Fakta-Fakta Seputar Gerhana Bulan Total 28 Juli nanti, Benarkah Ini Yang Terlama?

Penulis: Editor Kapanlagi.com

Diperbarui: Diterbitkan:

Fakta-Fakta Seputar Gerhana Bulan Total 28 Juli nanti, Benarkah Ini Yang Terlama? Liputan 6

Kapanlagi.com - Sudah pernah melihat gerhana bulan total? Fenomena alam yang jarang banget terjadi ini, jangan sampai terlewatkan. Pasalnya, untuk melihatnya lagi butuh waktu yang nggak singkat. Sebelum jadi saksi gerhana bulan total pada 28 Juli 2018 nanti, KLovers wajib banget ketahui fakta-fakta di baliknya. Apa saja sih?

1. Bukan pertama kali

(Credit: Merdeka)

Gerhana bulan kali ini sebetulnya bukan pertama kali terjadi di tahun 2018. Setidaknya, menurut BMKG ada 5 gerhana bulan yakni pada 31 Januari, 15 Februari, 13 Juli, 28 Juli, dan 11 Agustus. Dari kelima gerhana bulan tersebut, nggak semuanya bisa ditonton dari Indonesia lho! Cuma gerhana bulan yang pertama, ke-2 dan ke-4 yang bisa kita saksikan. Uh, yakin tetep mau melewatkan?

2. Punya 7 Tahapan

(Credit: Merdeka)


Yas, fenomena gerhana bulan total nggak serta merta terjadi dalam waktu super singkat, ada prosesnya yang menurut BMKG dibagi jadi 7 tahap. Berikut waktu-waktu dalam tahapan tersebut:
1. Gerhana Mulai: pukul 00.13 WIB, pukul 01.13 WITA, pukul 02.13 WIT
2. Gerhana Sebagian Mulai: pukul 01.24,1 WIB, pukul 02.24,1 WITA, pukul 03.24,1
3. Gerhana Total Mulai: pukul 02.29,9 WIB, pukul 03.29,9 WITA, pukul 04.29,9 WIT
4. Puncak Gerhana: pukul 03.21,7 WIB, pukul 04.21,7 WITA, pukul 05.21,7 WIT
5. Gerhana Total Berakhir: pukul 04.13,5 WIB, pukul 05.13,5 WITA dan pukul 06.13,5 WIT
6. Gerhana Sebagian Berakhir: pukul 05.19,3 WIB, pukul 06.19,3 WITA dan pukul 07.19,3 WIT
7. Gerhana Berakhir: pukul 06.30,3 WIB, pukul 07.30,3 WITA, pukul 08.30,3 WIT
Catat baik-baik ya KLovers jam-jamnya, biar nggak kelewatan. Jadilah saksi dari fenomena yang langka ini!

3. Bakal jadi gerhana bulan total terlama abad ini

(Credit: Liputan 6)


Nah, fakta ini paling menarik nih! Yup, begitulah klaim dari BMKG. Gerhana bulan total kali ini bakal punya fase totalitas terlama, yakni akan berlangsung selama 103 menit. Fase yang lebih lama dari itu bakalan terjadi lagi pada 9 Juni 2123, yakni 106 menit.
Sayangnya, gerhana bulan total tersebut nggak bisa diamati dari Indonesia. Eits, tapi ada lagi lho gerhana bulan yang durasi sama-sama 106 menit yang bisa disaksikan dari negeri kita, yakni pada 19 Juni 2141 nanti. Mau menunggu 123 tahun lagi?

4. Panjangnya durasi totalitas disebabkan oleh 3 hal

(Credit: Liputan 6)


Panjangnya fase totalitas gerhana bulan tersebut menurut BMKG karena 3 sebab. Pertama, karena saat puncak gerhana terjadi, posisi pusat piringan bulan dekat sekali dengan pusat umbra bumi. Kedua, gerhana terjadi nggak lama setelah bulan berada di titik terjauh bumi. Ketiga, karena pada 28 Juli 2018 bumi berada di sekitar titik terjauhnya, yakni 152 juta km.

5. Bisa ditonton di website BMKG

(Credit: cafeastronomi)


Buat Klovers yang males keluar rumah untuk saksikan fenomena langka ini, BMKG menyediakan live streaming gerhana bulan total di halaman websitenya. Ya, nggak tanggung-tanggung, pengamatan dilakukan dari 20 titik di seluruh Indonesia. Mulai dari Banda Aceh, Jakarta, Yogyakarta, Denpasar, Waingapu, Mataram, hingga Jayapura.

6. Aman diamati dengan mata telanjang
Meski bisa live streaming dari website BMKG, KLovers juga bisa nonton gerhana bulan ini dengan mata telanjang. “Dapat langsung diamati dengan mata telanjang, namun menggunakan teleskop atau kamera tertentu akan lebih baik," jelas Setyoajie selaku Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara pada Antara, Rabu (25/7) lalu.

7. Pakai teleskop, cahaya merah dan biru dari bulan akan terlihat
Dilansir dari Liputan 6, menurut Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly usai piringan bulan mulai memasuki penumbra bumi, kecerlangan bulan lebih redup dibandingkan dengan kecerlangannya sebelum gerhana. Perubahan kecerlangan ini tidak dapat dideteksi oleh mata tanpa alat.
"Hanya dapat dideteksi dari hasil perbandingan perekaman antara sebelum gerhana dan setelah gerhana," kata Muhamad Sadly dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Selasa, (24/7) lalu.
Ia juga menambahkan bahwa semakin lama maka bagian gelap ini semakin besar, hingga akhirnya seluruh piringan bulan memasuki umbra Bumi pukul 02.30 WIB. Sejak itu, kata Sadly, bagian bulan memerah dan mencapai puncak merah yang merupakan saat puncak gerhana pada pukul 03.22 WIB.
"Memerahnya piringan bulan ini karena cahaya Matahari dihamburkan atmosfer Bumi, selanjutnya bagian cahaya merahnya diteruskan sampai Bulan. Karena itu fase totalitas Gerhana Bulan Total akan berwarna kemerahan," ujar Sadly.
Nggak cuma cahaya merah, gara-gara cahaya matahari yang dihamburkan oleh ozon, ada juga sapuan cahaya biru yang muncul di sekitar bulan. Hm, kebayang kan bakal seindah apa?

8. Pertanda Kiamat?

Gerhana bulan yang seperti ini dianggap oleh beberapa penganut teori konspirasi sebagai pertanda kiamat sudah dekat. Salah satunya adalah kelompok Endtime Ministries- Organisasi Kristen Pantekosta Amerika. Irvin Baxter yang menjadi guru nubuatan Alkitabiah mengatakan bahwa Kitab Yoel (Kitab yang mereka yakini) menyebut hari kiamat sedang bergerak mendekat. Baxter sudah telah memprediksi kiamat sejak pertengahan 1980-an.

Namun, anggapan itu dipatahkan para astronom melalui penjelasan yang lebih logis. Menurut seorang astronom Dubai, Hasan Ahmad Al Hariri, Micro Blood Moon hanyalah sebuah fenomena astronomi alami. "Gerhana bulan total ini sangat panjang, orang-orang ketakutan dan berspekulasi bahwa kejadian ini pertanda buruk," katanya seperti dilansir oleh Mirror, Kamis (26/7). "Jenis-jenis takhayul seperti itu selalu membuntuti fenomena semacam ini. Kami memberi tahu semua orang bahwa semua anggapan itu tidaklah benar. Micro Blood Moon hanyalah peristiwa alam biasa," Lanjutnya.

Nah Klovers, kalau menurut kalian sendiri seperti apa? Share dengan kami di kolom komentar ya. 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

(kpl/mag)