Kapanlagi Plus - Primbon dikenal sebagai salah satu budaya warisan leluhur yang masih dipercaya hingga kini. Tak hanya primbon Jawa, ada pula yang menyebutnya sebagai primbon Islam.
Pasalnya, warisan yang berupa catatan turun-temurun itu banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam dengan unsur Hindu dan Budha yang masih melekat. Tak heran jika ada orang yang menyebutnya sebagai primbon Islam.
BACA JUGA : Ketahui Doa Upacara 17 Agustus Oleh Kementrian Agama
Kini, catatan primbon dalam bentuk buku sudah banyak beredar. Ada pula laman web yang makin memudahkan. Namun, bagaimana penjelasan hukum primbon Islam? Yuk, simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Sebelum masuk pada pembahasan primbon Islam, tentu kalian perlu memahami penjelasan primbon itu sendiri. Sebagai orang Indonesia, terutama Jawa, mungkin kalian sudah tak asing lagi dengan istilah primbon. Sejak zaman dahulu, para leluhur kerap merujuk primbon saat ingin mengetahui watak, hari baik, serta peruntungan seseorang.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), primbon adalah kitab yang berisikan ramalan (perhitungan hari baik, hari nahas, dan sebagainya); buku yang menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib (rajah, mantra, doa, tafsir mimpi), sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur untuk mengadakan selamatan, mendirikan rumah, memulai perjalanan, dan mengurus segala macam kegiatan yang penting, baik bagi perseorangan maupun masyarakat.
Melansir laman Merdeka, primbon pada mulanya adalah catatan pribadi yang diturunkan atau diwariskan di lingkungan keluarga keraton dan abdi dalem. Nah, di abad ke-20, primbon mulai dicetak dan diedarkan secara luas. Diketahui, primbon cetakan tertua berangka di tahun 1906 Masehi yang diterbitkan oleh De Bliksem.
Meski begitu, susunan buku primbon secara sistematis baru diterbitkan pada tahun 1930-an. Primbon menjadi suatu hal yang menarik karena kebanyakan orang penasaran ingin menemukan hari baik di setiap momen penting, seperti pernikahan, membuka usaha, hingga pindah rumah. Pemilihan hari baik bisa dianggap sebagai langkah dasar setiap usaha manusia.
"Zaman dahulu, primbon itu sangat diyakini (masyarakat Jawa). Hal ini karena Primbon didasarkan kelahiran setiap manusia. Setiap kelahiran seorang bayi itu akan sangat dipengaruhi kekuatan alam, dalam arti lingkungan bumi, planet-planet lain mempengaruhi orang atau watak bayi tersebut nantinya," ujar pemerhati Budaya Jawa, Mulyono yang dikutip dari Merdeka.
Dalam primbon, setiap hari dan pasaran memiliki neptu atau nilai masing-masing. Nilai atau angka itulah yang dipakai untuk menghitung hari baik, kecocokan pasangan, dan lain sebagainya. Masing-masing nilai itu bisa kalian simak di bawah ini.
- Neptu Hari
Minggu 5
Senin 4
Selasa 3
Rabu 7
Kamis 8
Jumat 6
Sabtu 9.
- Hari Pasaran
Kliwon 8
Legi 5
Pahing 9
Pon 7
Wage 4
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Sistem perhitungan primbon yang sudah dijelaskan di atas tentu berbeda dengan primbon Islam. Dalam Islam tidak mengenal hari buruk. Semua hari dianggap sama baiknya untuk melakukan berbagai aktivitas, asal tidak bertentangan dengan akidah Islam.Mengutip dari laman Merdeka, Rois Syuriah Pengurus Besar NU, KH Ahmad Ishomuddin mengatakan jika primbon merupakan sebuah budaya dengan pertimbangan logika sehingga tidak apa-apa untuk dilakukan. Budaya yang tidak bertentangan dengan akidah Islam tidak harus ditinggalkan.
"Ketika ada masyarakat yang masih menggunakan primbon sebagai rujukan mencari hari baik, menurut saya itu sah-sah saja. Primbon itukan sebuah budaya dengan pertimbangan logika. Jadi tidak apa-apa," ujar Rois Syuriah Pengurus Besar NU, KH Ahmad Ishomuddin yang dikutip dari Merdeka.
Advertisement
Ilustrasi (Credit: Unsplash)
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bisa diambil kesimpulan jika primbon Islam itu tidak ada. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk berpegang pada waktu tertentu dalam memulai hal baik.Islam mengenal metode yang berbeda dalam penentuan waktu tertentu untuk melakukan sesuatu. Melansir laman NU Online, terdapat kitab Astrologi (ilmu perbintangan) dalam khazanah keilmuan pesantren. Kitab tersebut ditulis oleh Ilmuwan muslim pada zaman Abbasiyah, Abu Ma'syar Al-Falaki yang merupakan murid Al-Kindi.
Seperti nama penulisnya, kitab tersebut berjudul Abu Ma'syar Al-Falaki. Dahulu, kitab tersebut banyak beredar di pesantren-pesantren salaf. Jika ingin mengetahui penjelasan lebih lanjut, silakan rujuk kitab tersebut.
Namun, jika bicara soal hari baik, Islam punya ajaran yang jelas, yakni Basmalah setiap kali memulai aktivitas. Melansir laman NU Online, berikut terdapat hadits yang menjelaskan ajaran tersebut.
Artinya: Setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah adalah terputus (HR. Ibn Hibban).
Lewat hadits tersebut Islam mengajarkan agar manusia senantiasa menggantungkan segala sesuatu kepada Allah dan bahwa sesuatu terjadi hanya dengan izin-Nya. Hal itu juga perlu diiringi sikap husnudz-dzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Seperti yang disebutkan oleh hadits qudsi, prasangka kalian kepada Allah SWT akan kembali kepada diri kalian sendiri.
Nah, KLovers, itulah penjelasan primbon Islam beserta hukumnya yang perlu kalian pahami.
(kpl/ans)