Diperbarui: Diterbitkan:
Kapanlagi.com - Dian Puspita Putri Adriyanti (21) terlihat lemas duduk di atas kursi roda. Kaki kanannya terbalut gips warna putih, akibat tulang keringnya patah saat Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) lalu.
Sementara ingatannya pun belum sepenuhnya pulih dan sesekali masih mengaku kesakitan. Selain itu, saat tertentu muncul kenangan dari memorinya semasa masih sekolah.
"Ingatannya belum normal, ingatnya masih sekolah, padahal kan sudah bekerja, masih belum pulih sepenuhnya," terang ibunda dari Dian Puspita, Etik Karyati Ngesti Rahayu di rumahnya di Jalan Plaosan Timur Gang 7 Nomor 26 Kota Malang.
Advertisement
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Etik mengaku tidak mengetahui penyebab pasti anaknya kehilangan sebagian ingatan, kemungkinan karena benturan saat kejadian.
Dian sendiri sebelumnya 10 hari koma dan 14 Hari harus menjalani perawatan di ICU Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Dian pulang tanggal 23 Oktober, setelah menjalani perawatan selama 21 hari.
"Kepalanya katanya tidak ada cidera, hasil MRI-nya baik-baik. Hanya kaki kanannya, tulang keringnya yang patah," ungkapnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Etik menceritakan, anaknya baru kali pertama menyaksikan sepak bola langsung di Stadion Kanjuruhan. Saat pertandingan laga Arema FC lawan Persebaya, berangkat bersama teman-temannya.
Saat rusuh, Dian yang menonton di tribun selatan sempat terpisah dari teman-temannya. Teman-temannya selamat, sementara anak perempuannya terkena gas air mata dan dibawa ke Rumah Sakit Wava Husada.
"Dikabari teman-temannya. Dia kena gas air mata tidak sadarkan diri dibawa ke Wava Husada. Jam 3 malam dikabari kalau dibawa ke RSSA. Akhirnya ke RSSA baru tahu seperti itu," katanya.
Advertisement
Kata Etik, kondisi anaknya saat itu mukanya lebam dan matanya merah. Bagian tubuhnya juga luka dan lebam hingga sulit dikenalinya.
Selama perawatan, Dian telah menjalani operasi bagian tulang kering kaki kanannya. Ia saat ini menjalani rawat jalan dan secara terjadwal harus kontrol. Rencananya bila hasil perawatan lukanya bagus, gips di kaki Dian akan dilepas 6 pekan pasca operasi.
"Baru kontrol sekali, ini kembali tanggal 18 bulan kontrol untuk kakinya. Yang kepalanya nggak apa-apa kata dokter, MRI-nya kata juga bagus," tuturnya.
Etik mengungkapkan bahwa sang anak saat ini mendapatkan empat jenis obat, salah satunya dalam bentuk obat tetes mata dari dokter. Karenakan memang matanya sempat merah saat awal dirawat di rumah sakit.
"Diteteskan sehari 6 kali, obat 4 macam. Kalau matanya itu katanya kena gas air mata. Sekarang mulai normal, nggak merah lagi," tuturnya.
Etik menceritakan, kalau anaknya masih susah tidur dan kerap tidak nyambung saat diajak bicara. Anaknya pun tidak banyak berbicara.
"Kelihatan masih trauma sekali anak saya, cuma dia nggak mau cerita. Mungkin karena takut membebani keluarganya," katanya.
Etik mengaku, hingga saat ini anaknya belum mendapatkan layanan trauma healing dan belum dikunjungi psikolog ke rumahnya. Tetapi dari Kepolisian dari Dinas Kesehatan menjadwalkan kunjungan.
Etik sendiri juga mengaku merasa trauma terutama saat mendengar seputar kabar atau berita Tragedi Kanjuruhan. Apalagi dengan dampak yang dirasakan keluarganya hingga saat ini. Saat ini yang menjadi fokus Etik adalah merawat anaknya agar bisa kembali sembuh. Ia dan keluarga akan bekerja keras mencari pengobatan anaknya
"Tapi ya gimana lagi siapa yang mau ngobati anak saya, makanya saya nggak pernah dengar atau lihat berita, masih takut," jelasnya.
.
Akibat luka beratnya itu, Dian Puspita belum dapat beraktivitas normal seperti semula. Perusahan tempatnya bekerja pun kemudian sementara waktu memutus kontraknya sebagai karyawan.
Dian bekerja di sebuah perusahaan di kawasan Karanglo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Perusahaan menjanjikan pekerjaan kembali untuk Dian setelah sembuh dari sakitnya. "Sekarang tidak bekerja," tegas Etik.
Etik sendiri sebelumnya berjualan bubur ayam di depan rumahnya, tetapi terpaksa tutup. Karena memang sedang fokus merawat anaknya yang memang butuh perhatian khusus.
"Selama anak saya sakit, nggak jualan, mau jualan juga repot ke sana-sini ngerawat anak. Ya mau gimana lagi, sekarang fokus ke anak dulu. Kalau dulu jualan bubur nerima online," jelasnya.
Sebelumnya Dian memang selama ini menjadi penopang ekonomi dalam keluarga dengan turut membiayai adiknya. Sementara ayahnya bekerja serabutan di luar kota.
"Kalau suami kerja serabutan di luar kota. Makanya saya wira-wiri sendiri ya ke sana ke sini sendiri, yang penting anak saya sembuh," ucapnya.
Etik berharap kasus Tragedi Kanjuruhan diusut secara tuntas dan seadil-adilnya. Ia mengaku tidak puas dengan penetapan hanya enam orang tersangka.
"Saya nggak tahu apa-apa, yang penting anak saya sembuh, yang nembak seharusnya tetap dihukum, seharusnya lebih dari enam tersangkanya," pungkasnya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
(kpl/dar/dyn)
Advertisement
5 Potret Cut Syifa Ikut Kejuaraan Berkuda, Auranya Tampak Berkharisma
Potret Anisa Rahma Bukber di Masjid Nabawi Sambil Gendong Si Kecil, Netizen Kompak Bersholawat
4 Gaya Pemotretan Terbaru Tiara Andini Tampil Fresh dengan Riasan Mata Biru yang Memikat
Adhisty Zara Bagikan Momen Umrah di Awal Ramadan: Insya Allah Will be Back Soon
4 Potret Putri Zulhas Ziarah ke Makam Ayah Zumi Zola, Ikut Berdoa hingga Tabur Bunga