Contoh Naskah Drama Sahabat Sejati Berbagai Tema yang Penuh Inspirasi

Contoh Naskah Drama Sahabat Sejati Berbagai Tema yang Penuh Inspirasi
Ilustrasi (Credit: Unsplash)

Kapanlagi.com - Bagi kalian yang sedang mempersiapkan sebuah pementasan drama, tak ada salahnya untuk mencari referensi. Jika kalian merupakan anak sekolah, ada banyak contoh naskah drama sahabat sejati yang cocok untuk dipentaskan.

Naskah drama sahabat sejati ini juga memiliki berbagai tema. Mulai dari kisah anak broken home, aksi nyontek di sekolah, hingga dukungan antara teman untuk mencapai impian.

Nah, jika kalian sedang mencari contoh naskah drama sahabat sejati berbagai tema untuk dijadikan inspirasi, silakan simak informasi selengkapnya di bawah ini.

1. Drama Sahabat Sejati

Ilustrasi (Credit: Unsplash)

Teman bisa menjadi sosok yang mendukung saat kalian menghadapi kesulitan. Kisah anak dalam naskah drama sahabat sejati "Broken Home" ini bisa jadi contohnya.

Ada dua kelompok yang terpisah di sebuah sekolah. Pertama, ada kelompok healthy (Dian, Laras dan Dewi). Mereka bertiga adalah sahabat sejati yang selalu bersama dalam suka dan duka. Ketiga orang ini baik, pintar dan ramah. Tidak seperti trio evil yang berisi anak-anak kasar dan tidak punya kepedulian. Namun, karena suatu hal, keadaan salah satu anggota trio evil pun berbalik.

Suatu hari di kantin.

Dian, Laras, dan Dewi sedang berada di kantin. Mereka sedang makan sambil bercerita. Tiba-tiba datanglah trio evil yang menyambar pembicaraan mereka. Trio evil itu adalah Dhia, Faisyah, dan Intan.

Dhia : "Hey, kalian! Ngapain kalian di sini!" (memukul meja)

Faisyah : "Ini tuh tempat khusus buat kita! Jadi kalian mendingan cabut sana!"

Intan : "Bener tuh! lLo, lo dan lo out!" (menunjuk ke Dian, Laras, dan Dewi)

Dian : "Apa hak kalian mengusir kami. Lagian inikan tempat umum. Bukan tempat bokap kalian!"

Faisyah : "Eh. Eh. Nih anak sudah mulai melawan yah! Apa perlu saya panggilkan satpam untuk mengusir kalian!"

Laras : "Yah silahkan saja panggil satpam. Kalian pikir kami takut dengan kalian."

Dhia : "Kurang ajar kalian (hampir menampar Laras, tapi tiba-tiba Dewi berbicara)"

Dewi : "Hey jangan. Sudahlah, biar kami saja yang mengalah. Ayo kita pergi dari sini."

Dian, Laras dan Dewi pun pergi meninggalkan kantin.

Intan : "Akhirnya mereka pergi juga. Hahaha."

Tidak lama kemudian bel pun berbunyi. Semua murid mengambil tasnya dan bergegas untuk pulang. Seperti biasanya grup healthy sering mengerjakan tugas di rumah Dian. Jadi tiap sore Laras dan Dewi datang kerumah Dian. Orangtua mereka pun sudah saling mengenal satu sama lain.

Sore, di rumah Dian.

Laras+Dewi : "Assalamualaikum." (mengetuk-ngetuk pintu)

Dian : "Waalaikumsalam (membuka pintu) silahkan masuk tuan putri." (sambil mengulurkan tangannya ke bawah).

Mereka bertiga menuju ke ruang tamu. Tempat dimana mereka sering mengerjakan tugas sambil berbagi cerita. Namun, mereka tidak bisa menyelesaikan tugas karena ada keributan di samping rumah Dian. Entah mengapa orang itu sangat ribut. Mungkin ada masalah di keluarga mereka.

Laras : "Aduh, berisik amat! Mana bisa kita selesaikan tugas ini kalau situasinya begini."

Dewi : "Tetanggamu kenapa sih? Kok heboh amat!"

Dian : "Aku juga nggak tau nih. Nggak biasa-biasanya mereka ribut seperti ini."

Mereka bertiga keluar rumah untuk melihat situasi. Ternyata keributan itu datang pada rumah Faisyah. Di luar rumah Faisyah ada kelompok trio evil yang sedang kebingungan. Kelompok healthy pun menuju ke rumah tersebut.

Dian : "Faisyah, kenapa?"

(Faisyah hanya menangis dan merunduk)

Dhia : "Ngapain lo ke sini! Sudah pulang sana, ganggu aja!"

Intan : "Loh kok masih di sini. Kalian budek ya! Kami bilang pergi dari sini!" (dengan suara yang kejam).

Faisyah : "Sudahlah, jangan usir mereka. Mereka kan teman kita juga."

Dhia : "Kamu kenapa sih Faisyah? Kenapa mesti lo bela mereka?"

Intan : "Faisyah, kamu habis kesambet batu yah?"

Faisyah : "Sudahlah, hentikan semua kebodohan ini."

Dhia : "Maksud loe apa sih? Gue nggak mengerti dengan semua ini!"

Intan : "Baiklah kalo ini mau kamu. Kami akan menurutinya."

Laras : "Kok kamu sedih sih Faisyah? Memangnya ada apa?"

Faisyah : "Aku tidak habis pikir. Kenapa sih orangtuaku selalunya bertengkar. Apa mereka tidak lelah dengan semua ini?"

Dewi : "Kamu yang sabar yah Faisyah."

Faisyah : "Tapi aku sudah benar-benar tidak tahan lagi. Hampir setiap hari dan setiap saat aku mendengar bapak dan ibuku bertengkar."

Dian : "Mungkin memang saat ini bapak dan ibumu sedang ada masalah. Berdoa sajalah, semoga masalah mereka segera bisa diatasi."

Dhia : "Kami pun akan turut berdoa agar orang tua kamu tidak bertengkar lagi."

Faisyah : "Hatiku hancur waktu mendengar ibuku minta cerai. Seandainya mereka benar-benar bercerai, aku harus ikut siapa? Aku malu, malu dan sangat malu sekali teman-teman."

Intan : "Aku mengerti sekali perasaanmu, tapi kamu juga jangan sampai terlalu sedih karena aku khawatir kalau kamu terlalu sedih nanti malah akan mempengaruhi fisikmu."

Dian : "Iya Faisyah. Semua ini pasti ada jalan keluarnya kok."

Faisyah : "Ah biarlah, seandainya aku sakit, mungkin orang tuaku tidak peduli sama sekali."

Laras : "Tidak ada orang tua yang tidak peduli dengan anaknya."

Dewi : "Mungkin saat ini mereka berdua sedang ada masalah jadi mereka terlihat sibuk dengan urusan mereka sendiri."

Faisyah : "Percuma aku punya orang tua kalau setiap hari isinya bertengkar saja. Apa mereka berdua tidak malu dengan tetangga yang sudah pasti mendengar suara mereka bertengkar?"

Dian : "Tapikan biar bagaimanapun juga dia tetap orang tuamu."

Faisyah : "Saya harus bagaimana?" (sambil menunduk dan menangis)

Dhia : "Sampaikan bahwa kamu merasa sangat tidak nyaman bila mereka berdua bertengkar."

Faisyah : "Akan aku coba."

Intan : "Nah, kamu jangan sedih lagi ya. Ayo donk tersenyum lagi." (sambil mengusap air mata faisyah)

Faisyah : "Terima kasih yah. Kalian sudah ingin menjadi temanku dan memberiku semangat dengan cobaan ini. Aku sayang kalian semua."

Dian : "Kami juga sayang kok sama kamu."

Mereka semua lalu berpelukan.

(Setelah 8 tahun menikah, Raisa dan Hamish Daud resmi cerai.)

2. Drama Sahabat Sejati

Ilustrasi (Credit: Unsplash)

Menyontek menjadi salah satu kecurangan yang kerap ditemukan di sekolah. Nah, sesuai judulnya, naskah drama sahabat sejati kali ini menyajikan kisah siswa tukang nyontek yang dibalut dengan komedi.

Di sebuah sekolah ada sekelompok siswa yang selalu bersenang-senang. Namun, keadaan itu berubah saat waktu ujian hampir tiba.

Rena : "Eh. Kalian udah ngapalin buat ulangan besok?"

Rio : "Belum."

Dino : "Innalillahi."

Rena : "What the hell. Oh my God. Kalau nilai ulangannya jelek, nanti dihukum."

Dino : "Paling hukumannya lari di lapangan".

Rena : "Bukan. Hukumannya pelajaran tambahan setiap pulang sekolah."

Dino : "Innalillahi."

Rio : "Aku cek dulu, siapa tahu guru." (Pergi)

Dino : "Ngapalin bab yang mana."

Rio : "Ada guru." (Semua melihat ke pintu)

Ririn : "Loh. Kok sepi?"

Dino : "Huuu. Katanya ada guru." (Nepuk bahu Rio)

Rio : "Iya ini guru. Guru masa depan."

Ririn : "Kamu bisa aja".

Rena : "Kamu udah ngapalin Rin?"

Ririn : "Udah dong. Ririn."

Rio : "Ellleh. Sombong amet."

Ririn : "Biarin."

Rena : "Udah-udah jangan berantem."

Dino : "Iya, daripada berantem mendingan gini, siapa yang nilainya paling gede, dia yang menang, dan yang menang bisa nyuruh 1 kali kepada yang kalah"

Ririn + Rio : "Setuju!"

(Asep datang dari belakang) Asep : "Bapak juga setuju!"

Ririn dan Rio mempersiapkan ujiannya matang-matang. Ririn melakukan gerakan 3B yaitu Belajar, Berdoa, dan Berusaha yang sudah biasa dilakukan. Sedangkan Rio merangkum semua bab dan menulisnya di kertas kecil untuk nanti dihafal saat ulangan dengan kata lain nyontek. Akhirnya saat ujian pun tiba.

Asep : "Baiklah anak-anak, buka lembar soalnya se-se-sekarang."

Ririn : "Bismillah." (Membuka dan mengisi soal)

Rio : "Ini mah enteng." (Membuka soal) (Saat Asep berbalik menempelkan kertas di punggung Asep untuk menyontek)

Rio : "Kalo ginikan ga akan ketahuan."

Asep : "Bapa keluar dulu, jangan nyontek, jangan kerja sama, dan jangan ribut." (Keluar)

Rio : "Rencana B." (Menyilang kaki dan di alas sepatunya ada contekan)

Rio : "Ah. Bukan yang ini." (Buka penghapus yang di dalamnya ada contekan).

Rio : "Selesai." (Melihat sekitar, Ririn dan yang lainnya masih belum selesai)

Akhirnya ujian selesai dan beberapa hari kemudian Asep membagikan hasil ulangan.

Asep : "Ini." (Membagikan)

Ririn : "Ye. Nilaiku 85."

Dino : "Hahaha. Aku 65, naik 5 dari ulangan yang lalu."

Rio : "Lah. Pak, kok nilai Saya 50?"

Asep : "Itu karena soal nomor 11-20 dibalik kertas nggak kamu isi."

Rio : "Aduh. Kok bapa ga kasih tahu saya?"

Asep : "Kamu itu seharusnya bisa tahu dengan sendirinya, jangan ceroboh."

Rena : "siap-siap terima perintah Ririn aja."

Rio : "Iya deh iya."

Ririn : "Dengan ini Saya nyatakan Kamu tidak boleh nyontek lagi"

Asep : "Jadi Kamu nyontek? Nilai Kamu bapa kurangi 6, jadi nilai kamu -1."

Akhirnya Rio tidak menggunakan cara yang kotor lagi. Dia menjadi lebih giat belajar dan lebih berhati-hati dalam mengisi soal.

3. Drama Sahabat Sejati

Ilustrasi (Credit: Unsplash)

Terdapat kisah persahabatan yang positif dalam naskah drama sahabat sejati berjudul "Impian" di bawah ini. Selayaknya teman yang baik, tokoh Maudi mendukung impian Rangga untuk menjadi seorang penulis novel fantasi.

Rangga: "Di, aku ingin cerita nih?"

Maudi: "Cerita apa? Soal mimpi gilamu, kan? Kamu sekarang mau bermimpi apa lagi? Jadi astronot? Atau, berkelana ke planet Neptunus?"

Rangga: (Tertawa) "Kau ini tahu saja. Aku memang mau menceritakan mimpiku. Tapi, mimpiku kali ini tidak seaneh yang dulu. Kali ini, mimpi yang aku wujudkan ini lebih realistis. Aku ingin jadi penulis novel, Di. Tepatnya menjadi penulis novel fantasi. Kamu tahu sendiri kan kalau aku ini tukang ngayal. Jadi, aku merasa bahwa menjadi penulis novel fantasi adalah impian yang sepertinya bisa aku wujudkan."

Maudi: "Widih, tumben-tumbenan mimpimu realistis, mana bagus juga lagi. Eh, ngomong-ngomong, kamu udah bikin naskahnya belum?"

Rangga: "Udah, dong. Malah kemarin aku kirim ke penerbit."

Maudi: "Diam-diam kau mantap kali kalau begitu! Semoga naskah kamu diterima penerbit ya, Ngga."

Rangga: "Aamiin. Makasih ya, Di."

Beberapa waktu kemudian.

Maudi: "Ngga, bagaimana dengan naskah novel? Diterima penerbit tidak?"

Rangga: "Nggak, nih Di. Malahan, aku disuruh revisi sama penerbitnya. Mana revisiannya banyak lagi. Ah, sepertinya impianku untuk bikin novel fantasi bukanlah impian yang bisa aku wujudkan."

Maudi: "Yaelah, Ngga. Naskah kamu kan cuma disuruh direvisi, bukan ditolak. Jadi, naskah kamu masih punya kesempatan buat diterbitkan oleh penerbit. Lagian, kalau tidak diterbitkan di penerbit yang kamu tuju itu, kamu masih bisa kirim ke penerbit lain. Iya, kan?"

Rangga: "Iya sih, Di. Eh, ngomong-ngomong, terima kasih ya atas masukannya."

Maudi: (Tersenyum).

Rangga pun kembali merevisi naskah novelnya tersebut. Maudi sebagai sahabatnya pun terus memberi dukungan dan masukan kepada Rangga.

Nah, KLovers, itulah beberapa contoh drama sahabat sejati dengan berbagai tema yang bisa kalian jadikan inspirasi.

(Di usia pernikahan 29 tahun, Atalia Praratya gugat cerai Ridwan Kamil.)

Rekomendasi
Trending