Arti Lonte dan Sejarah Prostitusi dari Masa ke Masa

Penulis: Anik Setiyaningrum

Diterbitkan:

Arti Lonte dan Sejarah Prostitusi dari Masa ke Masa
Ilustrasi (Credit: Pixabay)

Kapanlagi.com - Mungkin, kalian sudah sering mendengar kata lonte dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu hadir sebagai umpatan atau untuk menyebut suatu profesi. Namun, apa sih sebenarnya arti lonte?

Bagi orang yang berada di lingkungan dengan kebiasaan mengeluarkan kata kasar ketika marah, mungkin hanya menganggap bahwa arti lonte itu hanya umpatan. Anggapan itu wajar karena orang memang sering mengucapkan kata tersebut ketika marah, kesal, atau emosi.

Namun sebenarnya, arti lonte tak hanya berhenti pada umpatan atau makian. Maknanya pun tak selalu negatif. Istilah lonte erat kaitannya dengan prostitusi yang sudah ada sejak lama. Nah, jika kalian tertarik mengetahui lebih lanjut, silakan simak pembahasan mengenai arti lonte dan sejarah prostitusi dari masa ke masa berikut ini.

1. Arti Lonte

Arti lonte menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah istilah kasar untuk menyebut perempuan. Lonte merupakan istilah lain dari perempuan jalang, wanita tunasusila, pelacur, sundal, jobang, cabo, munci. Seluruh istilah tersebut punya makna negatif yang tak seharusnya digunakan sebagai umpatan untuk menghina orang lain.

Melansir laman Urbanasia, kata lonte adalah serapan dari bahasa Jawa. Berdasarkan Kamus Bahasa Jawa 'Baoesastra Djawa' (1939) karya W.J.S Poerwadarminta, lonte berasal dari kata 'lonthe' yang berarti brem (bngs. kawuwung cilik) atau palanyahan. Jika merujuk pada kamus tersebut, arti lonte merujuk pada hewan sejenis kumbang yang berwarna coklat, muncul di sore hari, dan suka mengerubungi cahaya atau api.

Hewan tersebut pun bisa mengeluarkan aroma harum. Lama-kelamaan, istilah 'lonte' justru digunakan untuk menyebut seseorang yang memiliki citra seperti serangga tersebut. Keluar sore menjelang malam, beraroma harum, dan suka pada cahaya. Citra itu dianggap sangat dekat dengan kebiasaan pekerja seks di tempat hiburan malam.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Arti Lonte dan Prostitusi Masa Jawa Kuno

Setelah mengetahui arti lonte dan asalnya sebagai kata serapan, kini kalian boleh penasaran dengan sejarah prostitusi, terutama di Jawa. Mengingat jika istilah tersebut diambil dari bahasa Jawa, tentu dapat terdeteksi sejak kapan ada pekerja seks di Jawa. Melansir informasi dari laman Historia, prostitusi telah ada sejak masa Jawa Kuno. Bahkan saat itu juga sudah ada petugas yang mengawasi, mengatur, dan menarik pajak untuk hal tersebut.

Menurut Dwi Cahyono, arkeolog dan pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang, kata 'jalir' dan 'kajaliran' yang berarti pekerja seks, merupakan dua kata yang sering muncul dalam kitab susastra dan prasasti. Dalam karya sastra misalnya, kata 'jalir' muncul dalam 'Kakawin Bharattayuddha, 'Kitab Tantri Demung', 'Kidung Sunda', dan 'Nitisastra'.

Selain itu, ada istilah 'juru jalir' untuk menyebut mucikari pun muncul di sejumlah prasasti abad ke-9 M. Misalnya, pada sisi belakang Prasasti Waharu I tahun 795 Saka (873 M) dan Prasasti Garaman yang dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala pada 975 Saka (1053 M). Meski begitu, ada pula yang mengartikan 'Juru Jalir' sebagai petugas resmi pemerintahan yang menarik pajak.

Artinya, jika istilah itu disebut-sebut dalam karya sastra atau prasasti yang berasal dari zaman itu, besar kemungkinan bahwa prostitusi memang sudah ada sejak zaman Jawa Kuno.

3. Sejarah Prostitusi Masa Revolusi Indonesia

Citra seorang pelacur atau lonte memang negatif. Pada KBBI pun dinyatakan sebagai kata kasar. Sering pula dijadikan umpatan dan makian. Meski begitu, arti lonte tak selalu negatif, lho, KLovers. Kalian bisa menengok ke belakang, melihat jasa para pelacur saat masa revolusi Indonesia.

Saat itu, Soekarno mengajak para pejabat masuk ke lokalisasi atau rumah prostitusi untuk mengadakan rapat. Hal itu dilakukan demi mengelabuhi lawan, yakni mata-mata NICA yang berusaha menangkap Soekarno. Melansir dari laman Historia, lokalisasi tak hanya aman, tapi juga menjadi sumber informasi akurat.

"Pelacur adalah mata-mata yang paling baik di dunia," kata Sukarno di Untold Story: Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Cindy Adams.

Sejarah perjuangan revolusi bukan hanya soal kaum terpelajar, pemuda, dan tentara yang berjuang untuk kemerdekaan. Peran maling, brandal, hingga lonte pun tak bisa dipandang sebelah mata. Pekerja seks turut berjuang untuk bertugas mengumpulkan informasi dan menyabotase lawan.

Pada masa kiwari, prostitusi juga berkembang pesat mengikuti teknologi. Jika dahulu mereka bekerja dengan berhubungan badan secara langsung, kini praktik prostitusi makin beragam. Ada layanan telepon atau biasa disebut Phone Sex (PS), ada pula Video Call Sex (VCS) yang memanfaatkan fitur suara dan video sebagai media alternatif, tanpa bersentuhan secara fisik.

Nah, KLovers, itulah penjelasan mengenai arti lonte dan sejarahnya dari masa ke masa yang ternyata tak selalu negatif.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending