Belasan Pegawai Terdampak Pandemi, Wastafel Portable BUMDes Tridadi Makmur Jadi Penyambung Hidup

Penulis: Nurul Wahida

Diterbitkan:

Belasan Pegawai Terdampak Pandemi, Wastafel Portable BUMDes Tridadi Makmur Jadi Penyambung Hidup
Pembuatan wastafel portable BUMDes Tridadi Makmur, Sleman Yogyakarta (credit: Nurul Wahida)

Kapanlagi.com - Tak sekedar inovasi, wastafel portable hasil karya BUMDes Tridadi Makmur, Sleman, Yogyakarta, justru menjadi ladang ekonomi baru bagi warga terdampak pandemi corona covid-19. Berawal dari iseng, pembuatan wastafel portable sempat banjir orderan.

Gerakan mencuci tangan menggunakan sabun tentunya menjadi kebiasaan wajib yang perlu dilakukan selama pandemi corona. Hal ini pun tampaknya memberikan ide kreatif bagi pengelola BUMDes Tridadi Makmur, Sleman Yogyakarta untuk membuat wastafel portable.

Wastafel portable tersebut dioperasikan melalui sistem injak baik air ataupun sabun. Menurut keterangan Agung Prasetya, salah satu pengelola pembuatan wastafel portable yang bertugas dalam pembelian bahan dan pengawasan, BUMDes Tridadi Makmur Sleman mengungkapkan berawal dari coba-coba.

Ide pembuatan wastafel tersebut muncul sejak pandemi virus corona masuk wilayah Indonesia terutama Yogyakarta yang terjadi sejak akhir Maret hingga April. Berdasarkan keterangan Agung Prasetya, pembuatan wastafel portable tersebut merupakan ide dari Agus Choliq, Direktur BUMDes Tridadi Makmur Sleman. Sampai akhirnya menghasilkan kreasi wastafel sistem injak seperti saat ini setelah melalui sejumlah pembaruan dan perbaikan.

"Sejak bulan Maret akhir, awalnya cuma coba-coba cuma bikin satu. Pak Agus suruh temanku otak-atik wastafel itu, satu, lalu dikasih foto bentuknya. Terus dibikin sendiri, jadi terus nyoba-nyoba kok ada yang pesan," ungkap Agung Prasetya saat ditemui tim Kapanlagi.com, Jumat, (13/11/2020).

Dipasarkan lewat akun sosial media, pemesanan wastafel portable mulai meningkat dan diminati berbagai kalangan masyarakat. Alhasil banjir orderan mulai dirasakan para pengelola pembuatan wastafel portable yang merekrut pekerja terdampak pandemi.

"Pemasaran lewat facebook, lalu banyak yang pesan. Dulu pesanan sehari sampai 15 wastafel dan 20 wastafel. Pegawai teman-teman sekitar sini," terang Agung Prasetya.

1. Banjir Pesanan Wilayah Lokal Hingga Luar Daerah

Hasil karya wastafel portable, BUMDes Tridadi Makmur, Sleman Yogyakarta tak hanya mendapat orderan wilayah lokal melainkan juga luar daerah. Salah satunya yakni pernah dikirim ke Jakarta, Salatiga serta Solo. Sejumlah universitas ternama cukup banyak memesan produk wastafel portable hingga puluhan unit.

"Kalau dulu yang paling banyak masuk itu UGM sekitar 50-70an, UNS Solo 20 wastafel , UMY, dan tempat lainnya. Udah pernah kirim ke Jakarta, kebanyakan masih daerah jogja, masih lokal," kata Agung Prasetya.

Banjir orderan tersebut dirasakan para pengelola pembuatan wastafel portable selama kurang lebih dua bulan. Wastafel portable ini juga memiliki sejumlah kriteria khusus tergantung dari pesanan serta penggunaan. Perbedaan tersebut terletak dari ukuran tinggi serta bahan yang digunakan.

Tinggi standar wastafel tersebut umumnya sekitar 80 cm, namun kriteria penggunaan untuk anak-anak sekolah dasar memiliki tinggi kurang lebih 70 cm sedangkan anak TK sekitar 60 cm. Sedangkan satu unit wastafel portable dibanderol dari harga 750 ribu sampai 1 juta rupiah tergantung dari bahan, bentuk serta kriteria tertentu.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Rekrut Pekerja Terdampak Pandemi

Berkat inovasi baru pembuatan wastafel portable yang dipelopori oleh Agus Choliq, Direktur, BUMDes Tridadi Makmur, Sleman. Kini kreasi tersebut menjadi penghidupan baru bagi sejumlah orang yang dirumahkan akibat pandemi virus corona covid-19. Diantara para pekerja tersebut berprofesi sebagai pegawai hotel, pegawai catering, pemain musik, pegawai penyewaan tenda serta sablon.

Meski belum berbekal pengalaman khusus di bidang wastafel portable, para pekerja dalam sehari dapat membuat sekitar 15 sampai 20 unit. Jumlah tersebut awalnya dikerjakan oleh belasan orang hingga sekarang masih terdapat sekitar enam orang yang bergabung dalam pembuatan wastafel.

"Pekerjanya sebagian ada yang sudah cukup familiar di bidang las serta ada yang belum pernah pengalaman membuat wastafel dengan proses las. Ini ada yang keluar dari sablon, pemain band, penyewaan tenda. Sebagian sudah kembali ke pekerjaan awal mulanya," ungkap Agung Prasetya.

3. Penyambung Hidup Selama Pandemi Corona Covid-19

Dampak pandemi virus corona yang terjadi sejak awal tahun ini memberikan pengaruh besar pada profesi Beny (30), salah satu pekerja pembuatan wastafel portable. Pria yang awalnya berprofesi sebagai seorang pemain musik tersebut harus vakum selama dua bulan. Menurut keterangannya, ia mengungkapkan sebelum pandemi, bisa manggung sebanyak tiga sampai empat kali dalam seminggu baik off air ataupun on air.

"Semenjak corona inikan dilarang kumpul-kumpul. Efek dari itu terus jarang ada hiburan. Seminggu bisa tiga sampai empat kali tampil baik off air dan on air," terang Beny pekerja pembuatan wastafel portable, Sabtu, (14/11/2020).

Beny sempat kebingungan dengan profesinya sebagai pemain musik setelah terhenti sekitar dua bulan. Namun tak berapa lama, ia mendapat tawaran bergabung dalam pembuatan wastafel portable yang diajak langsung oleh Agus Choliq, Direktur BUMDes Tridadi Makmur, Sleman.

"Saya sudah kenal lama sama Pak Agus Choliq, suruh ya itu kebetulan saya di telpon. Saya juga pas nggak kerja, yaudah sini main ke rumah. Ini ada kebetulan Pak Choliq yang sebenarnya punya ide ini. Akhirnya diajak sama Pak Choliq untuk bantu bikin wastafel portable," lanjutnya.

Sebelumnya Beny juga memiliki keahlian dasar dalam teknik las yang ia peroleh sejak masih duduk di bangku sekolah. Ia pun mendapat bagian untuk proses las merakit wastafel portable berkat keahlian dasarnya tersebut. Pemain musik ini rupanya juga tertarik di bidang wirausaha hingga membuatnya langsung menerima tawaran gabung dalam pembuatan wastafel.

"Kebetulan ini aja sih, sebenarnya suka wirausaha, sebenarnya lebih ke arah ke situ, wirausaha dan kebetulan ini juga dilihat dari proses-proses pembuatannya juga ya saya lebih ke suka wirausahanya aja. Apalagi dengan modal saya yang sudah mempunyai basic," ungkap Beny lagi.

4. Masih Aktif dalam Pembuatan Wastafel Portable

Aktivitas kerja yang fleksibel juga membuat Beny merasa cukup nyaman dengan pekerjaannya tersebut. Dalam sehari ia dan beberapa tim bahkan pernah menyelesaikan sekitar lima hingga sepuluh unit wastafel portable. Namun kini perlahan aktivitasnya sebagai pemain band mulai kembali mendapat tawaran manggung, meski tak sebanyak dulu. Ia pun masih ikut gabung dalam pembuatan wastafel dengan waktu pembagian kerja yang direncanakan.

"Sebenarnya udah mulai imbang, ketika tidak ada job di luar saya ke sini. Kalau enggak pun, saya pagi ke sini malamnya ngejob," ujar Beny.

Adanya pembuatan wastafel portable tersebut diungkapkan Beny bisa dibilang menjadi penyambung hidup selama pandemi. Ia pun berharap agar pandemi bisa segera berakhir serta kehidupan kembali normal. Tak lupa Beny juga tetap berpikir positif serta menerapkan protokol kesehatan.

"Waktu itu sangat membantu sekali, saya dan teman-teman sangat berterimakasih dengan Pak Choliq. Udah merangkul kita-kita teman muda yang sudah banyak kena PHK, diberhentikan. Ketika kemarin mulai pandemi corona itukan banyak pegawai di rumahkan cuma seminggu sekali, dua kali," lanjut Beny dalam keterangannya.

Meski akhir-akhir ini permintaan wastafel portable sempat mengalami penurunan, namun harapan agar usaha tersebut tetap berjalan tak lupa diungkapkan Agung Prasetya, salah satu pengelola pembuatan wastafel portable.

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending