Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Masa pandemi yang telah berjalan hampir 2 tahun terakhir memaksa publik untuk hidup sehat demi menjaga imunitas. Berangkat dari fakta itu, beberapa tren sehat baru pun mulai bermunculan, seperti salah satunya gowes. Aktivitas bersepeda pun kini seakan-akan sudah jadi sebuah lifestyle baru.
Nah jika selama ini kebanyakan orang masih menggunakan sepeda konvensional, namun popularitas sepeda listrik dalam beberapa waktu terkahir ini juga mulai naik daun. Meski berlabel 'listrik', namun jangan salah sangka, sepeda motor listrik memiliki dampak positif bagi lingkungan kok.
Untuk membuktikan kebenarannya, tim redaksi Dream.co.id berkesempatan buat ngobrol langsung bersama Idoan Marciano, Energy & Electric Vehicles Technology Specialist dari IESR (Institute for Essential Services Reform) dan dr. Alvi Muldani, Relawan dan Konsultan Kesehatan Yayasan ASRI (Yayasan Alam Lestari). Pada kesempatan ini, dua tokoh keren ini menjelaskan dampak positif dari sepeda motor listrik yang digemari publik.
Advertisement
Credit Foto: Shutterstock via Dream.co.id
Salah satu topik yang dibahas tentunya tak jauh dari polusi udara di dunia, termasuk Indonesia yang memang mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Banyak faktor yang melatarbelakangi menurunnya kualitas udara, dan salah satunya memang moda transportasi yang berbahan bakar minyak.
"Memang benar jika semakin kesini, kualitas udara yang ada semakin menurun. Dari data yang kami peroleh dalam penelitian kami sebelum pandemi, polusi udara di daerah urban 80% disebabkan oleh transportasi dan diikuti oleh industri setelahnya. Menariknya di wilayah Jakarta sendiri, dari penelitian terbaru oleh Centre for Research on Energy and Clear Air (CREA), penyebab utama polusi juga adalah sektor industri dan pembangkitan listrik dari daerah sekeliling Jakarta,” ujar Idoan Marciano.
Tak main-main, jika dibiarkan dalam kurun waktu lama, kualitas udara yang menurun ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan akut hingga kerusakan lingkungan. Bahkan disampaikan oleh dr. Alvi Muldani jika polusi udara di sebagian wilayah Indonesia melebihi batas aman yang ditentukan oleh WHO.
"Menurut Air Quality Live Index (AQLI), 91 persen orang Indonesia tinggal di daerah dengan standar polusi partikel 6 kali standar World Health Organization (WHO). Jika ini terus terjadi diperkirakan angka harapan hidup turun 5 tahun. WHO sendiri menetapkan rata-rata konsentrasi polutan Particullate Matter (PM2,5) tidak boleh melebihi 10 mikron per meter kubik. PM2,5 sendiri adalah partikel udara berukuran kecil, Jika diameter sehelai rambut 75 mikron maka PM2,5 berukuran 2,5 micron, makin kecil ukuran partikel polusi makin luas dampaknya terhadap tubuh manusia," tambah dr. Alvi.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Credit Foto: Shutterstock via Dream.co.id
Tren sepeda motor listrik pun disebut sebagai salah satu lifestyle yang terbukti lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar minyak yang selama ini dipakai masyarakat sehari-hari. Alasannya karena alat transportasi satu ini tidak membuang gas yang berpotensi besar menimbulkan polusi udara.
"Jika kita lihat di kota-kota besar, kendaraan baik roda empat, roda dua, maupun transportasi umum mendominasi jalan raya. Hal ini membuat kualitas udara memburuk hanya dari gas buangnya saja. Sementara itu, sepeda motor listrik lebih ramah lingkungan karena tidak ada gas buang yang berpotensi mencemari lingkungan. Potensi polusi yang bisa dihasilkan dari kendaraan listrik sendiri ada pada pembangkit listrik yang dalam beberapa waktu ke depan diharapkan mampu ditekan jumlah emisinya lewat berbagai alternatif," ucap Idoan.
Efek dari gas buang yang diakibatkan kendaraan bermotor ini pun bisa fatal. Bagi manusia, gas buang yang beredar di udara bisa menyebabkan beberapa penyakit berbahaya.
"Jika kendaraan listrik ini menjadi moda transportasi utama di Indonesia, polutan seperti PM2,5, karbon monoksida, nitrous oxide, sulphur oxide, timbal, dan ozone permukaan menurun yang berdampak menurunkan risiko penyakit yang berkaitan dan mengerem laju pemanasan global secara lebih luas yang menjadi akar masalah-masalah kesehatan dan sosial. Ini disebabkan karena emisi kendaraan listrik kecil, dan zat buangnya juga kecil. Beberapa penyakit berbahaya juga berhubungan dengan meningkatnya polusi udara yang dihasilkan oleh emisi dan gas buang kendaraan bermotor, dimulai dari dampak jangka pendek seperti iritasi mata, iritasi saluran napas, penyakit kulit, hingga dampak jangka panjang seperti kanker payudara, kanker kolon, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis, hingga demensia," jelas dr. Alvi.
Advertisement
Credit Foto: Shutterstock via Dream.co.id
Seperti yang diketahui bersama, tren yang berkembang di masyarakat bisa diarahkan menjadi sebuah kebijakan dalam mobilitas sehari-hari. Seperti tren sepeda listrik yang diharapkan mampu menjadi pendorong bagi masyarakat untuk beralih ke sepeda motor listrik.
"Tren yang berkembang ini diharapkan sesuai dengan urban planning dan bisa diterapkan secara maksimal. Pengembangan tren ini bisa dilakukan dengan tahapan avoid, shift, dan improve. Avoid untuk menghindari kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Shift yang berarti berpindah ke moda transportasi yang lebih efisien seperti transportasi publik. Serta tak ketinggalan improve, yaitu memperbaiki efisiensi energi kendaraan dengan meningkatkan teknologi seperti sepeda motor listrik ini," jelas Idoan Marciano.
Optimisme juga ditunjukkan dr. Alvi Muldani dalam menanggapi tren yang ada. Suksesnya tren gowes kala masa pandemi ini diharapkan bisa menular dengan tren sepeda motor listrik yang kini mulai menjamur di tengah masyarakat.
"Jika kita lihat bersama, tren ini menjadi sebuah fenomena yang baik dan memberikan dampak bagus bagi masyarakat. Kita bisa mendapatkan manfaat kesehatan jasmani dengan berolah raga sekaligus meningkatkan kesehatan mental karena sifatnya rekreatif. Bahkan tanpa kebijakan pun, tren ini bisa berkembang pesat. Terlebih lagi pada saat pandemi ini kebugaran jasmani sangat menguntungkan karena berhubungan langsung dengan integritas sistem imun. Namun untuk menunjang tren ini harus didukung pemerintah dengan memperbaiki infrastruktur pesepeda, infrastruktur sepeda yang baik membantu menurunkan paparan polusi kendaraan bermotor bagi pesepada," papar dr. Alvi.
Banyak cara yang bisa dilakukan agar tren sepeda motor listrik ini menjadi tidak tenggelam dan tak lagi diminati. Dibutuhkan peran serta banyak pihak termasuk pemerintah, masyarakat dan industri swasta terkait untuk mendukung sepeda motor listrik menjadi transportasi utama di Indonesia.
"Penting untuk memberikan edukasi yang tepat sasaran kepada masyarakat. Salah satu contohnya adalah one stop hub atau website khusus yang menjadi pusat informasi menyeluruh tentang sepeda motor listrik. Mulai dari regulasi, administrasi, hingga sarana prasarana untuk mendukung peralihan moda transportasi ini. Selain itu, dibutuhkan juga dukungan semua pihak mulai dari pemerintah, swasta, dan seluruh lapisan masyarakat untuk merealisasikan peralihan menuju kendaraan listrik ini. Seperti salah satu layanan transportasi online yang kini telah menggunakan sepeda motor listrik sebagai armadanya di wilayah Bali. Dukungan dari banyak pihak inilah yang akan membantu proses peralihan kendaraan listrik,” tutur Idoan.
Tak hanya edukasi, sarana prasarana juga perlu ditingkatkan mulai dari spesifikasi daya listrik perumahan hingga Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). Hal ini menjadi penting lantaran hadirnya sarana prasarana juga akan memunculkan kebiasaan baru di tengah masyarakat dalam berkegiatan sehari-hari.
"Beberapa pertanyaan mendasar mengenai sepeda motor listrik ini tidak jauh-jauh dari metode pengisian daya di rumah dan tempat umum. Dalam hal ini, akan ada dua tipe pengisian daya untuk kendaraan listrik yaitu home charging dan public charging. Sesuai namanya, home charging menjadi primer kebutuhannya karena dilakukan di rumah, dan diperlukan peran serta pemerintah dan dinas terkait untuk membuat spesifikasi dan penyesuaian daya listrik agar bisa melakukan charging sepeda motor listrik di rumah. Demikian pula dengan public charging yang tersebar di tempat umum berupa SPBKLU dan workplace charging yang berada di pusat industri," lanjut Idoan.
Penggunaan kendaraan listrik sebagai moda transportasi utama di Indonesia harus segera dilakukan. Di tengah berbagai kerusakan lingkungan dan kesehatan yang terancam, peralihan menuju zero emission bisa dilakukan sekarang terlebih saat tren sepeda motor listrik tengah digandrungi.
"Semakin lama kita berpindah dalam menggunakan kendaraan listrik, maka dampaknya akan semakin menjadi bencana besar di kemudian hari. Tak perlu menunggu 100% energi terbarukan melalui pembangkitan energi listrik dulu, namun transisi harus berjalan paralel karena jika menunggu terlalu lama lagi, dampaknya akan semakin masif dan kita tak punya waktu sampai tahun 2050 sebelum perubahan iklim menunjukkan dampaknya yang semakin parah," ujar Energy & Electric Vehicles Technology Specialist dari IESR, Idoan Marciano.
Sependapat dengan Idoan Marciano, dr. Alvi juga mengatakan jika peralihan menuju transportasi berenergi bersih perlu dilakukan sebelum semuanya terlambat. Jadi KLovers yang hobi gowes, ini saat yang tepat bagi kalian buat segera beralih menggunakan kendaraan listrik. Yuk jaga kesehatan dan jaga lingkungan bersama-sama!
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/gtr)
Advertisement
Venna Melinda Resmi Bercerai dari Ferry Irawan Secara Verstek, Ketok Palu Semua Bukti Dinyatakan Sah
Manchester United Terancam Kehilangan 2 Pemain Ini di Laga Lawan Arsenal, Penggemar Cemas
Mengapa Ruben Amorim Pilih Zirkzee Ketimbang Hojlund di Ujung Tombak Manchester United?
Manchester United Kalahkan Everton, Amad Diallo Jadi Pemain Penting di Laga Ini
Usai Kalahkan Everton, 2 Pemain Manchester United Ini Dapat Rating Tinggi