8 Penyakit Kekurangan Protein yang Berisiko Pada Tubuh, Kenali Gejalanya


Berita | Rabu, 20 Januari 2021 20:00

Kapanlagi.com - Protein berperan penting bagi kesehatan dengan fungsi utamanya sebagai nutrisi untuk pemeliharaan setiap sel jaringan tubuh. Sebut saja seperti jaringan otot, kulit, tulang, ataupun rambut. Dalam hal ini kekurangan protein dapat memicu risiko penyakit seperti kwashiorkor.


Kekurangan protein dapat disebabkan karena tubuh tidak mendapat asupan protein yang cukup. Dalam hal ini untuk mendapatkan protein bisa diperoleh dari beragam sumber makanan yang kaya kandungan nutrisi penting ini meliputi telur, almond, dada ayam, susu, brokoli ataupun kacang-kacangan.

Seringkali kekurangan protein tidak banyak disadari hingga akhirnya memicu risiko penyakit. Salah satu penyakit kekurangan protein yang dapat terjadi akibat jumlah nutrisi tersebut rendah adalah kwashiorkor. Terdengar cukup asing, namun penyakit ini adalah dampak cukup serius karena kekurangan protein.

Namun bukan hanya kwashiorkor, ada beberapa jenis penyakit kekurangan protein yang berisiko terjadi apabila tubuh tidak mendapat jumlah cukup asupan nutrisi ini. Penyakit kekurangan protein dapat timbul dengan beragam gejala dan faktor yang beragam. Adapun penyakit kekurangan protein dapat kalian simak melalui ulasan di bawah ini. Berikut penyakit kekurangan protein telah dirangkum kapanlagi.com dari berbagai sumber.

1 dari 10 halaman

1. Penyakit Kwashiorkor

(credit: freepik.com)

Penyakit kekurangan protein yang pertama adalah kwashiorkor. Seperti ulasan sebelumnya, kwashiorkor adalah dampak buruk dari kekurangan protein. Penyakit ini seringkali terjadi akibat tubuh tidak mendapat asupan protein cukup yang banyak berkembang pada wilayah rawan kelaparan. Akibatnya penyakit kwashiorkor dapat terjadi yang ditandai dengan tubuh yang sangat kurus. Namun area tubuh tertentu seperti pergelangan kaku, kaki dan perut terkadang terlihat membengkak akibat penumpukan cairan seperti melansir dari healthline.com.

Penyakit kwashiorkor juga berkaitan dengan retensi cairan atau edema. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja termasuk anak usia dini. Apabila penyakit ini terjadi pada usia anak-anak, mereka mungkin akan mengalami masalah pada pertumbuhan. Ada sejumlah gejala yang dapat dikenali dari penyakit kwaskiorkor sebagai  berikut:

- Perubahan warna kulit dan rambut.

- Kelelahan.

- Diare.

- Hilangnya masa otot.

- Bengkak pada pergelangan kaki, perut, atau kaki.

- Sistem kekebalan lemah.

- Syok.

- Kulit ruam dan bersisik.

2 dari 11 halaman

2. Penyakit Marasmus

(credit: freepik.com)

Penyakit kekurangan protein selanjutnya adalah marasmus. Penyakit ini termasuk kekurangan protein yang cukup parah. Penyakit marasmus seringkali menyerang usia anak-anak yang ditandai dengan penurunan berat badan mereka. Ini menyebabkan anak mungkin mengalami masalah pada tumbuh kembang misalnya saja tubuh yang terlalu kurus. Beberapa gejala yang dapat dikenali dari penyakit marasmus sebagai berikut:

- Mengalami diare kronis.

- Tubuh lesu dan mudah lelah.

- Kulit kering dan kasar.

- Masalah pada saluran pernapasan.

- Pertumbuhan terhambat.

- Tangan tremor atau gemetar.

3 dari 11 halaman

3. Penyakit Cachexia

Penyakit kekurangan protein selanjutnya adalah cachexia. Melansir dari healthline.com, penyakit ini menyebabkan penderitanya mengalami penurunan berat badan dan pengecilan otot secara drastis. Biasanya penyakit cachexia dipicu oleh kondisi medis yang mendasari misalnya dengan riwayat penyakit kronis seperti kanker, HIV/AIDS, penyakit ginjal ataupun jantung.

Ada beberapa gejala yang dapat dirasakan seseorang berisiko mengalami penyakit cachexia. Diantara gejala penyakit cachexia tersebut sebagai berikut:

- Kelelahan.

- Kehilangan nafsu makan.

- Penurunan masa otot.

- Anemia.

- Kekurangan protein.

- Indeks masa bebas lemak rendah.

Namun untuk mengetahui tubuh mengalami penyakit ini diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu faktor risikonya lebih meningkat apabila memiliki riwayat penyakit kronis seperti kanker.

4 dari 11 halaman

4. Gangguan Pada Hati

(credit: freepik.com)

Penyakit kekurangan protein selanjutnya adalah mengalami masalah pada hati atau liver. Melansir dari healthline.com, gangguan pada hati seperti penyakit hati berlemak bisa menyebabkan hati mengalami peradangan bahkan berpotensi gagal hati.

Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti terkait dengan masalah kekurangan protein, namun penelitian menunjukkan bahwa gangguan sintesis protein pengangkut lemak berpotensi memicu terjadinya gangguan pada hati. Ini seringkali terjadi pada orang dengan berat badan berlebih atau obesitas.

5 dari 11 halaman

5. Penyakit Kekurangan Protein C

Penyakit kekurangan protein C terjadi karena tubuh tidak dapat menghasilkan protein C dengan cukup. Akibatnya tubuh mengalami gangguan aliran darah yang berdampak pada proses pembekuan darah atau disebut juga dengan purpura fulminans. Melansir dari medicalnewstoday.com, masalah pada pembekuan darah dapat dialami apabila kekurangan protein C. Gejala yang bisa dirasakan akibat kekurangan protein C meliputi pembekuan darah dan penyumbatan. Pemeriksaan lebih lanjut dapat dipertimbangkan untuk mengatasi masalah kesehatan yang muncul.

6 dari 11 halaman

6. Penyakit Kekurangan Protein S

(credit: freepik.com)

Penyakit kekurangan protein S dapat dialami apabila kadar protein S dalam tubuh dinilai rendah. Gangguan kesehatan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik. Penyakit kekurangan protein S menyebabkan penderitanya mengalami penggumpalan atau pembekuan darah berlebih.

Kondisi ini disebut juga dengan thrombosis yakni masalah pada pembekuan darah memicu terbentuknya gumpalan darah. Ada beberapa gejala yang dapat dirasakan meliputi nyeri pada tangan dan kaki, bengkak, dan terasa hangat seperti melansir dari klikdokter.com.

7 dari 11 halaman

7. Penyakit Kekurangan Protein Trifungsional Mitokondria

(credit: freepik.com)

Melansir dari honestdoc.id, penyakit kekurangan protein trifungsional mitokondria menyebabkan gula darah rendah, masalah pada hati dan jantung serta otot yang mengecil. Apabila terjadi pada bayi kekurangan protein ini menyebabkan bayi sulit menyusu. Konsultasi dan pemeriksaan dapat dipertimbangkan untuk mengatasi masalah tersebut.

8 dari 11 halaman

8. Penyakit Kekurangan Protein Asam Amino Esensial

Penyakit kekurangan protein asam amino esensial juga bisa menjadi dampak apabila kekurangan nutrisi ini. Sebab asam amino dikenal sebagai penyusun protein yang menawarkan banyak manfaat bagi tubuh. Asam amino esensial tersusun atas beberapa zat protein seperti histidine, isoleusin, leusin, lysine, metionin, fenilalanin, treonin, tryptophan, dan valin.

Apabila nutrisi tersebut dalam jumlah rendah beberapa masalah dapat terjadi seperti risiko penyakit anemia, sistem imunitas yang lemah, pusing, sakit kepala, depresi, kehilangan nafsu makan, ataupun penurunan fungsi otak.

9 dari 11 halaman

9. Tanda Tubuh Kekurangan Protein

(credit: freepik.com)

Setelah mengetahui beberapa penyakit kekurangan protein di atas, ada beberapa tanda atau gejala tubuh kekurangan protein. Adapun gejala kekurangan protein sebagai berikut:

- Terjadi pembengkakan.

- Mood mudah berubah.

- Rambut lebih tipis dan kuku mudah rapuh.

- Penurunan masa otot.

- Tulang mudah rapuh.

- Sistem kekebalan tubuh yang lemah.

- Gangguan pola makan.

- Penyembuhan luka lama.

10 dari 11 halaman

10. Diagnosis Kekurangan Protein

Terkadang kekurangan protein tidak disadari banyak orang yang akhirnya berisiko memicu masalah kesehatan tertentu. Dalam hal ini apabila merasakan gejala kekurangan protein, pemeriksaan mungkin bisa dipertimbangkan untuk mengetahui apakah tubuh kekurangan protein ataupun tidak.

Melansir dari medicalnewstoday.com, diagnosis kekurangan protein dapat dilakukan dengan serangkaian tes darah meliputi rasio protein total, albumin, albumin/globulin. Kedua jenis protein tersebut diproduksi oleh hati yang juga dapat mengetahui masalah pada hati jika terjadi ketidakseimbangan antara jumlah protein tersebut.

Nah itulah 8 penyakit kekurangan protein yang berisiko pada tubuh beserta gejalanya. Konsultasi dan pemeriksaan dapat dipertimbangkan untuk mencegah masalah kesehatan akibat kekurangan protein.

(kpl/nlw)

Topik Terkait