Sehangat Khasiatnya, Geliat Jamu Gendong di Tengah Pandemi Meningkat Lima Kali Lipat

Penulis: Nurul Wahida

Diterbitkan:

Sehangat Khasiatnya, Geliat Jamu Gendong di Tengah Pandemi Meningkat Lima Kali Lipat
Jamu gendong di tengah pandemi, banyak diburu masyarakat (credit: Reporter/Nurul Wahida)

Kapanlagi.com - Produksi jamu tradisional mengalami peningkatan hampir lima kali lipat dari biasanya selama pandemi corona covid-19. Peningkatan permintaan minuman herbal tersebut dirasakan sejumlah sentra jamu gendong di Yogyakarta. Sebagian besar masyarakat memburu beberapa jenis jamu untuk kekebalan tubuh agar terhindar dari virus corona covid-19.

Di tengah arus modern yang berkembang saat ini, eksistensi jamu tradisional masih begitu populer sebagai minuman herbal khas tanah air. Bahkan jamu tradisional tersebut jadi minuman favorit selama pandemi virus corona covid-19. Salah satu sajian jamu tradisional yang paling populer di tanah air berasal dari Yogyakarta.

Ada beragam sentra jamu tradisional di Yogyakarta yang masih mempertahankan keaslian jamu dan kekhasannya. Salah satunya yakni produksi jamu tradisional khas Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan, Kelurahan Canden, Jetis Bantul Yogyakarta yang menjadi tempat wisata sekaligus tempat belajar mengenai minuman herbal jamu tradisional.

Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan menjadi satu-satunya desa wisata yang mengusung jamu tradisional sebagai daya tarik wisatawan. Selain sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian penjual jamu gendong, adanya desa wisata ini juga sangat membantu peningkatan ekonomi warga desa setempat. Bahkan desa wisata tersebut sering menerima kunjungan turis Internasional mulai dari Jepang, Taiwan, serta Amerika.

Beroperasi sejak 2015 lalu, Desa Wisata Jamu Kiringan memiliki sekitar 132 penjual jamu tradisional yang merupakan warga Dusun Kiringan. Sedangkan warganya sendiri telah menjual jamu gendong secara turun temurun dari nenek moyang sejak tahun 1954. Menurut keterangan Sambudi (60), salah satu pengelola Jamu Gendong Kiringan mengungkapkan bahwa produksi jamunya meningkat beberapa kali lipat dari biasanya.

"Produk jamu masih lancar bahkan karena pandemi ini meningkat lima kali lipat karena pesanan-pesanan itu banyak. Jadi mungkin karena covid-19, jamu herbal diperlukan orang banyak, macam-macamnya juga banyak," terang Sambudi, saat ditemui tim Kapanlagi.com, Sabtu, (28/11).

 

1. Banjir Orderan Jamu Gendong Kiringan

Ada beragam jenis jamu yang banyak dipesan masyarakat selama pandemi corona diantaranya yakni empon-empon, temulawak, beras kencur, dan kunir asem. Jamu tersebut diketahui bisa meningkatkan daya tahan tubuh agar tetap kebal untuk melawan virus dan penyakit.

"Jamu yang paling laku empon-empon, wedang uwuh, temulawak, kunir asem, beras kencur. Termasuk sekarang itu ada juga istilahnya yang namanya empon-empon. Padahal selama ini empon-empon itu belum pernah laku, sekarang ada istilahnya empon-empon untuk penangkal covid-19," kata Sambudi.

Selain masih mempertahankan produksi jamu tradisional yang masih segar serta diracik langsung, Jamu Gendong Kiringan juga mulai mengembangkan produk dalam bentuk kemasan. Produk kemasan tersebut terdiri dari wedang uwuh, jamu kemasan kunir asem, beras kencur serta jenis jamu lainnya.

Mengalami banjir orderan produk jamu kemasan, Jamu Gendong Kiringan bahkan sempat kewalahan melayani permintaan pelanggan. Permintaan jamu tersebut berasal dari berbagai kota di Indonesia yang memesan hingga ratusan bungkus jamu. Penjualan jamu ini dilakukan secara online dengan memanfaatkan media digital untuk memperluas pasar.

"Kalo yang banyak itu namanya wedang uwuh, dari luar Jogja itu pesan tiap bulan ke tempat ini juga. Itu kadang-kadang rata-rata 500 bungkus. Di sana dijual lagi, jadi online kita kirim terus nanti kita terima transfer lewat bank. Kan sebelum covid nggak pernah ada yang pesan seperti itu. Selama pandemi lebih meningkat, sampai kewalahan membuatnya," lanjutnya.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Harga Terjangkau Keaslian Tetap Terjaga

Ditawarkan dengan harga yang sangat terjangkau berkisar dari sepuluh ribu rupiah per satu kemasan jamu, menjadikan Jamu Gendong Kiringan diminati banyak pasar. Bahkan Puskesmas desa setempat juga memesan jamu dari Jamu Gendong Kiringan rutin selama seminggu tiga kali.

"Dan sekarang puskesmas, dicanangkan layanan jamu tradisional. Jadi untuk puskesmas itu pesan seminggu tiga kali, pesan di sini jamu botolan. Untuk jamunya itu beras kencur sama kunir asem," Jelas Sambudi

Meski kini penjualan jamu gendong sudah beralih dengan cara modern yakni memakai motor serta sepeda, namun keaslian jamu gendong masih tetap dipertahankan. Terlebih jamu khas Jamu Gendong Kiringan ini diracik langsung oleh penjual di hadapan pembeli dengan bahan yang masih segar. Hal inilah yang membedakan produksi Jamu Gendong Kiringan dengan produk lainnya.

"Jamunya soalnya beda, kalo disini beda, di sini kalo orang mau beli jamu kita ramu. Bahannya masih terpisah, jadi nanti kalo orang mau beli kita seduh bahan-bahannya pada waktu itu juga. Artinya kita racik langsung di hadapan pembeli. Di sini semuanya masih segar, masih satu-satu bahannya belum campur-campur," tambah Sambudi.

Selain itu, Jamu Gendong Kiringan juga menerapkan kebersihan dan kualitas jamu tetap terjaga dengan baik. Bahkan pengecekan langsung terkait kualitas air dan bahan yang digunakan diungkapkan Sambudi dilakukan rutin oleh Dinas yang berwenang.

"Kita selalu menjaga kebersihan, dianjurkan dari Dinas itu supaya tetap menjaga kebersihan dan bahan-bahannya juga yang asli. Jadi misalnya gula ya tidak pakai pemanis, airnya juga diperhatikan, airnya juga tiap beberapa bulan di lab, dicek di puskesmas dicek memenuhi syarat atau tidak," sambung Sambudi dalam keterangannya.

 

3. Inovasi Baru Produk Jamu Gendong Kiringan

Selain mengembangkan Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan dengan beragam fasilitas lengkap, baru-baru ini diungkapkan Sambudi juga mulai membuat inovasi baru produk jamu. Pihaknya diketahui telah mengembangkan produk sirup jamu kunir asem dan permen jamu. Sejumlah kendala dirasakan dalam membuat sirup jamu tersebut seperti proses pembuatan yang sedikit rumit serta harga yang ditawarkan lumayan tinggi.

"Produk baru sirup kunir asem, sebelumnya sudah nyoba tapi belum diperbanyak, karena yang seperti itu agak mahal. Kalo instan satu bungkus 10 ribu, kalo sirup 30 ribu satu botol kecil. Itu buatnya juga agak sulit, agak mahal, agak lama. Kadang nggak jadi, yang lain itu permen jamu. Permen sama sirup inovasi baru," terangnya.

Bersama sejumlah anggota Koperasi Seruni Putih, produksi Jamu Gendong Kiringan melayani permintaan pelanggan baik dalam skala kecil ataupun besar. Sejumlah pameran bahkan pernah diikuti Jamu Gendong Kiringan seperti Bantul Expo, seminar, serta acara resmi lainnya. Meski mengalami peningkatan produksi jamu, Sambudi berharap agar pandemi segera berakhir dan dapat melanjutkan kehidupan normal.

 

4. Jamu Ginggang, Jamu Legendaris Ramai Diburu Masyarakat

Bagi masyarakat Yogyakarta, nama Jamu Ginggang tentunya cukup familiar terdengar. Jamu Ginggang menjadi salah satu jamu legend di Jogja yang dikenal luas berbagai kalangan termasuk publik figure. Jamu Ginggang didirikan oleh Mbah Joyo yang merupakan abdi dalem serta tabib jamu di Istana Pakualam. Mbah Joyo lalu mendapatkan saran dan izin dari pihak Istana Pakualam untuk mendirikan warung jamu yang diberi nama Jamu Jawa Asli Tan Ginggang.

Hingga kini jamu Jawa Asli Tan Ginggang atau lebih dikenal Jamu Ginggang tersebut telah memiliki banyak pelanggan tetap baik wilayah lokal hingga luar daerah. Rasa, kualitas dan kesegaran yang tetap dipertahankan menjadikan jamu Ginggang banyak diminati masyarakat. Terlebih selama pandemi corona covid-19, permintaan terkait produksi jamu yang beroperasi sejak tahun 1950 silam ini juga mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut dirasakan pengelola Jamu Ginggang terutama pada masa awal pandemi corona. Sejumlah jamu untuk kekebalan tubuh diketahui banyak dipesan oleh pembeli seperti kunir asem, beras kencur serta jamu sehat lainnya. Berdasarkan keterangan Rudy Supriyadi pengelola Jamu Ginggang generasi kelima, pihaknya mengatakan dalam sehari bahkan bisa menghabiskan jamu berkisar antara 100 sampai 200 gelas.

"Pas pandemi awal-awal rame, dan mulai agak ramai sampai sekarang. Pembeli biasanya pesen jamu untuk kesehatan, kemudian kekebalan tubuh, sama seperti itu yang biasa rutin itu seperti itu. Dalam sehari bisa habisin ya paling 100 -200 gelas," ungkap Rudy Supriyadi, (57) saat ditemui tim Kapanlagi.com, Sabtu (28/11/2020)

 

5. Sehangat Khasiat Jamu

Jamu Ginggang diproduksi dengan mempertahankan cara tradisional dan menjaga keasliannya. Warung jamu yang berlokasi di Jl. Masjid Pakualam, timur Pura Pakualam Yogyakarta ini juga ditawarkan dengan harganya yang sangat terjangkau mulai dari Rp 5.000. Sembari menikmati jamu, pembeli juga disuguhkan dengan desain warung yang estetik bernuansa Jawa. Bahkan sejumlah produk jamu kemasan juga bisa menjadi oleh-oleh yang cocok setelah mengunjungi Jamu Ginggang.

Rudy Supriyadi juga berharap supaya anak-anak muda dapat berupaya untuk gemar minum jamu agar tetap sehat. Pihaknya juga merekomendasikan beberapa jamu kekebalan tubuh seperti beras kencur, kunir asam, empon-empon, serta jamu sehat untuk memperkuat imunitas.

"Usaha tetap kita mencoba untuk gemar minum jamu. Apalagi yang muda-muda minum jamu, kalo memang mau sehat, itu bagaimana anak-anak muda berupaya untuk tidak sakit dan harus rutin," terang Rudi Supriyadi.

Meski sebenarnya memiliki basic di bidang budaya, namun Rudy Supriyadi mengungkapkan tak mengalami kendala selama pandemi corona covid-19.

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending