Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Seniman Sadikin Pard (54) sekitar dua jam menunjukkan aksi melukis dengan diiringi musik tradisional jaranan. Seniman lukis mulut dan kaki itu juga diiringi aksi para penari kuda lumping sepanjang menggoreskan kuasnya.
Sadikin Pard berkolaborasi dengan seniman yang tergabung dalam grup jaranan pegon Satria Taruna Aji. Serangkaian tarian dan lagu diiringi musik gamelan disajikan selama seniman tuna daksa itu melukis di Jalan Idjen Boulevard Kota Malang.
Sementara Sadikin sendiri terlihat serius memainkan kuas dengan mulut dan kaki, bahkan sesekali tubuhnya difungsikan sebagai kuas penggores cat ke atas kanvas. Ia larut dalam karya lukisannya, seolah memang tidak peduli dengan dada dan pakaian yang dikenakan penuh dengan cat.
Advertisement
Aksi Sadikin Pard pun mengundang para pengunjung Car Free Day di sepanjang Jalan Idjen Boulevard Kota Malang. Sebagian mereka membuat lingkaran dan menikmati kolaborasi dua dunia seni tersebut.
Tidak butuh waktu lama, lukisan Sadikin pun mulai terbentuk yakni berupa warok atau tokoh dalam seni pertunjukan jaranan atau reog.
"Melukis itu seyogyanya harus ada entertain atau daya tariknya. Melukis tidak hanya di rumah tetapi di masyarakat yang mungkin memberikan atraksi hiburan," tegas Sadikin, Minggu (23/2).
Atraksi hiburan itu yang dianggap memberi nilai plus, sehingga seniman bukan hanya berkarya, tetapi juga memberikan edukasi, hiburan dan lain-sebagainya kepada masyarakat.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Sadikin pun mengaku sudah beberapa kali berkolaborasi dengan seniman lain di beberapa kota dan mendapat sambutan menggembirakan dari masyarakat.
"Biasanya saya kolaborasinya dengan pelukis, ini kebetulan saya kolaborasi dengan jaranan. Sebelumnya juga pernah berkolaborasi dengan musisi yang memang bisa menghibur masyarakat," tegasnya.
Kata Sadikin, proses kreatif seniman akan meningkatkan nilai dan memberi daya tarik sebuah karya seni. Bahkan sebuah karya seni seandainya dikolaborasikan dengan baik dan sinergi, akan mengubah presepsi salah masyarakat terhadap seniman.
"Tidak akan masyarakat mengatakan seniman itu orang-orang yang tidak berguna, seniman itu disingkirkan dan sebagainya. Itu menjadi daya tarik, sehingga karya-karya itu bukan hanya dari sisi kualitas tapi juga entertainnya. Nah itu yang bernilai plus," kata seniman kelahiran 29 Oktober 1966 itu.
Advertisement
© KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Seniman asal Sawojajar Kota Malang itu terlahir sebagai seorang tuna daksa atau tanpa tangan. Sehingga proses melukisnya menggunakan mulut, kaki serta anggota tubuhnya yang lain.
Sadikin Pard dikenal sebagai seniman lukis beraliran impresionis yang mulai berkarya sejak usia anak-anak. Kemampuannya terus terasah hingga karya-karyanya banyak dikoleksi.
Ayah dua anak ini kerap mengirimkan karyanya ke Association of Mouth and Foot Painting Artist (AMFPA) di Swiss. Bahkan setiap tahun mengikuti kongres mewakili Indonesia yang memiliki 9 orang seniman serupa dirinya.
Keseharian Sadikin juga mengurus sanggar lukisnya di Jalan Selat Sunda Raya D1/40B Kota Malang. Selama berkolaborasi, beberapa orang pelukis bimbingannya juga turut melukis lokasi tersebut.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/dar/nda)
Advertisement
5 Gaya Potong Rambut Butterfly Idaman Banyak Wanita di 2025, Inspirasi Tampil Fresh dan Stylish
Jadi Camilan Kesukaan, Intip Trik Rahasia Goreng Pisang Kipas yang Krispi Kering dan Tidak Berminyak
Tarif Dasar Listrik Terbaru April 2025 Subsidi dan Nonsubsidi yang Penting Diketahui, ini Updatenya
9 Artis Indonesia Yang Punya Hobi Koleksi Mobil Klasik, Ada Andre Taulany Hingga Iqbaal Ramadhan!
Profil Ryan Adriandhy, Sutradara Film JUMBO yang Ternyata Juga Seorang Komika