Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Saat Idul Fitri tiba, setiap negara memiliki tradisi dan makanan yang akan disajikan untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Setiap tahunnya, hidangan tersebut wajib ada dan menjadi sebuah tanda bagi hari raya Idul Fitri. Filosofi hidangan Idul Fitri sendiri bermacam-macam, setiap daerah memiliki filosofi yang terkandung di dalam hidangan tersebut.
Biasanya hidangan yang ada saat Idul Fitri sendiri hampir serupa dan hanya beberapa yang sedikit berbeda. Hidangan yang memiliki kemiripan hampir di seluruh daerah yang ada di Indonesia adalah ketupat, opor dan juga kue.
Ternyata ketiga makanan tersebut juga memiliki maknanya loh, tak hanya nikmat untuk dijadikan sebagai hidangan saat idul Fitri, ternyata ada banyak makna di balik makanan yang dihidangkan. Untuk itu, dilansir dari berbagai sumber, inilah 7 makna hidangan Idul Fitri yang ada di Indonesia, dan pastinya wajib kamu ketahui.
Advertisement
Ketupat (credit: instagram.com/betamakan.mdn)
Filosofi hidangan Idul Fitri yang pertama yaitu ketupat. Hidangan ini selalu wajib ada saat Idul Fitri tiba dan menjadi makanan favorit bagi para muslim yang ada di Indonesia. Ketupat sendiri merupakan nasi yang dimasukkan ke dalam sebuah anyaman daun kelapa muda yang di rebus hingga matang dan dapat disajikan bersama dengan kuah santan dan daging ayam atau sapi.
Ketupat sendiri memiliki filosofi dalam merayakan hari raya Idul Fitri. Bagi masyarakat Jawa, ketupat memiliki makna Ngaku Lepat dan Laku Papat. Arti dari Ngaku Lepat yaitu mengakui semua kesalahan, ini merupakan tradisi sungkeman yang menjadi implementasi mengakui kesalahan. Pada tradisi sungkeman ini mengajarkan akan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan dari orang lain, khususnya orang tua.
Dan arti dari Laku Papat yaitu, empat tindakan dalam perayaan Idul Fitri. Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Untuk lebaran, itu mengartikan bahwa puasa telah berakhir, dan pintu maaf telah terbuka dengan lebar.
Lalu untuk luberan, yaitu memiliki arti melimpah, atau sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum yang miskin seperti melakukan zakat. Untuk leburan, memiliki makna habis atau melebur. Di mana dosa dan kesalahan kalian telah habis dan melebus pada bulan yang suci ini. Sedangkan laburan, memiliki arti kapur yang berarti zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Dengan maksud agar manusia dapat selalu menjaga kesucian lahir maupun batin.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Opor Ayam (credit: instagram.com/cheche_kitchen)
Filosofi hidangan Idul Fitri yang kedua yaitu opor. Menjadi pasangan ketupat, ternyata opor juga memiliki filosofi untuk perayaan hari raya Idul Fitri. Opor sendiri merupakan hidangan ayam yang dibuat dengan menggunakan santan serta memiliki kuah yang kental dan juga gurih. Memiliki bahan dasar santan, dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang dimaksudkan sebagai pangapunten yang artinya maaf.
Itulah mengapa opor selalu disandingkan dengan ketupat, karena hal tersebut menjadi sebuah kombinasi yang diyakini sebagai lambang permintaan maaf. Dan permintaan maaf tersebut sangat tulus, untuk memperbaiki kesalahan dengan hati yang putih serta suci.
Advertisement
Lepet (credit: instagram.com/madamjundi)
Masih dalam berbentuk nasi, filosofi hidangan idul fitri selanjutnya yaitu lepet. Sama seperti ketupat, lepet juga dibungkus dengan daun muda kelapa dan kemudian direbus. Tetapi yang membedakan ketupat dan juga lepet adalah bentuk lepet yang memanjang.
Ternyata lepet juga memiliki filosofi tersendiri loh KLovers, yaitu Silep Kang Rapet yang artinya dikubur rapat-rapat. Maksud dari kata di kubur rapat-rapat tersebut adalah, kesalahan-kesalahan lalu yang dilakukan oleh saudara kita dapat kita maafkan dan ditutup rapat-rapat, serta tak diungkit kembali. hal ini dimaksudkan agar persaudaraan dan hubungan antara sesama manusia tetap baik.
Rendang (credit: instagram.com/eatandcapture)
Makanan yang berasal dari daerah Minang ini ternyata menjadi hidangan yang memiliki filosofi juga loh saat hari raya Idul Fitri. Rendang merupakan makanan yang menggunakan banyak rempah saat memasaknya, dan daging sapi yang menjadi bahan utamanya. Sama seperti gudeg, rendang juga termasuk makanan yang akan semakin enak bila terus dipanaskan, maka dari itu rendang memiliki warna yang coklat.
Minyak yang dihasilkan dari rendang juga merupakan santan kelapa yang sudah menjadi minyak, itulah mengapa rasa rendang begitu gurih dan juga nikmat. Filosofi dari rendang sendiri yaitu memiliki arti musyawarah dan mufakat, hal tersebut dikarenakan rendang memiliki empat unsur yaitu, daging, kelapa, lada, dan juga bumbu.
Arti daging sendiri yaitu mewakili para pemuka adat, lalu kelapa yang mewakili para cendikia dan kaum pemikir, selanjutnya lada yang mewakili kaum ulama, dan terakhir bumbu yang menjadi penyelaras dan pemersatu semuanya. Itulah mengapa rendang selalu disajikan saat upacara penting seperti pernikahan, acara adat, kenduri, dan acara keagamaan seperti Idul Fitri.
Ketan (credit: instagram.com/anandacooknbakery)
Filosofi hidangan Idul Fitri selanjutnya yaitu ketan. Ternyata ketan yang selalu menjadi hidangan wajib saat hari raya Idul Fitri ini memiliki sebuah filosofi loh. Memiliki tekstur yang lengket, ketan biasanya dibuat menjadi kudapan seperti lemper, atau disandingkan dengan sambal goreng atau abon.
Filosofi dari ketan sendiri dalam bahasa Jawa yaitu, ngreketken ikatan, yang artinya mempererat ikatan. Hal ini dimaksudkan bahwa, seperti budaya Indonesia yang mana selalu menjalin silaturahmi dari rumah ke rumah saat hari raya Idul Fitri, untuk menjaga dan mempererat hubungan persaudaraan dengan cara tali silaturahmi.
Telur Pindang (credit: instagram.com/alfinazulfa91)
Ternyata telur pindang juga menjadi sebuah filosofi hidangan Idul Fitri loh. Sebenarnya, telur pindang ini dahulunya merupakan telur yang berasal dari budaya Tionghoa, yang dimasak dengan menggunakan rempah-rempah dan juga teh. Tetapi untuk saat ini, telur pindang dimasak menggunakan rempah-rempah dan juga kecap, maka dari itu telur pindang memiliki warna yang coklat pekat.
Arti dari telur pindang sendiri yaitu, kesuburan dan kemakmuran. Dan hal tersebut diharapkan bahwa, nantinya setelah menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan ini kita tetap terus diberikan kesuburan dan juga kemakmuran ke depannya.
Apem (credit: instagram.com/setia_dini91)
Dan filosofi hidangan Idul Fitri yang terakhir yaitu apem. Mungkin bagi masyarakat Jawa, kue apem merupakan sebuah simbol yang bermakna yang harus ada saat merayakan Idul Fitri. Kue tradisional yang terbuat dari bahan tepung beras ini memiliki warna yang cerah, seperti merah muda, hijau, dan juga coklat. Tentu saja kue ini juga memiliki tekstur yang lembut, jadi akan sangat mudah untuk dimakan.
Dan makna dari apem saat hari raya Idul Fitri yaitu, apem merupakan nama yang berasal dari bahasa arab yaitu Afwun yang artinya maaf. Bagi orang Jawa, akan sedikit sulit untuk mengucapkan dengan dialek arab, maka dari itulah mereka menyebutnya apem. Dari situlah mengapa kue apem menjadi sebuah simbol maaf yang ada saat hari raya Idul Fitri.
Itulah 7 filosofi hidangan Idul Fitri yang selalu di sajikan selama hari raya Idul Fitri. Tak hanya menjadi hidangan yang cantik serta enak dikonsumsi, tetapi makanan di atas juga memiliki filosofi serta makna yang sangat mendalam bagi yang menghidangkannya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Advertisement
Cek Tarif Tol Trans Jawa Terbaru 2025, Persiapkan Mudik dengan Nyaman dan Hemat Biaya
Tips Bantu Anak Belajar Menabung, Ajarkan Mereka Kelola Uang THR Lebaran dengan Bijak
Tips Mengatasi Gula Darah Naik Setelah Lebaran, Solusi Praktis Demi Hidup Sehat
Cegah Diabetes Naik Setelah Lebaran dengan 10 Cara Mudah dan Efektif ini, Jangan Di-skip!
Update Tarif Tol Trans Sumatera 2025 untuk Golongan I, Rute dan Harga Terbaru