Kapanlagi Plus - Desainer asal Kota Malang, Mutiara Syariffudin (24) menyuarakan Tragedi Kanjuruhan lewat karya daur ulang di panggung catwalk. Karyanya berjudul Disaster dibuat berbahan dominan dari spanduk usut tuntas yang diambil dari jalanan Kota Malang.
"Saya mengambil beberapa tulisan yang ada di Jalan Tugu, Jalan Ijen dan depan Masjid Sabililllah yang menurut saya reklamenya itu cocok dengan desain saya. Ada empat sampai lima tulisan yang saya ambil," kata Mutiara Syariffudin, saat ditemui di lokasi workshopnya di Jalan Mayjend Wiyono Kota Malang, Selasa (15/11).
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Karya desain Mutiara tersebut berhasil memenangi Fashion Upcycling Competition yang digelar di Ciputra Mall Surabaya, Sabtu, 12 November 2022. Spanduk Aremania penuh pesan tuntutan usut tuntas kasus 1 Oktober 2022 itu mengantarkannya meraih juara 2 dalam kompetisi bergengsi bersama 50-an desainer tersebut."Mohon maaf ini belum izin (ambil spanduk) karena kemarin nggak tahu juga izinnya ke siapa," ungkapnya.
Aksi demontrasi 40 Hari Tragedi Kanjuruhan menjadi inspirasi desain Mutiara. Desain itu berjudul Disaster dengan quotes 'Dari Malang untuk Malang.'
"Muncul ide baju ini tepat di 40 hari Tragedi Kanjuruhan yang lagi viral itu. Waktu itu saya mau pergi ke toko kain, rencana buat melengkapi barang-barang yang kurang, jadi belum ada niat ikut lomba ini," katanya.
"Jadi di Tugu itu dikelilingi tiruan keranda-keranda yang membuat saya trenyuh. Jadi di situ, banyak teman Aremania yang berteduh. Saya sampai muter bundaran Tugu itu tujuh kali," akunya.
"Lombanya kan upcycling (daur ulang) jadi saya menggunakan baju dan koleksi yang sudah tidak terpakai. Koleksi lama saya. Saat sudah saya jarumi, oh ini buat rok lengan. Jadi lengannya ini awalnya rok. Rok tutu itu saya buat di lengannya," urainya.
"Mungkin di situ saya kurang pengalaman di cat kain, saya buat itu kayak kurang menonjol gitu," katanya.
"Saya pasang di baju saya bagian belakang, tulisan -tulisan itu benar-benar saya ambil dari teman-teman Aremania menyuarakan lewat tulisan itu. Jadi bener-bener real dari temen-temen Aremania," ungkapnya.
"Ide saya itu kayak polisi itu katanya melindungi tapi kok banyak korban yang tertempel di luar police line. Makanya pakainya police line," tegasnya.
Karya busana tersebut mendapatkan respon positif hingga beberapa orang menawarnya dan mengajak untuk melelang. Rencana baju itu akan dilelang dan disumbangkan untuk para korban Tragedi Kanjuruhan.
"Foto kejadian, foto waktu demo, saat Tragedi Kanjuruhan yang dibalut polisi line," tegasnya.
(kpl/DAR/dyn)