Tak Sekadar Trend, Berkebun Jadi Gaya Hidup Menyehatkan Mental di Masa Pandemi

Penulis: Puput Saputro

Diperbarui: Diterbitkan:

Tak Sekadar Trend, Berkebun Jadi Gaya Hidup Menyehatkan Mental di Masa Pandemi
Ilustrasi (credit: freepik)

Kapanlagi.com - Selama pandemi virus corona covid-19 berbagai kegiatan muncul menjadi trend baru, mulai dari memasak, bersepeda, hingga berkebun. Namun, berkebun atau merawat tanaman bisa jadi salah satu yang paling menarik. Sebab, tak sekadar menjadi trend, kini berkebun seolah jadi gaya hidup baru.

Punya banyak peminat, tak sedikit yang percaya jika berkebun membawa sejumlah manfaat, khususnya bagi kesehatan mental di masa pandemi. Pasalnya di tengah situasi pandemi, muncul berbagai himpitan yang menimbulkan stres. Berkebun disebut-sebut bisa jadi kegiatan yang mengatasi stres tersebut. Bagaimana faktanya?

 

 

 

1. Menanam Tak Perlu Bakat

Ika Risti Purwasih merasakan manfaat dari berkebun. Ika demikian dia sering disapa memang baru mulai berkebun sekitaran Mei saat pandemi baru beberapa bulan berjalan. Awalnya, Ika terpengaruh tiga sahabat dekatnya. Bermula dari lidah buaya, sirih gading, dan bugenvil, kini Ika telah mempunyai puluhan jenis tanaman di tempat tinggalnya.

Meski sempat merasa gagal saat tanamannya mati, Ika tak patah semangat. Kini, dia telah berhasil membuktikan bahwa istilah 'tangan panas' dan 'tangan dingin' dalam berkebun tak berlaku pada dirinya. Menurutnya, setiap orang bisa berkebun asalkan benar-benar niat dan telaten.

"Nggak ada istilahnya 'tangan dingin' dan 'tangan panas'. Setiap tanaman punya karakteristik dan penanganan sendiri-sendiri, dan itu tergantung kita bisa telaten atau tidak pada tanaman itu. Sama seperti orangtua yang punya anak lebih dari satu. Mereka punya karakter sendiri-sendiri. Tinggal bagaimana mereka ngasih perhatian ke anak-anaknya agar bisa berkembang," jelas Ika.

 

 

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Bercocok Tanam dan Meditasi

Saat berkunjung ke kediamannya Minggu (15/11), Ika menunjukkan tanaman-tanaman kesayangannya. Meski mengaku tak terlalu terdampak pandemi, Ika tetap merasa berkebun telah membuatnya merasa jauh lebih baik.

Selain berkebun, belakangan Ika mempelajari meditasi. Menariknya, wanita berkacamata ini kemudian menerapkan prinsip mindfullness pada meditasi saat mengurus tanaman. Bahkan, sesekali Ika mengajak tanamannya berinteraksi seperti ngobrol layaknya dengan manusia hidup. Alhasil, berkebun tidak saja menyalurkan hasrat dan hobinya, dari kegiatan itu Ika juga mengaku mendapatkan nilai-nilai yang positif.

"Banyak nilai yang aku dapat dari proses menanam. Aku jadi lebih telaten, lebih sabar, rasa percaya diriku meningkat. Aku belajar mengenali sesuatu, mencoba memahami dia (tanaman), terus aku harus memperlakukan dia (tanaman) sebaik-baiknya. Jadi aku lebih telaten," tutur Ika.

 

 

 

3. Menanam Tanaman Bermanfaat

Mengaku tidak mengikuti trend, Ika lebih tertarik pada jenis-jenis tanaman yang bermanfaat ketimbang tanaman yang sedang hits. Ika merawat beberapa tanaman bermanfaat seperti serai, jahe, kunyit, lidah buaya, hingga bunga telang. Meski menanam di lahan terbatas dan dalam jumlah kecil, setidaknya tanaman-tanaman Ika sudah bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik.

Selain tanaman-tanaman bermanfaat, Ika juga menanam tanaman-tanaman yang punya nilai nostalgia. Bunga bugenvil dan telapak dara mungkin dipandang sebelah mata oleh beberapa orang saat ini. Tapi, keduanya justru jadi tanaman kesayangan Ika. Khususnya bugenvil, Ika mengaku bunga ini bisa membangkitkan memori masa kecilnya, sehingga dengan melihatnya saja bisa menimbulkan rasa bahagia.

"Aku memang suka bugenvil dan lidah buaya. Menurutku karena (lidah buaya) manfaatnya banyak sih. Kalau bugenvil dulu di sekolahku SD, depannya ada bugenvil. Menurutku (dulu) bagus kaya kertas kan, namanya juga bagus. Ya, lebih karena itu saja," kata Ika.

 

 

 

4. Bercocok Tanam Jadi Stress Healing

Sama seperti Ika, Gierald Rihhadat Eka Faturrachman juga merasa berkebun bisa jadi stress healing saat pandemi. "Kita nggak bisa ke mana-mana (selama pandemi), terus kalau pagi-pagi lihat tanaman ada daun atau tunas baru itu bikin seneng. Itu sih, bikin kita nggak stres," jelas Gierald.

Ditemui di sebuah cafe berkonsep taman (15/11), Gierald bercerita awal kecintaannya pada tanaman. Gierald dibesarkan di lingkungan keluarga pecinta tanaman. Setelah kuliah dan tinggal jauh dari keluarga, Gierald tetap menyalurkan hobinya berkebun. Ruang kos yang terbatas seolah tak jadi halangan. Di kamar berukuran 4 x 3,5 meter, Gierald tinggal bersama kurang lebih 30 tanaman koleksinya.

 

 

 

5. Sediakan Waktu Khusus untuk Tanaman

Bagi Gierald mengurus tanaman sudah jadi rutinitas atau kebiasaan sejak kecil. Kini, laki-laki asal Sumatera ini harus pandai-pandai membagi waktu antara kesibukan kuliah dan mengurus tanaman. Di tengah situasi pandemi ini waktu Gierald bisa dibilang cukup banyak tercurahkan pada tanaman. Ada waktu-waktu khusus bagi Gierald untuk mengurus tanaman-tanaman kesayangannya.

Mulai dari pagi hari, Gierald mengecek tanaman-tanamannya. Daun tanaman yang kotor Gierald bersihkan dengan cara dilap satu per satu. Hal ini dia lakukan agar proses fotosintesisnya tidak terganggu. Setelah mengelap, Gierald menjemur tanamannya di balkon. Meski terdengar cukup ribet, Gierald melakukannya dengan senang hati.

Selain itu, setiap akhir pekan Gierald meluangkan waktu khusus untuk berburu tanaman. Bukan saja untuk menambah koleksi, melainkan juga sebagai kegiatan refreshing. "Sama pas cari tanamannya, itu kan sekalian jalan-jalan jadi senang," terang Gierald.

 

 

 

6. Jadi Peluang Bisnis

Berbeda dengan Ika, Gierald merupakan sosok pecinta tanaman yang mengikuti trend. Mahasiswa semester 7 ini selalu up to date, mengenai jenis tanaman yang sedang hits. Koleksi tanaman hiasnya juga terbilang lengkap. Gierald bahkan menyediakan budget khusus untuk membeli tanaman impian yang sedang hits. Menurutnya, bisa mendapatkan tanaman yang tengah hits memberikan kepuasan tersendiri.

Namun tujuan Gierald up to date soal tanaman bukan semata-semata mengikuti trend. Gierald terbilang jeli membaca peluang. Sesekali, dia berburu tanaman untuk dikembangkan lalu dicacah, kemudian dijual kembali. Dari sini berkebun tidak hanya jadi hobi, tapi juga jadi ladang penghasilan baru. Tak tanggung-tanggung, dari tanaman yang semula dibeli 35 ribu, Gierald berhasil menjualnya seharga 120 ribu.

Sebagai pecinta tanaman kawakan Gierald mengaku senang dengan adanya trend berkebun di tengah pandemi. Bukan saja karena mendatangkan rezeki. Menurutnya, trend ini juga membuat tanaman-tanaman jadi lebih dihargai layaknya makhluk hidup lain. "Saya senang sih, jadi saat ini tanaman jadi lebih dihargai dan ada harganya. Jadi nggak cuma dibuang-buang lagi. Terus (berkebun) jadi salah satu kegiatan yang positif juga," tutup Gierald.

 

 

 

7. Trend Berkebun dari Kacamata Psikologi

Ditemui di kawasan Gondokusuman (21/11), Cania Mutia, M.Psi., Psikolog menjelaskan trend berkebun dari kacamata psikologi. Menurutnya, berkebun mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan trend saat pandemi lainnya.

Tak seperti bersepeda dan memasak, berkebun melibatkan makhluk hidup lain. Berkebun mempunyai proses yang lebih kompleks, sehingga nilai-nilai yang dihasilkan jadi terasa lebih spesial. "Saat berkebun sebenarnya yang tumbuh bukan saja tanaman, tapi diri kita sendiri juga ikut bertumbuh. Karena manusia selalu berproses dan bertumbuh," tutur Cania.

Cania menambahkan, bahwa proses berkebun yang panjang dan kompleks secara tidak langsung telah membantu manusia untuk tumbuh. Dari berkebun, seseorang kemudian bisa mendapatkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, ketelatenan, kesabaran, dan percaya diri. Hal tersebut barang kali tidak akan diperoleh pada kegiatan bersepeda atau memasak.

 

 

 

8. Jangan Asal Ikut Trend

Selain bisa memperoleh nilai-nilai positif, manfaat berkebun di tengah pandemi ternyata tak hanya dirasakan oleh mereka yang menekuni saja. Cania menuturkan, bahwasanya hanya dengan melihat tanaman segar saja, dapat menimbulkan rasa tenang, sehingga stres menghilang. Artinya, trend berkebun ini juga bisa bermanfaat bagi mereka yang sebatas penonton.

Cania juga menekankan nilai-nilai positif berkebun tidak bisa didapat begitu saja. Proses pemerolehan nilai-nilai tersebut akan sangat tergantung pada kesungguhan dan minat seseorang dalam berkebun. Hal inilah yang kemudian akan membedakan orang yang benar-benar mencintai tanaman dan sekadar mengikuti trend.

Saat mengikuti trend tanpa disertai pengetahuan yang cukup, berkebun hanya akan jadi aktivitas biasa. Nilai-nilai positif tak didapat, malahan bisa jadi memicu stres. Hal ini karena bekal pengetahuan yang tidak cukup bisa membuat risiko gagal semakin besar. Saat sudah tak lagi menjadi trend, kegiatan berkebun juga akan berakhir begitu saja. "Jadi, sebelum memulai (berkebun), mungkin harus dibetulkan dulu niatnya," pesan Cania.

 

 

 

9. Berkebun sebagai Terapi Psikologis

Lebih dalam, berkebun ternyata tidak saja bisa mengatasi stres. Cania menjelaskan bahwa berkebun bisa jadi terapi psikologis untuk menangani depresi dan kecemasan.

"Prosesnya sama kaya tadi sih, kita (melakukan) mindfull gardening. Kita memfokuskan pikiran pada tanaman. Kemudian, pikiran-pikiran kita tentang gangguan-gangguan psikologis yang kita punya itu akan lepas. Kita mindfull ke situ, terus pelan-pelan akan pulih," terang Cania.

Tak perlu ribet, terapi tersebut bisa dilakukan cukup dengan menyiram tanaman tiap pagi dan sore hari secara rutin. Bahkan, kegiatan berkebun di waktu luang sangat disarankan bagi golongan lanjut usia, karena sangat bermanfaat. "Efeknya luar biasa sih, bisa menghindarkan kita dari demensia. Lalu, perasaan senang saat tanaman tumbuh bisa jadi sebuah achievement yang membuat kita merasa semakin senang dan merasa lebih berharga," tutup Cania.

 

 

 

(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Rekomendasi
Trending