Kapanlagi Plus - Dian Puspita Putri Adriyanti (21) terlihat lemas duduk di atas kursi roda. Kaki kanannya terbalut gips warna putih, akibat tulang keringnya patah saat Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) lalu.
Sementara ingatannya pun belum sepenuhnya pulih dan sesekali masih mengaku kesakitan. Selain itu, saat tertentu muncul kenangan dari memorinya semasa masih sekolah.
"Ingatannya belum normal, ingatnya masih sekolah, padahal kan sudah bekerja, masih belum pulih sepenuhnya," terang ibunda dari Dian Puspita, Etik Karyati Ngesti Rahayu di rumahnya di Jalan Plaosan Timur Gang 7 Nomor 26 Kota Malang.
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Etik mengaku tidak mengetahui penyebab pasti anaknya kehilangan sebagian ingatan, kemungkinan karena benturan saat kejadian."Kepalanya katanya tidak ada cidera, hasil MRI-nya baik-baik. Hanya kaki kanannya, tulang keringnya yang patah," ungkapnya.
Credit:KapanLagi.com/Darmadi Sasongko
Etik menceritakan, anaknya baru kali pertama menyaksikan sepak bola langsung di Stadion Kanjuruhan. Saat pertandingan laga Arema FC lawan Persebaya, berangkat bersama teman-temannya.Saat rusuh, Dian yang menonton di tribun selatan sempat terpisah dari teman-temannya. Teman-temannya selamat, sementara anak perempuannya terkena gas air mata dan dibawa ke Rumah Sakit Wava Husada.
"Dikabari teman-temannya. Dia kena gas air mata tidak sadarkan diri dibawa ke Wava Husada. Jam 3 malam dikabari kalau dibawa ke RSSA. Akhirnya ke RSSA baru tahu seperti itu," katanya.
Advertisement
Selama perawatan, Dian telah menjalani operasi bagian tulang kering kaki kanannya. Ia saat ini menjalani rawat jalan dan secara terjadwal harus kontrol. Rencananya bila hasil perawatan lukanya bagus, gips di kaki Dian akan dilepas 6 pekan pasca operasi.
"Baru kontrol sekali, ini kembali tanggal 18 bulan kontrol untuk kakinya. Yang kepalanya nggak apa-apa kata dokter, MRI-nya kata juga bagus," tuturnya.
"Diteteskan sehari 6 kali, obat 4 macam. Kalau matanya itu katanya kena gas air mata. Sekarang mulai normal, nggak merah lagi," tuturnya.
Advertisement
"Kelihatan masih trauma sekali anak saya, cuma dia nggak mau cerita. Mungkin karena takut membebani keluarganya," katanya.
Etik sendiri juga mengaku merasa trauma terutama saat mendengar seputar kabar atau berita Tragedi Kanjuruhan. Apalagi dengan dampak yang dirasakan keluarganya hingga saat ini. Saat ini yang menjadi fokus Etik adalah merawat anaknya agar bisa kembali sembuh. Ia dan keluarga akan bekerja keras mencari pengobatan anaknya
"Tapi ya gimana lagi siapa yang mau ngobati anak saya, makanya saya nggak pernah dengar atau lihat berita, masih takut," jelasnya.
.
Advertisement
Dian bekerja di sebuah perusahaan di kawasan Karanglo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Perusahaan menjanjikan pekerjaan kembali untuk Dian setelah sembuh dari sakitnya. "Sekarang tidak bekerja," tegas Etik.
"Selama anak saya sakit, nggak jualan, mau jualan juga repot ke sana-sini ngerawat anak. Ya mau gimana lagi, sekarang fokus ke anak dulu. Kalau dulu jualan bubur nerima online," jelasnya.
Advertisement
"Kalau suami kerja serabutan di luar kota. Makanya saya wira-wiri sendiri ya ke sana ke sini sendiri, yang penting anak saya sembuh," ucapnya.
"Saya nggak tahu apa-apa, yang penting anak saya sembuh, yang nembak seharusnya tetap dihukum, seharusnya lebih dari enam tersangkanya," pungkasnya.
Advertisement
(kpl/dar/dyn)