Mari Nostalgia! Ini 8 Hal dari Tahun 2000-an yang Kini Hanya Kenangan

Penulis: Muhammad Fachri Darmawan

Diperbarui: Diterbitkan:

Mari Nostalgia! Ini 8 Hal dari Tahun 2000-an yang Kini Hanya Kenangan
Ilustrasi Blackberry. (lanalight/DepositPhotos.com)

Kapanlagi.com - Siapa yang tidak merindukan masa-masa seru di tahun 2000-an? Ketika telepon umum menjadi tempat kita berkomunikasi dan SMS adalah cara utama kita mengirim pesan. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi yang cepat, banyak hal dari masa itu kini hanya bisa kita kenang.

Di era ponsel pintar dan internet super cepat, banyak barang dan kebiasaan dari tahun 2000-an yang perlahan-lahan menghilang dari kehidupan sehari-hari kita. Mari kita telusuri 8 hal yang sekarang sudah jarang atau bahkan tidak ada lagi di Indonesia, yang pasti akan mengundang senyum dan nostalgia.

1. Blackberry

Di era 2000-an, BlackBerry adalah simbol status sosial dan inovasi teknologi yang begitu melekat di kalangan pekerja kantoran, anak muda, hingga selebritas.

Dengan desain khasnya yang memiliki keyboard QWERTY fisik, BlackBerry menawarkan pengalaman mengetik yang jauh lebih nyaman dibandingkan ponsel lain pada masanya.

Fitur BlackBerry Messenger (BBM) menjadi daya tarik utama, memungkinkan pengguna mengirim pesan secara instan tanpa biaya SMS.

Tukar-menukar PIN BB menjadi tren tersendiri, dan fitur "Ping!!!" kerap digunakan untuk menarik perhatian teman yang lama membalas.

Selain itu, pengguna bisa memasang Display Picture (DP) BBM, mengupdate status, dan bergabung dalam Group Chat, yang semuanya terasa eksklusif sebelum kehadiran WhatsApp dan media sosial lainnya.

Namun, seiring berkembangnya teknologi, dominasi BlackBerry mulai memudar. Meskipun sempat berinovasi dengan model layar sentuh seperti BlackBerry Torch dan Z10, mereka kalah bersaing dengan iPhone dan Android yang menawarkan ekosistem aplikasi lebih luas serta pengalaman pengguna yang lebih modern.

Masalah klasik seperti performa yang lambat, sering restart sendiri, serta ketergantungan pada BlackBerry Internet Service (BIS) membuat banyak orang beralih ke smartphone lain.

Pada akhirnya, BlackBerry secara resmi menghentikan layanan sistem operasinya pada tahun 2022, mengakhiri sebuah era yang penuh kenangan. Kini, nama BlackBerry hanya tinggal nostalgia, mengingatkan kita pada masa di mana mengetik cepat dengan keyboard fisik adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Motorola Razr V3

Di era 2000-an, Motorola Razr V3 adalah ponsel yang dianggap sebagai simbol gaya dan kemewahan. Dengan desain flip (clamshell) yang ultra-tipis, bodi berbahan logam, dan keypad bercahaya biru yang futuristik, Razr V3 menjadi impian banyak orang.

Saat itu, memiliki ponsel ini terasa seperti memiliki gadget dari masa depan. Suara khas “klik” saat dibuka dan ditutup menjadi sensasi tersendiri, sering kali digunakan untuk menutup telepon dengan gaya dramatis.

Layar kecil di bagian luar juga memungkinkan pengguna melihat notifikasi atau siapa yang sedang menelepon tanpa harus membuka ponsel.

Namun, seiring berkembangnya smartphone layar sentuh, kejayaan Motorola Razr V3 mulai memudar. Dengan kamera VGA, kapasitas penyimpanan terbatas, dan tanpa fitur smartphone modern, ponsel ini akhirnya tergeser oleh iPhone dan Android.

3. Friendster

Di awal 2000-an, Friendster adalah media sosial paling populer sebelum Facebook mengambil alih dunia digital. Platform ini memungkinkan pengguna membuat profil pribadi dengan foto, biodata, dan testimoni dari teman-teman.

Salah satu fitur paling ikonik adalah "Testimonial", di mana teman bisa meninggalkan pesan di profil kita, sering kali berisi pujian atau sekadar bercanda. Selain itu, pengguna bisa menghias profil dengan berbagai tema, lagu, dan animasi glitter menggunakan kode HTML sederhana, menjadikannya unik dan penuh warna.

Saat itu, memiliki banyak "Friendster Friends" adalah kebanggaan tersendiri, bahkan beberapa orang sengaja menambah teman hanya untuk terlihat lebih populer.

4. SMS dan MMS

Sebelum munculnya WhatsApp dan aplikasi pesan instan lainnya, komunikasi mengandalkan SMS dan MMS, di mana pengguna harus membayar per pesan atau bergantung pada kuota pulsa.

SMS digunakan untuk mengirim teks singkat, sementara MMS memungkinkan pengiriman gambar, suara, atau video, meski sering kali mahal dan tidak selalu kompatibel di semua ponsel. Banyak orang menghafal singkatan seperti "brp?" (berapa) atau "t4u" (tempatmu) untuk menghemat karakter.

Operator seluler juga sering menawarkan paket SMS gratis ke sesama pengguna, membuat orang lebih sering berkirim pesan dengan teman yang menggunakan provider yang sama.

Namun, dengan munculnya internet dan aplikasi pesan gratis, SMS dan MMS perlahan mulai ditinggalkan.

5. MP3 Player dan iPod Classic

Di era 2000-an, MP3 Player dan iPod Classic menjadi perangkat andalan untuk mendengarkan musik secara portabel. Sebelum layanan streaming seperti Spotify dan Apple Music populer, pengguna harus mendownload lagu secara manual dari situs seperti Limewire, 4shared, atau lewat proses ripping dari CD.

Lagu-lagu tersebut kemudian dipindahkan ke MP3 player atau iPod melalui kabel data.

iPod Classic, dengan desainnya yang elegan dan kapasitas penyimpanan besar, menjadi simbol tren musik digital, sementara MP3 player dengan layar kecil dan tombol navigasi sederhana lebih terjangkau bagi banyak orang.

Mendengarkan musik saat bepergian menjadi lebih praktis berkat perangkat ini, hingga akhirnya tergantikan oleh smartphone dengan layanan streaming yang lebih mudah dan terintegrasi.

6. mIRC dan Yahoo Messenger

Di era 2000-an, mIRC dan Yahoo Messenger adalah platform chat paling populer sebelum WhatsApp dan media sosial mengambil alih. mIRC digunakan untuk chatting di berbagai kanal (chatroom) dengan sistem berbasis teks yang memungkinkan orang bergabung dalam komunitas tertentu.

Sementara itu, Yahoo Messenger lebih dikenal dengan fitur "Buzz!", yang bisa membuat layar lawan chat bergetar dan mengeluarkan suara khas untuk menarik perhatian.

Selain itu, Yahoo Messenger juga memungkinkan pengguna mengirim emoticon animasi, bermain game online, serta berbagi foto dan suara.

Sayangnya, seiring berkembangnya media sosial dan aplikasi pesan instan yang lebih canggih, kedua platform ini perlahan ditinggalkan dan akhirnya dihentikan layanannya.

7. Majalah dan Tabloid Anak Muda

Di era 2000-an, majalah dan tabloid anak muda seperti Bobo, Aneka Yess!, Kawanku, dan Hai menjadi bacaan wajib yang selalu dinantikan setiap edisi terbarunya.

Bobo terkenal di kalangan anak-anak dengan cerita edukatif dan karakter ikonik seperti Bona dan Rong-Rong, sementara Aneka Yess! dan Kawanku menjadi favorit remaja karena membahas tren fashion, tips percintaan, hingga profil selebritas idola.

Di sisi lain, majalah Hai lebih populer di kalangan anak muda yang menyukai musik, film, dan gaya hidup. Saat itu, membeli majalah di kios koran atau berlangganan adalah cara utama mendapatkan informasi dan hiburan sebelum internet dan media digital menggantikan peran mereka.

Seiring berkembangnya teknologi, banyak majalah cetak ini akhirnya tutup atau beralih ke versi online.

8. Wartel

Sebelum handphone menjadi barang umum dan terjangkau, telepon umum dan wartel (warung telekomunikasi) adalah solusi utama untuk berkomunikasi jarak jauh.

Telepon umum biasanya menggunakan koin atau kartu telepon khusus, sering ditemukan di pinggir jalan, terminal, dan stasiun. Jika butuh komunikasi lebih lama atau panggilan ke luar kota, orang biasanya pergi ke wartel, yang menyediakan bilik-bilik telepon untuk percakapan lebih privat.

Wartel juga sering digunakan untuk telepon interlokal dan internasional, terutama bagi mereka yang memiliki keluarga di luar negeri. Namun, dengan semakin murahnya ponsel dan paket telepon, keberadaan telepon umum dan wartel pun perlahan menghilang, menyisakan kenangan bagi generasi yang pernah menggunakannya.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/mfd)