sisi lain, Mazhab Syafi'i menegaskan bahwa puasa sunnah tidak wajib diselesaikan, dan jika ada halangan, kita diperbolehkan untuk menghentikannya.
Sementara itu, Mazhab Hambali berkeras bahwa puasa Syawal hanya sah jika dilaksanakan di bulan yang sama. Meski terdapat perbedaan pendapat, yang terpenting adalah usaha kita untuk menyelesaikan puasa Syawal selama enam hari.
Namun, jika tidak memungkinkan, pahala dari puasa yang telah kita lakukan tetap akan diterima.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/rao)
Advertisement