Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Hipotesis jadi salah satu istilah ilmiah yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar orang. Istilah hipotesis sangat akrab dengan mereka yang berkecimpung di dunia penelitian dan pendidikan. Secara umum, hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian ilmiah atau riset yang sedang dilakukan peneliti.
Oleh karena itu, hipotesis jadi satu bagian penting dalam penelitian. Pasalnya, membuktikan kebenaran dari hipotesis adalah salah satu tujuan dari dilakukannya suatu penelitian. Namun menyusun hipotesis tentu tak bisa dilakukan secara asal-asalan, semudah membuat dugaan seperti biasa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan dasar dalam membuat hipotesis.
Agar lebih paham apa itu hipotesis dan bagaimana cara menyusunnya, langsung saja simak ulasan berikut yang telah kapanlagi.com rangkum dari berbagai sumber.
Advertisement
(credit: unsplash)
Ditinjau dari asal mula kata, hipotesis berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu "hupo" dan "thesis". Hupo dalam bahasa Indonesia berarti sementara, sedangkan thesis dalam bahasa Indonesia berarti pernyataan atau teori. Sehingga, gabungan dari kedua kata tersebut dapat diartikan sebagai teori atau pernyataan yang bersifat sementara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan sebagainya) yang kebenarannya masih harus dibuktikan. Pembuktian yang dimaksud tersebut dilakukan melalui penelitian.
Merujuk pada kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah asumsi yang dibuat berdasarkan beberapa bukti. Ini adalah poin awal dari setiap investigasi yang menerjemahkan pertanyaan penelitian menjadi prediksi.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(credit: unsplash)
Hipotesis berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan penelitian. Dalam suatu penelitian, hipotesis memegang peranan yang penting untuk menguji hubungan antara dua variabel atau lebih. Dilansir dari ThoughtCo, hipotesis adalah bagian dari metode ilmiah. Hipotesis digunakan untuk melakukan prediksi atau penjelasan yang terkait objek yang diuji melalui sebuah eksperimen penelitian.
Selain itu, dalam suatu penelitian ilmiah, hipotesis juga menjalankan beberapa fungsi. Adapun fungsi hipotesis adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis digunakan untuk menguji keabsahan suatu teori.
2) Hipotesis dapat digunakan untuk mendorong munculnya teori baru yang lebih teruji kebenarannya.
3) Hipotesis dapat menerangkan suatu fenomena sosial yang diteliti.
4) Hipotesis dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian.
5) Hipotesis dapat menjadi kerangka dalam penyusunan kesimpulan yang akan dihasilkan dari penelitian.
Advertisement
(credit: unsplash)
Dalam ranah penelitian ilmiah, ternyata hipotesis diketahui mempunyai beberapa karakteristik khusus. Penting untuk mengetahui karakteristik tersebut, agar tahu cara menyusun hipotesis yang baik. Adapun karakteristik hipotesis adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis harus dapat diuji dan dapat dipalsukan. Maksudnya, peneliti harus bisa melakukan pengujian terhadap hipotesisnya melalui metode sains. Selain itu, mengingat adanya kriteria kepalsuan Popper, maka peneliti harus sebisa mungkin mengumpulkan bukti yang akan mematahkan hipotesis yang salah.
2) Hipotesis harus disusun secara logis. Pasalnya, hipotesis harus diinformasikan oleh teori atau pengamatan sebelumnya dan penalaran logis. Oleh karena itu, biasanya, ini dimulai dengan teori yang luas dan umum dan menggunakan penalaran deduktif untuk menghasilkan hipotesis yang lebih spesifik dan bisa diuji dengan teori.
3) Hipotesis harus positif. Dengan kata lain, hipotesis harus membuat pernyataan positif tentang adanya hubungan atau efek. Bukan malah menyatakan tidak adanya hubungan atau efek.
4) Hipotesis harus jelas dan tepat agar dapat diandalkan.
5) Hipotesis harus spesifik dan memiliki ruang lingkup untuk melakukan lebih banyak pengujian.
6) Jika hipotesis tersebut bersifat relasional, maka hipotesis tersebut harus dapat menyatakan hubungan antar variabel.
7) Hipotesis harus bisa dijelaskan secara sangat sederhana. Namun, harus dipahami bahwa kesederhanaan hipotesis tidak sebatas pada hubungan dengan signifikansinya.
(credit: unsplash)
Selain mempunyai karakteristik khusus, ternyata hipotesis juga bisa digolongkan dalam beberapa jenis. Setiap jenis hipotesis ini mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Adapun jenis-jenis hipotesis adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis Sederhana
Hipotesis sederhana merupakan hipotesis yang dapat menjelaskan hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel independen. Sebagai contoh: Jika kalian makan lebih banyak sayuran, maka kalian akan lebih mudah menurunkan berat badan. Di sini, makan lebih banyak sayuran adalah variabel independen, sedangkan penurunan berat badan adalah variabel dependen.
2) Hipotesis Kompleks
Hipotesis kompleks adalah hipotesis yang dapat menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis ini menuju dependen dan dua atau lebih variabel independen. Sebagai contoh: makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan menyebabkan penurunan berat badan, kulit bersinar, mengurangi risiko berbagai penyakit seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan beberapa jenis kanker.
3) Hipotesis Nol
Jenis yang ketiga dari hipotesis adalah hipotesis nol. Hipotesis jenis ini memberikan pernyataan yang bertentangan dengan hipotesis. Hipotesis ini berisi pernyataan negatif, dan tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Hipotesis nol sering dilambangkan dengan simbol "HO".
4) Hipotesis Asosiatif dan Kausal
Hipotesis asosiatif terjadi ketika terdapat perubahan pada satu variabel. Sehingga, hal ini berpengaruh pada terjadinya perubahan pada variabel lainnya. Sementara itu, hipotesis kausal mengusulkan interaksi sebab dan akibat antara dua variabel atau lebih.
5) Hipotesis Non-Arah
Hipotesis Non-arah dapat digunakan ketika tidak ditemukan adanya teori yang terlibat. Hipotesis ini adalah pernyataan yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara dua variabel, tanpa memprediksi sifat (arah) hubungan yang tepat.
6) Hipotesis Terarah
Hipotesis terarah dapat menunjukkan peneliti sebagai seorang intelektual dan berkomitmen pada hasil tertentu. Hubungan antar variabel juga dapat memprediksi sifatnya. Sebagai contoh: anak-anak berusia empat tahun yang makan makanan yang layak selama periode lima tahun memiliki tingkat IQ lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak makan dengan benar. Ini menunjukkan efek dan arah efek.
Itulah di antaranya ulasan tentang hipotesis adalah bagian penting dalam penelitian ilmiah. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/psp)
Advertisement
Rumah Kecil, Rasa Mewah: Ini Inspirasi Model Plafon Minimalis Kekinian
10 Ide Bisnis Online yang Menjanjikan di Tahun Ini, Peluang Besar Datangkan Cuan
Sering Disebut Hunian Idaman, Ini 7 Potret Rumah Dodit Mulyanto yang Asri di Hutan
Foto-foto Lawas Diana Pungky saat Muda, Cantiknya Awet Meski Sekarang Berusia 51 Tahun
Model Rambut Anti Lepek, Bikin Rambut Terlihat Tebal dan Sehat