Kapanlagi Plus - Dimas Putra Aji Pratama (13) masih merasakan ngilu di kaki sejak terjatuh dari desak-desakan dalam peristiwa Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10). Kendati sudah sebulan kakinya masih sakit saat digunakan untuk berjalan.
"Yang masih saya rasakan kaki sakit dan masih batuk-batuk. Kayak ngilu gitu. Itu karena terjepit sama jatuh, " kata Dimas.
Dimas saat ditemui wartawan juga mengaku izin tidak masuk sekolah karena tubuhnya demam. Ia merasa kerap pusing-pusing dan batuk sejak mengalami kejadian tersebut.
"Sering kepala pusing, badan panas, masih batuk-batuk dari hari pertama. Cuma dikasih obat saja," akunya.
credit: Kapanlagi.com/Darmadi Sasongko
Dimas nonton berangkat bersama 15 orang teman seusia dari kampungnya. Ia mengaku memang kerap menyaksikan tim kesayangannya, Arema FC saat berlaga.Siswa Kelas 2 SMP itu mengaku terjatuh saat terjadi saling dorong di gate 12. Ia terjatuh setinggi 2,5 meter bersama penyangga pagar besi di tribun menimpa kerumunan orang di bawahnya.
"Pas pagarnya jatuh, saya ikut jatuh, di situ saja menimpa cewek. Langsung ditolong orang. Kondisinya bertumpuk-tumpuk, sekitar 10 menit terjebak. Kepala saya di bawah," kisahnya.
"Akhirnya bisa keluar stadion, itu setelah pintu didobrak, kemudian dikasih es batu sama penjual yang di luar itu," kisahnya.
credit: Kapanlagi.com/Darmadi Sasongko
Dimas sulit melupakan peristiwa yang menelan 135 jiwa meninggal dunia itu. Ia secara langsung mengalaminya dan kerap kejadian itu muncul dalam ingatannya."Banyak orang pingsan digotong-gotong terus meninggal. Ada lihat yang meninggal. Agak trauma, masih kepikiran hingga sekarang, mayat mayat meninggal, terutama waktu jatuh itu," ungkapnya.
Peristiwa itu membuatnya trauma hingga selama tiga hari berturut-turut susah memejamkan mata. Saat tertentu bayangan itu pun masih dirasa kerap muncul dalam pikirannya.
"Saya jatuh di pundak cewek, terus saya tepuk pundaknya. Saya bilang, 'Mbak! Tangio ketimbang ketiban-tiban terus dari atas. (Mbak bangun, daripada tertimpa terus dari atas) Terus Mbaknya nggak jawab apa-apa, terus pegang sininya (nasi tangan). Saya cek ternyata sudah nggak ada (nadinya). Setelah itu Mbaknya bareng saya digotong sama orang-orang," kisahnya.
Dimas mengaku tidak pernah mengenal wanita itu, tetapi yang diingatkan berkaos Aremania bertulis Curvasud di punggung.
(kpl/dan/nda)