Kapanlagi Plus - Tragedi Kanjuruhan masih belum berakhir. Kini korban dari tragedi tersebut, Mario Tegarsyah (19) mengaku harus mengeluarkan biaya saat berobat ke bidan dan rumah sakit. Pelajar SMK Tumapel Kota Malang itu mengaku kesulitan biaya, apalagi setelah disarankan untuk operasi di kakinya.
"Kemarin sempat telat dibawa ke rumah sakit. Katanya dokternya itu sempat infeksi. Kaki terjepit pagar, katanya dokternya tadi harus operasi. Tapi dari keluarga tidak diizinkan operasi, obat jalan saja," akui Mario.
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Mario mengaku telah mengeluarkan biaya Rp480 Ribu untuk pemeriksaan kakinya yang tertancap besi pagar di pintu 12. Sebelumnya juga mengeluarkan biaya Rp450 Ribu untuk jahit luka dan kontrol. Sekali kontrol, Mario harus bayar Rp100 Ribu."Biayanya tadi dari rumah sakit ditarik Rp480 Ribu. Masih satu kali ini ke Rumah Sakit, ke bidan (sebelumnya) itu ditarik Rp450 Ribu, ternyata harus bayar," katanya.
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Kondisi luka Mario lumayan lebih baik dibandingkan saat awal terluka dalam insiden 1 Oktober 2022 itu. Saat itu yang dirasakan nyeri luar biasa karena tidak kunjung mendapat pengobatan. Mario pun berinisiatif ke bidan untuk mengobati lukanya."Sebelum periksa masih merasa nyeri sebelum dijahit ke bidan itu sempat sakit dua hari," katanya.
"Sudah dapat (surat) dari RT/ RW dan sudah ditujukkan, tapi katanya tetap seperti pasien umum. Pertama dijahit di bidan di Sukun, habis Rp250 Ribu, dan 2 hari sekali harus kontrol. Bayar 100 ribu. Saya sudah bilang dari pertama, ini dari Tragedi Kanjuruhan, katanya tetap harus bayar," ungkapnya.
"Tadi dikabari dari RST, baru dikabari tadi pagi (harus operasi)," katanya.
Saat kejadian, Mario berada di tribun sekitar Gate 12 bersama teman-teman sekampungnya. Ia mengaku sesak terkena efek gas air mata dan terlibat saat berusaha keluar.
"Sempat sesak-sesak terkena gas air mata. Sempat susah bernafas, sekarang terkadang masih sesak juga, masih sering batuk-batuk," kisahnya.
Sekitar tiga hari pasca kejadian, Mario mengaku mengalami susah tidur dan teringat peristiwa saat itu. Ia baru bisa tertidur pada dini hari. Pikirannya terngiang-ngiang, bahkan menyimpan ketakutan akibat melihat banyak orang pingsan dan jenazah.
"Mengerikan banget, agak takut melihat itu. Saat tetangga meninggal saya takut datang. Sering teringat juga," katanya.
"Diajak ngomong-ngomong. Ndak usah terlalu dipikir nanti pastinya akan hilang sendiri. Kalau tiap hari dipikir takutnya tambah sakit, kepikiran terus," kisahnya.
"Saya berharap masalahnya cepat selesai, biar dituntut lah dari imbalan banyak korbannya," pungkasnya.
Kepala Daerah di Malang Raya dan Gubernur Jawa Timur berkoordinasi terkait penanganan seluruh pasien termasuk pasien rawat jalan. Tentunya penanganan tersebut harus melalui prosedur yang ditangani oleh dinas terkait.
(kpl/dar/dyn)